Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Biarkan Setiap Perempuan Gapai Mimpinya Seperti dalam "Little Women"

28 Februari 2020   23:40 Diperbarui: 28 Februari 2020   23:38 1621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desain kostumnya cantik dan elegan (gambar: IMDb)

"Women, they have minds, and they have souls, as well as just hearts. And they've got ambition, and they've got talent, as well as just beauty..." ---Jo March (Little Women, Louisa May Alcott)

Film "Little Women" meskipun sudah diadaptasi berulang kali tetap menarik untuk disimak. Meski sama-sama mengangkat novel karya Louisa May Alcott, cita rasa dan nuansa film "Little Women besutan Greta Gerwig dan Gillian Amstrong terasa berbeda. Yang sama adalah pesan dalam film ini bahwa setiap wanita itu punya ambisi dan mimpi masing-masing. Biarkan melambung tinggi, jangan dibatasi.

Aku ingat pernah menyaksikan film "Little Women" ala Winona Ryder waktu masih kecil. Menurutku ceritanya hampir persis dengan cerita dalam novelnya. Kebetulan aku juga masih menyimpan novelnya dengan cover film "Little Women" yang dirilis tahun 1994.

Sementara "Little Women" yang tayang mulai 7 Februari 2020 di Indonesia ini nampak kontemporer. Ia mengunakan alur maju mundur yang demikian cepat, sehingga penonton harus jeli membedakan masa kini dan masa lampau dalam cerita tersebut.

Dikisahkan Josephine alias Jo March (Saoirse Ronan) telah menjadi guru privat anak-anak sebuah keluarga di New York. Di sela-sela kesibukannya ia menulis dan kemudian menawarkan karya tulisnya kepada editor bernama Dashwood. Ia nampak kecewa melihat banyak bagian tulisannya yang dicoret-coret. Untungnya tulisannya masih diterima dan ia mendapatkan honor yang lumayan.

Jo March sejak dulu menjadi salah satu breadwinner alias pencari uang di keluarganya. Ia pekerja keras dan ingin menjadi seorang penulis yang sukses.

Tapi kemudian ia kecewa dan kesal karena seorang rekannya di New York, Prof. Friedrich Bhaer, menilainya kurang optimal dalam menulis. Ia begitu marah kepadanya hingga ketika ada kabar adiknya, Beth (Eliza Scanlen) sakit keras, maka ia pun pulang ke Concord, Massachussets.

Di tempat lain, adik bungsu Jo, Amy March (Florence Pugh), sedang di Paris menemani bibi March. Ia berpapasan dengan Laurie (Timothee Chalamet). Ia nampak lesu dan tak bersemangat sejak Jo menolaknya.

Cerita kemudian berganti ke masa lalu, tujuh tahun silam, ketika keempat kakak beradik itu tinggal bersama di rumah mereka yang sederhana. Ayah mereka terjun ke perang sipil.

Keempatnya punya karakter yang unik dan mimpi masing-masing. Jo paling tomboy di antara mereka. Ia ingin menjadi penulis yang terkenal. Meg (Emma Watson) yang paling cantik hanya ingin menjadi istri yang baik dan keluarga kecil yang bahagia. Sedangkan Beth yang pemalu ingin bisa bermain piano. Sementara Amy si bungsu ingin selalu keinginanya dipenuhi dan menjadi pelukis yang terkenal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun