Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Kisah Jaya Layar Tancap dan Serba-Serbi Film Lawas dalam Indonesian Old Cinema Museum

30 September 2019   21:34 Diperbarui: 1 Oktober 2019   21:09 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Buta dan Jaka Sembung wah kayaknya menarik (dokpri)

Museum Film Lawas? Aku kontan penasaran ketika menjumpai keberadaan museum ini di aplikasi peta Malang. Ketika hendak kembali ke Jakarta aku pun bersikeras untuk singgah ke museum ini. 

Hasilnya, selama kurun waktu satu jaman aku mendapatkan wawasan yang menarik dan bermanfaat tentang film lawas, khususnya film Indonesia.

Cukup mudah menemukan lokasi museum ini. Nama resmi museum ini adalah Indonesian Old Cinema Museum, Ia berada di dalam kompleks rumah makan Ringin Asri di sekitaran jalan Soekarno-Hatta. Persisnya, jalan Soekarno-Hatta 45 Malang, sekitar 5-10 menitan dari Universitas Brawijaya.

Rupanya perintis dan pendiri museum ini adalah pemilik rumah makan tersebut. Drs Hariadi yang akrab disebut Pak Hariadi. 

Sebelum berbisnis rumah makan, ia adalah seorang pengusaha layar tancap yang sukses malang-melintang di Jawa Timuran. Ia menyambut kami di museumnya bersama seorang stafnya.

Lokasinya di satu komplek dengan RM Ringin Asri (dokpri)
Lokasinya di satu komplek dengan RM Ringin Asri (dokpri)
Suasana museum siang itu sedang sepi. Kami dipersilakan masuk dan melihat-lihat koleksi poster film. Tidak ada tiket masuk. Pengunjung bisa memberikan donasi secara sukarela.

Museum ini bangunannya tidak besar, hanya terdiri dari sebuah ruangan dengan layar dan bangku-bangku di bagian belakang apabila pengunjung ingin merasai menonton film lawas. Koleksi-koleksinya merupakan koleksi pribadi. Belum ada bantuan dari pemerintah daerah.

Meskipun koleksinya hanya merupakan koleksi pribadi, poster-poster dan koleksi lainnya lumayan komplet. Aku memandangi poster satu-persatu, memerhatikan desain poster dan juga para pemerannya.

Juga ada koleksi film Hollywood (dokpri)
Juga ada koleksi film Hollywood (dokpri)
Pengunjung juga bisa menikmati film lawas secara cuma-cuma (dokpri)
Pengunjung juga bisa menikmati film lawas secara cuma-cuma (dokpri)
Koleksi lainnya berupa film-film dalam bentuk gulungan pita seluloid. Jumlahnya ratusan, namun yang dipamerkan baru sebagian. Lainnya masih di gudang.

Ada juga beberapa proyektor untuk memutar film yang kondisinya masih terawat baik. Kami kemudian juga ditunjukkan koleksi majalah film lawas, tiket dan selebaran film, juga spanduk untuk promosi film layar tancap.

Tiap Poster Memiliki Cerita, Eh Ada "Pengkhianatan G.30 S.PKI"
Poster film "Pengkhianatan G.30.S PKI" menarik perhatianku. Ada tambahan sub judul "Sejarah Orde Baru" dalam posternya. 

Dalam poster tersebut juga ada kalimat "PPFN mempersembahkan film terbesar dan tak mungkin terulang lagi".

Hemm... hari ini 30 September dan aku ingat film ini dulu selalu diputar dan sempat membuatku begitu takut pada waktu masih kecil. Tapi bisa dibilang film ini legendaris dan mungkin ada yang menyebutnya sebagai salah satu film cult Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun