Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

7 Film 2019 Favoritku

2 Januari 2020   16:27 Diperbarui: 2 Januari 2020   16:43 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
7 Film Favoritku Tahun 2019 (Desain oleh Canva, gambar dari IMDb)

Ketika mau mengupas tentang film-film 2020 aku baru ngeh belum mendokumentasikan film-film favoritku tahun lalu. Ulasan film-film Indonesia terbaik sih sudah kubuat artikelnya di blogku.Kini aku ingin membuat yang khusus mancanegara.

Bagaimana dengan film-film tahun 2019? Ada beberapa catatan tentang film-film mancanegara tahun lalu. Dari segi film horor, belum ada yang benar-benar seram dan berkesan. Formulanya relatif masih sama, banyak pula yang meneruskan dari film sebelumnya alias sekuel. Film-film horor yang diharapkan menggebrak rupanya kurang mencekam, seperti "Annabele: Comes Home".

Tapi ada pula horor yang lumayan apik, seperti "The Curse of La Llorona" yang memberikan sentuhan horor dari Amerika Latin. Cuma sayangnya hantunya sering eksis, suka muncul di mana-mana. "Pet Sematary" juga tidak buruk dengan penutup yang tragis. "Pet Sematary" ini melengkapi horor adaptasi Stephen King yang tahun ini digarap cukup apik. Dua sekuel horor adaptasi novel Stephen King juga menurutku memberikan konklusi yang menyenangkan, yaitu "It Chapter Two" dan "Doctor Sleep". Horor yang menurutku paling berkesan tahun ini adalah yang berbumbu thriller, yaitu "Us" dan "Brightburn".

Dari segi film animasi, hanya beberapa yang berkesan seperti "NeZha", "Frozen II", "Toy Story 4, dan film animasi Jepang berjudul "Weathering With You". "Lion King" ini agak membingungkan apakah lebih pantas masuk animasi atau live action, karena tidak ada sama sekali unsur manusianya di sana.

Selanjutnya dari sisi adaptasi dongeng ke live action, "Aladdin" terbantu oleh kehadiran Will Smith. Ceritanya relatif membosankan tanpa Will Smith sebagai jin dan sosok Abu. Sedangkan "Dumbo" memberikan sisi yang sendu, dengan unsur seperti film Batman dengan sirkus juga adanya reuni antara Danny DeVito dan Michael Keaton.

Tahun 2019 juga masih ramai dengan film Superhero dari "Spiderman: Far from Home", "X-Men: Dark Phoenix", "Captain Marvel", "Avengers: End Game",  "Shazam", "Joker" dan superhero bercampur horor yaitu "Brightburn". Oh ya tahun ini juga ramai film konser dari Metallica, Shakira, dan BTS. Genre ini relatif masih baru dan muncul beberapa tahun belakangan ini. Aku menonton film konser Metallica dan menurutku pengalaman yang menarik.  

Hehehe pendahuluannya cukup panjang. Berikut tujuh film favoritku. Beberapa di antaranya sudah kusebutkan di paragraf atas.

Weathering with You (Skor 8.5/10)
"Weathering with You" (Tenki no Ko) berkisah tentang seorang gadis dengan kemampuan unik. Hina Amano, si gadis tersebut, adalah gadis matahari. Saat cuaca hujan maka ia diperlukan jasanya sebagai pawang hujan. Saat itu Tokyo memang dilanda hujan besar dan dikuatirkan bakal tenggelam. Namun, rupanya agar Tokyo tetap aman maka gadis matahari harus berkorban. Apakah Hina pasrah dengan takdirnya?

Jakarta sepertinya perlu pawang hujan sekuat Hina Amano (gambar: IMDb)
Jakarta sepertinya perlu pawang hujan sekuat Hina Amano (gambar: IMDb)
Kualitas grafis dari film Makoto Shinkai sudah tak diragukan lagi. Film ini juga tak kalah dengan "5 cm per second", sama-sama spektakuler. Grafisnya begitu detail. Dari unsur cerita, animasi ini tak biasa. Makoto cerdik memadukan cerita fantasi yang indah dan tidak generik dengan tambahan unsur romantis. Aku juga terharu dengan latar Hina yang rupanya tak seceria senyumannya. Ulasan di sini.

Toy Story 4 (Skor 8/10)
"Toy Story 4" menurutku sebuah tontonan yang menarik. Film ini membuatku teringat dan peduli akan mainan-mainanku masa kecil. Kisahnya makin dinamis dan Woody sebagai ketua kelompok boneka di rumah Bonnie dihadapkan pilihan yang dilematis.

sumber: scmp.com
sumber: scmp.com
Kupikir franchice film ini tuntas pada film ketiganya. Ketika kemudian muncul kabar film ini akan dibuat sekuelnya, apa lagi cerita yang akan ditawarkan. Rupanya ceritanya dipicu oleh perkembangan karakter Bonnie yang telah memasuki usia sekolah. Aku turut sedih dengan nasib Woody tapi sepertinya pilihan Woody untuk berpisah dengan kawan-kawannya sejak dulu adalah pilihan terbaik. Film ini memunculkan nostalgia dan membuatku terharu. Ulasan di sini.

Us (Skor 8/10)
Sejak menyaksikan "Get Out", aku jadi memerhatikan kiprah Jordan Peele. Bermula dari komedian ia rupanya juga piawai mengomandani pembuatan film. Film-filmnya out the box dan memiliki keunikan tersendiri. Sama halnya dengan "Get Out", cerita dalam film "Us" itu seperti mimpi buruk.

