Film dengan tagline populer "Datang tak dijemput, pulang tak diantar" berhasil menarik perhatian 1,3 juta penonton. Ia kemudian memiliki beberapa sekuel. Setelah "Jelangkung"sukses, ada banyak film horor yang menggunakan rumusan urban legend dengan tokoh anak-anak muda yang iseng mengeksplorasi tempat-tempat angker atau mencoba ritual tertentu.
"Ada Apa dengan Cinta (2002)"
Film "Ada Apa dengan Cinta" langsung menarik perhatian berkat tembang soundtrack yang dibawakan Melly Goeslaw dan Eric. Penonton di berbagai bioskop harus sabar mengantri untuk menyaksikannya.
AADC menandai bangkitnya film drama percintaan remaja dan munculnya geng perempuan,. Ceritanya sendiri juga bisa dibilang klise tentang dua orang yang awalnya saling benci kemudian jatuh hati. Tapi harus diakui tembang-tembang soundtrack AADC luar biasa. Indah, pas dengan tema filmnya, dan masih enak didengar hingga sekarang. Album OST AADC laris manis dan bisa disebut masterpiece hingga saat ini. Sejak itu film-film juga memberikan perhatian ke tembang soundtrack. Melly Goeslaw dan Anto Hoed juga kemudian banyak tawaran membuat album soundtrack.
AADC juga memberikan pengaruh ke para remaja masa itu. Sebagian terkesima dengan gaya cool Rangga. Nicholas Saputra dan Dian Sastro kemudian menjadi idola. Buku "Aku" karya Sjuman Djaya pun menjadi incaran. AADC menjadi inspirasi film-film percintaan remaja dan film bertemakan masa-masa sekolah.
"Arisan! (2003)"
Tahun-tahun awal kebangkitan film Indonesia bisa dibilang puncak kreativitas sineas perfilman. Filmnya berwarna dan memberikan banyak pengaruh ke tahun-tahun berikutnya. "Arisan!" termasuk di dalamnya dengan menyuguhkan cerita yang tak jauh dengan kehidupan masyarakat modern megapolitan dengan hiruk pikuk permasalahannya. Film ini juga memicu kontroversi dengan adanya adegan ciuman antara pasangan sesama jenis yang diperankan Tora Sudiro dan Surya Saputra.
Temanya berani dan lugas. Ia menyodorkan masalah yang bisa saja terjadi di kalangan para sosialita dan kaum menengah ke atas. Film ini juga berani mendorong isu LGBT ke permukaan yang sebenarnya juga mulai diangkat oleh "Kuldesak". Film ini berhasil memborong 11 nominasi dan 5 piala Citra. Tema film ini kemudian juga memberikan pengaruh ke film-film lainnya.
"Laskar Pelangi (2008)"
Entah kenapa film Indonesia memasuki kembali masa semi kegelapan dengan banyaknya film horor yang kembali mengangkat hal-hal vulgar dengan judul-judul yang membuat eneg. Untunglah masih ada film-film berkualitas pada tahun 2008. Salah satunya "Laskar Pelangi" yang diangkat dari novel terkenal karya Andrea Hirata.
Film yang bercerita tentang sebuah sekolah di daerah pinggiran di Belitung. Mereka di antaranya Ikal, Lintang, Mahar, Harun, Sahara, dan Trapani. Mereka memiliki mimpi masing-masing, tapi sayangnya ada yang tak bisa melanjutkan sekolah karena keterbatasannya.
Ceritanya kaya muatan lokal dan pesan moral. Ia mengangkat hal-hal yang dialami masyarakat daerah Belitung. Daerah Belitung dieksplorasi sehingga film ini bisa disebut sebagai tonggak film yang juga mempromosikan keindahan panorama sebuah daerah. Ia diikuti banyak film yang menjual keindahan sebuah tempat.