Toko buku kala itu lumayan ramai. Beberapa pengunjung nampak asyik memerhatikan sampul buku dan menyimak isinya jika ada buku di rak yang sampulnya tak tertutup. Aku juga asyik melihat-lihat buku baru, lalu menimbang-nimbang buku mana yang akan masuk ke keranjang.
Tahun lalu aku tidak banyak membeli buku baru. Paling-paling hanya sampai di kisaran puluhan buku. Beberapa buku juga belum berhasil kutamatkan.
Memang waktu terasa semakin terbatas. Banyak kegiatan yang mengundang distraksi. Berhasil menamatkan buku satu atau dua hari terasa kemewahan tersendiri.
Tapi membaca buku tetaplah sebuah keasyikan tersendiri. Pikiran jadi rileks dan benak pun berkelana, terbawa oleh jalan cerita. Apalagi jika bukunya jenis buku fantasi, wah asyiknya. Berbeda dengan membaca kumpulan jurnal hehehe, yang pastinya perlu energi dan konsentrasi lebih.
Membaca buku tetap menjadi hobi favorit. Apalagi jika bukunya jenis buku fisik. Selain bisa disimpan dan jadi koleksi, mata tak terasa cepat letih.
Namun entah kenapa aku merasa harga buku masihlah mahal. Meskipun sudah bekerja dan punya gaji, ketika melihat harga buku-buku yang terpajang di rak aku terkadang gigit jari.
Harga novel saat ini berkisar di atas seratus ribu. Seringkali novelnya dibagi menjadi beberapa buku sehingga misalkan dua buku sudah mencapai tigaratus ribu. Belum lagi jika bukunya jenis buku impor, maka bakal lebih mahal lagi.
Misalkan aku membawa Rp 500 ribu maka tak banyak buku baru yang bisa kubawa pulang. Aku harus menyortirnya dengan bijak. Setelah sekian waktu biasanya aku hanya membawa 1-2 buku. Ketika kubawa ke kasir aku berharap bukunya tak sekedar menambah koleksi bukuku.
Harga buku baru menurutku masih mahal. Alhasil aku lebih banyak menyantroni bagian rak obral buku. Jika beruntung aku bisa mendapat buku bagus dengan harga yang lumayan miring.
Ini aneh, karena sejatinya aku sudah bekerja. Atau mungkin karena saat ini aku sudah berkeluarga sehingga buku bukan lagi menjadi kebutuhan prioritas. Entahlah.
Tapi menurutku belakangan ini harga buku memang semakin mahal. Moga-moga penulisnya juga dapat bagian yang besar.
Dulu waktu masih anak sekolahan aku juga suka membeli buku di toko buku dengan mengumpulkan uang sakuku. Memang untuk membelinya aku harus menghemat uang jajan atau malah tidak jajan sama sekali. Tapi aku merasa harganya tidak begitu mahal. Masih terjangkau untuk anak sekolah, hanya perlu berhemat.
Demikian juga ketika aku berkuliah. Aku masih bisa membeli buku baru dengan menyisihkan kiriman ibu dan honor yang kudapat jika ikut kegiatan di kampus. Harga buku tentunya naik tapi aku juga masih bisa membelinya dan masih menganggap harga bukunya mahal.
Tapi sekarang harga buku bagiku terasa mahal. Ya akhirnya seringkali harus puas di bagian obralan atau cuma membeli karya penulis favorit. Atau jika sedang ingin membaca aku bisa pinjam buku di perpustakaan daring. Minusnya, untuk membacanya harus tidak lama-lama karena mudah bikin mata letih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H