"Us" memiliki elemen horor yang seram mencekam tanpa penampakan yang mengerikan. Ceritanya pun juga tak seperti horor pada umumnya. Ada berbagai lapisan dan kepingan puzzle yang membuat penonton penasaran akan sosok antagonis yang di sini dirupakan dalam rupa kloningan. Siapakah para kloningan tersebut dan motivasinya? Ulasan di sini.

sumber: imdb.com
sumber: imdb.com
Brightburn (Skor 8/10)
"Brightburn" tidak seperti film superhuman pada umumnya. Ia tidak seperti Superman atau juga Avengers. Ia sosok super tapi yang tidak humanis. Bahkan sosok dengan kemampuan seperti Superman ini berniat menghancurkan para manusia. Ia ibarat evil Superman.

Film ini bernuansa seperti film horor. Ia dengan jeli menggambarkan sisi gelap dari mereka yang memiliki kekuatan super. Ceritanya agak mirip dengan awal mula kelahiran Superman, kemudian berkelok dengan mengejutkan. Film ini seperti jawaban atas pertanyaan Lex Luthor dan Batman, bagaimana jika prahara bukan muncul dari neraka, melainkan dari langit? Ulasan berikut ini.

sumber: imdb.com
sumber: imdb.com
Avengers: End Game (8/10)
"Avengers: Endgame"menurutku sebuah film penutup tentang aksi kelompok superhero yang memuaskan. Memang ada beberapa hal yang dirasa bukan solusi terbaik yang mengakomodir keinginan para fans. Adegan dramatis dan emosional sekaligus pertarungan yang seru terangkum di dalam film ini. Meskipun durasinya panjang, yakni tiga jaman, penonton merasa tak bosan.

Menyenangkan melihat banyak superhero berkumpul (sumber: IMDb)
Menyenangkan melihat banyak superhero berkumpul (sumber: IMDb)
Yang menyenangkan dari film Avengers ini, setiap superhero mendapat spotlight yang menampilkan kondisi emosinya saat itu dan kemampuan terbaiknya. Tidak ada yang benar-benar dominan. Urusan mengalahkan musuh dan menjaga keselamatan manusia lainnya dinampakan sebagai kerja tim. Sungguh menyenangkan ketika melihat satu-persatu karakter superhero favorit muncul dan menunjukkan kemampuannya. Juga ada bagian yang mengharukan dan menyesakkan dada. Ulasan di sini.

Joker (Skor 8/10)
Ada beberapa lapisan dalam film "Joker" sehingga perlu jeli menontonnya. Ketika bagian demi bagian itu terlewati, penonton akan menyadari bahwa selama ini mereka terkecoh.

Gangguan mental yang dialami oleh Arthur diperlihatkan dikarenakan kejadian traumatis masa kecilnya. Rupanya tak hanya sulit mengendalikan tawa, ia juga kerap mengalami delusi. Ia juga kemudian bersikap amoral yang dianggap 'permisif' karena mengalami berbagai hal yang membuatnya sedih dan kecewa. Ya, ada banyak argumentasi tentang bagaimana Joker bisa menjadi jahat seperti itu. Apakah ia benar-benar jahat dan amoral.

Dari segi akting maka penampilan Joaquin Phoenix sangat layak diapresiasi. Ia menjadi Joker baru yang sama menariknya dengan Joker versi Heath Ledger. Untuk plot ceritanya sendiri alurnya lambat dan lebih bersifat drama. Hal ini jadi menarik karena karakter Joker sebelum dan sesudah jahat menjadi tergali. Nuansanya yang suram juga selaras dengan film-film DC Comics.

Joker ala Joaquin Phoenix memberikan warna yang berbeda (sumber: IMDb)
Joker ala Joaquin Phoenix memberikan warna yang berbeda (sumber: IMDb)
Untuk ceritanya sendiri ada yang menyandingkannya dengan film "Taxi Driver". Memang ada nuansa yang mirip meskipun secara keseluruhan ceritanya tak sama. Dua film ini memertanyakan apakah unsur amoral dan tindakan kriminal bisa dipandang sebagai tindak kepahlawanan. Ulasan berikut ini.

Ford v Ferrari (Skor: 8/10)
Dalam "Ford v Ferrari" rupanya kejuaraan balap mobil bukan sekedar kecepatan dan keahlian pengemudi. Ada banyak hal yang berkontribusi di dalamnya. Faktor strategi, stamina pengemudi, juga kerja sama tim sangat berpengaruh apalagi kejuaraan "24 Hours of Le Mans" ini dipertandingkan selama sehari penuh. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana Ken, Carrol dan tim Cobra begitu bekerja keras membuat desain mobil balap yang bukan hanya cepat, tapi juga tangguh.

Politik dalam perusahaan Ford serta persaingan antar pemilik Ford dan Ferrari memberikan bumbu yang menarik dalam film ini. Namun yang paling patut diapresiasi dalam film ini adalah performa Christian Bale dan Matt Damon yang berkelas Oscar. Setelah lolos sebagai nominasi Golden Globes, apakah ia juga akan lolos sebagai nominasi Oscar? Ulasan di sini.

Christian Bale dan Matt Damon memberikan performa yang apik dalam film ini (sumber: IMDb)
Christian Bale dan Matt Damon memberikan performa yang apik dalam film ini (sumber: IMDb)
Film-film di atas tujuh film favoritku, bagaimana dengan Kalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun