Awal mula kita bersapa
Aku yakin kau jawabnya
T'rasa dekat walau kali pertama bertatap mata
Lika-liku t'lah kitalewatibersama
Hingga hari tiba
Sampaiperjanjian sakral tiba
Kita ucap lantang padadunia
Kala jawabnya yang ditanya-tanya
Datang dari mana pendekar cahaya
Lexicon
Lagu yang menjadi judul album Isyana ini memadukan musik opera dan rock. Aku jadi teringat akan lagu-lagu Dream Theatre dan Bohemian Rhapsody. Unik dan asyik. Ini sisi Isyana yang berbeda dan jarang diperlihatkan. Ia benar-benar bereksplorasi di sini. Lagunya sinematik, mendengarkan lagu ini aku membayangkan sebuah cerita.
Liriknya menggunakan bahasa metafora, tentang kebencian dan caci maki yang merajalela. Cacian ini seperti tanaman berduri yang anehnya malah dirawat.
Sang Nirwana
Menghadirkan mata-mata
Bersiap!
Yangditanammengapa berduri
Ingatlah karyapujangga
Cacian kini merajalela
Bisakah kita mengubah
Takdir kelabu,kubur jadi satu
Sambutlah kemarau tiba
Berguguran, tapi dikenang selamanya
Ragu Semesta
"Ragu Semesta" adalah tembang favoritku dalam album ini. Lagunya indah dan sinematik. Video klipnya juga menarik. Terlihat Isyana dengan gaun putihnya bermain piano dan bernyanyi di tengah audiens yang nampak tak peduli dengan pertunjukan di depannya. Hingga mereka kemudian benar-benar mendengarkan musiknya dan terpesona.
Aku suka musiknya dengan piano dan alat musik string yang klasik. Gaya bernyanyi Isyana seperti membawakan lagu-lagu Disney. Liriknya juga tak biasa. Lagu ini sedih, tentang perpisahan karena keraguan. Lagu ini dipungkasi dengan permainan piano Isyana dan musik orkestra yang terasa megah. Isyana kemudian seolah bersenandung sendiri. Indah. Lagu ini seolah-olah merupakan metafora, mendobrak musik yang saat ini terasa generik.
Dulu kau pernah ucap
Janji yang ku yakin takkan pudar
Namun ragu semesta
Tak terlawan oleh manusia
Terus terangkutak kuasa
Melihatmu terperangkapdalam kisah tak bermakna
Haruskah ku memulaituk melepaskan