"Filosofi Kopi (2015)"
Siapa yang tak suka kopi susu? Setelah film "Filosofi Kopi" dirilis maka ada banyak kedai-kedai kopi bermunculan. Ini sebuah berita bagus bagi industri kopi di Indonesia. Yang tadinya tidak suka kopi maka jadi suka. Kesadaran kopi pun meluas. Ngupi pun jadi gaya hidup.
"Filosofi Kopi" yang diangkat dari kumpulan cerpen Dewi Lestari bercerita tentang duo Ben dan Jody yang begitu antusias dengan kopi. Ketika usaha kopi mereka meredup dan banyak hutang mereka pun tertantang untuk mengikuti tantangan kopi terenak. Film ini berhasil menumbuhkan gaya hidup baru di masyarakat. Ngupi cantik di kedai artistik sambil selfie.
"Marlina sang Pembunuh dalam Empat Babak (2017)"
Sebuah cerita yang kaya muatan lokal, yakni masyarakat Sumba. Tokohnya adalah perempuan yang tabah dan tegar. Ia berani melawan komplotan perampok sendirian hingga ia dikejar-kejar anggota perampok yang selamat.
Film besutan Mouly Surya ini mendapat apresiasi positif dari pemerhati film mancanegara. Ia berhasil lolos untuk tampil di festival film bergengsi seperti Cannes dan Toronto International Film Festival. Marsha Timothy si pemeran utama berhasil meraih penghargaan aktris terbaik di ajang Sitges.
Meski tak berhasil masuk nominasi Oscar, keberhasilan film ini di berbagai festival mancanegara mendorong para sineas untuk terus aktif memproduksi film-film berkualitas.
"Pengabdi Setan (2017)"
Setelah layar bioskop banyak dihujani oleh film-film horor berkualitas rendah maka film "Pengabdi Setan" remake karya Joko Anwar memberikan nafas baru. Ia memberikan level kualitas baru tentang sebuah film horor yang apik, tak hanya mengandalkan keseraman tapi juga kekuatan cerita.
Ceritanya menarik dengan plot twist dan ending terbuka. Unsur seperti sinematografi dan skoringnya membuat film horor ini menjadi salah satu film horor terbaik dua dasawarsa terakhir. Setelah "Pengabdi Setan" hampir tiap minggu layar bioskop dihujani film horor. Sayangnya dari segi kualitas belum banyak yang bisa menyamai kualitas film horor ini.
"Dilan 1990 (2018)"
Film drama percintaan remaja memang banyak tapi yang tokoh utamanya memiliki gombalan maut yang kocak baru ada Dilan. Rayuan dan cara berpikirnya tak umum, membuat penonton merasa hanyut dan luluh, tapi ada pula yang merasa eneg
"Dilan (1990) memberikan nuansa baru dalam perfilman nasional. Para remaja juga memiliki idola baru yaitu Iqbaal Ramadhan. Tak sedikit yang menggunakan referensi dialog Dilan untuk merayu pasangannya.
Itulah berbagai film Indonesia yang berhasil memberikan pengaruh baik terhadap industri perfilman itu sendiri maupun memengaruhi gaya hidup masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H