Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

7 Film 2019 Favoritku

2 Januari 2020   16:27 Diperbarui: 2 Januari 2020   16:43 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
7 Film Favoritku Tahun 2019 (Desain oleh Canva, gambar dari IMDb)

Us (Skor 8/10)
Sejak menyaksikan "Get Out", aku jadi memerhatikan kiprah Jordan Peele. Bermula dari komedian ia rupanya juga piawai mengomandani pembuatan film. Film-filmnya out the box dan memiliki keunikan tersendiri. Sama halnya dengan "Get Out", cerita dalam film "Us" itu seperti mimpi buruk.

"Us" memiliki elemen horor yang seram mencekam tanpa penampakan yang mengerikan. Ceritanya pun juga tak seperti horor pada umumnya. Ada berbagai lapisan dan kepingan puzzle yang membuat penonton penasaran akan sosok antagonis yang di sini dirupakan dalam rupa kloningan. Siapakah para kloningan tersebut dan motivasinya? Ulasan di sini.

sumber: imdb.com
sumber: imdb.com
Brightburn (Skor 8/10)
"Brightburn" tidak seperti film superhuman pada umumnya. Ia tidak seperti Superman atau juga Avengers. Ia sosok super tapi yang tidak humanis. Bahkan sosok dengan kemampuan seperti Superman ini berniat menghancurkan para manusia. Ia ibarat evil Superman.

Film ini bernuansa seperti film horor. Ia dengan jeli menggambarkan sisi gelap dari mereka yang memiliki kekuatan super. Ceritanya agak mirip dengan awal mula kelahiran Superman, kemudian berkelok dengan mengejutkan. Film ini seperti jawaban atas pertanyaan Lex Luthor dan Batman, bagaimana jika prahara bukan muncul dari neraka, melainkan dari langit? Ulasan berikut ini.

sumber: imdb.com
sumber: imdb.com
Avengers: End Game (8/10)
"Avengers: Endgame"menurutku sebuah film penutup tentang aksi kelompok superhero yang memuaskan. Memang ada beberapa hal yang dirasa bukan solusi terbaik yang mengakomodir keinginan para fans. Adegan dramatis dan emosional sekaligus pertarungan yang seru terangkum di dalam film ini. Meskipun durasinya panjang, yakni tiga jaman, penonton merasa tak bosan.

Menyenangkan melihat banyak superhero berkumpul (sumber: IMDb)
Menyenangkan melihat banyak superhero berkumpul (sumber: IMDb)
Yang menyenangkan dari film Avengers ini, setiap superhero mendapat spotlight yang menampilkan kondisi emosinya saat itu dan kemampuan terbaiknya. Tidak ada yang benar-benar dominan. Urusan mengalahkan musuh dan menjaga keselamatan manusia lainnya dinampakan sebagai kerja tim. Sungguh menyenangkan ketika melihat satu-persatu karakter superhero favorit muncul dan menunjukkan kemampuannya. Juga ada bagian yang mengharukan dan menyesakkan dada. Ulasan di sini.

Joker (Skor 8/10)
Ada beberapa lapisan dalam film "Joker" sehingga perlu jeli menontonnya. Ketika bagian demi bagian itu terlewati, penonton akan menyadari bahwa selama ini mereka terkecoh.

Gangguan mental yang dialami oleh Arthur diperlihatkan dikarenakan kejadian traumatis masa kecilnya. Rupanya tak hanya sulit mengendalikan tawa, ia juga kerap mengalami delusi. Ia juga kemudian bersikap amoral yang dianggap 'permisif' karena mengalami berbagai hal yang membuatnya sedih dan kecewa. Ya, ada banyak argumentasi tentang bagaimana Joker bisa menjadi jahat seperti itu. Apakah ia benar-benar jahat dan amoral.

Dari segi akting maka penampilan Joaquin Phoenix sangat layak diapresiasi. Ia menjadi Joker baru yang sama menariknya dengan Joker versi Heath Ledger. Untuk plot ceritanya sendiri alurnya lambat dan lebih bersifat drama. Hal ini jadi menarik karena karakter Joker sebelum dan sesudah jahat menjadi tergali. Nuansanya yang suram juga selaras dengan film-film DC Comics.

Joker ala Joaquin Phoenix memberikan warna yang berbeda (sumber: IMDb)
Joker ala Joaquin Phoenix memberikan warna yang berbeda (sumber: IMDb)
Untuk ceritanya sendiri ada yang menyandingkannya dengan film "Taxi Driver". Memang ada nuansa yang mirip meskipun secara keseluruhan ceritanya tak sama. Dua film ini memertanyakan apakah unsur amoral dan tindakan kriminal bisa dipandang sebagai tindak kepahlawanan. Ulasan berikut ini.

Ford v Ferrari (Skor: 8/10)
Dalam "Ford v Ferrari" rupanya kejuaraan balap mobil bukan sekedar kecepatan dan keahlian pengemudi. Ada banyak hal yang berkontribusi di dalamnya. Faktor strategi, stamina pengemudi, juga kerja sama tim sangat berpengaruh apalagi kejuaraan "24 Hours of Le Mans" ini dipertandingkan selama sehari penuh. Dalam film ini diperlihatkan bagaimana Ken, Carrol dan tim Cobra begitu bekerja keras membuat desain mobil balap yang bukan hanya cepat, tapi juga tangguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun