Kidut begitu lemas. Raut mukanya nampak kesakitan dan kesusahan. Aku harus mengijinkannya rawat inap agar ia bisa diinfus dan dirawat secara intensif.
Ketika berupaya menghiburnya, aku berupaya menyingkirkan jauh-jauh tentang biaya pengobatannya. Biaya berobat kucing menurutku cukup mahal, apalagi jika sampai rawat inap.
Dulu kucingku Nero juga pernah terpaksa harus rawat inap. Ia tak doyan makan dan badannya terus melemah. Aku terkejut mengetahui total biaya yang harus kubayar. Pada saat itu aku berharap ada kartu BPJS untuk kucing.
Biaya pemeliharaan dan biaya pengobatan kucing tak murah untuk ukuranku. Tapi aku juga tak ingin menyesal jika tak berupaya mengobati mereka semaksimal mungkin.
Ada empat kucing di rumah saat ini. Mereka semuanya lahir di sekitaran rumah, di halaman depan atau di samping. Mereka kucing kampung yang tak tega kuusir. Mereka kubiarkan tumbuh, bermain, dan kemudian beranak-pinak.Â
Temanku sebagian keheranan mengapa kucing kampung harus dibawa ke klinik. Ia bukan jenis kucing mahal, kata mereka.Â
Bagiku semua kucing yang ada di dekatku adalah istimewa. Mereka kawan-kawanku. Ketika mereka sakit aku juga ikut sedih. Tak peduli kucing ras atau kucing kampung.
Sebenarnya mereka harus rutin ku periksakan kesehatannya ke dokter. Mereka juga sebaiknya kusterilkan agar tak terus beranak-pinak dan si Nero bisa mengerem keinginannya untuk berkelahi.
 Ya, biaya sterilisasi kucing juga tak murah. Yang agak terjangkau adanya di rumah sakit hewan di Ragunan.
Seandainya ada BPJS hewan peliharaan. Tapi sepertinya harapan ini hanya mimpi. Hal ini sebenarnya peluang bagi perusahaan asuransi untuk menawarkan asuransi kesehatan bagi hewan peliharaan. Sepertinya bakal lumayan banyak peminatnya.Â
Benefitnya pemilik kucing bisa melakukan vaksinasi, grooming, pemeriksaan kesehatan, pengobatan, hingga sterilisasi, dan pemakaman yang layak bagi para kucing.