Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketukan Misterius

29 Agustus 2019   14:54 Diperbarui: 29 Agustus 2019   15:04 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aku yakin pintu itu terkunci rapat | ilustrasi: pixabay

Posisi tidurku saat itu di pinggir kanan, paling dekat dengan pintu dan jendela. Di antara pintu dan jendela masih ada sofa.

Ketukan itu masih terdengar. Kini ke daun pintu. Seperti seorang tamu yang kesal pintu tidak segera terbuka. Aku mulai terbangun. Kali ini
aku merasakan desiran aneh. Ada sesuatu yang tak wajar. Aku mulai merinding dan tubuhku terasa kaku.

Sambil berkomat-kamit membaca doa yang kuingat, aku membangunkan Nina. Nina bangun dengan malas-malasan. Ia juga nampak sangat mengantuk tapi ia kemudian ia langsung paham apa yang terjadi. Kami berpandangan tangan. Kami berdua lalu membaca doa semampu yang kami inat.

Bukannya berhenti, ketukan itu semakin keras dan ramai. Aku makin deg degan dan pucat. Dan pintu itu kemudian terbuka disertai angin kencang. Situasi makin pelik karena lampu pun kemudian padam seketika. Aku menghadapkan tubuhku ke arah Nina sambil terus membaca doa. Rasanya badanku semuanya lumpuh. Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat. Aku ingin menangis karena begitu ketakutan.

Sepertinya tamu itu datang bersama angin dan lampu padam. Aku masih diam ketakutan. Aku ingin segera pagi. Tapi waktu terasa begitu lama. Entah apakah sekedar imajinasiku, aku merasa ada sesuatu yang mengawasi kami, memandangi kami berdua yang berpura-pura tidur terpejam.

Lampu kemudian menyala. Angin kencang itu lenyap. Keberanian nampaknya mulai menguasai Nina. Ia dengan berani melangkah ke arah pintu. Ia menutup tirai jendela lalu memastikan pintu terkunci rapat.

Aku yakin pintu telah terkunci. Sebelum tidur aku memastikannya.

Derita itu tak kunjung berakhir. Kembali muncul ketukan. Aku memutuskan meminta bantuan. Aku menghubungi Hari dan Tomo. Dengan suara tercekat, aku meminta mereka untuk sementara menjaga kami.

Rupanya Hari masih mengantuk. Ia tak kunjung tiba hingga sekian lama. Serangan misterius itu kembali gencar. Aku menelpon mereka sekali lagi. Jika tak berhasil, ya sudahlah aku harus menghadapi makhluk-makhluk itu hanya berdua.

Telpon itu kembali diangkat. Kali ini aku berhasil berkata lebih lancar. Nadaku nampak panik. Keduanya mengerti dan sekitar sepuluh menit kemudian, mereka tiba di bungalow.

Mereka memeriksa kamar kami. Memastikan tidak ada yang masuk. kedua memastikan jendela dan pintu terkunci rapat. Setelah itu mereka pun tidur di sofa, sambil meminta kami terus membaca doa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun