Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Kenapa Harus Mudik? Ada Suka dan Dukanya

2 Juni 2019   17:49 Diperbarui: 2 Juni 2019   17:57 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika mencobai rute tertentu untuk mudik maka biasanya ada bonus (dokpri)

Ketika melihat berita di televisi atau di koran tentang mereka yang berjuang untuk mudik, aku tak habis pikir. Apalagi jaman dulu transportasi pesawat rasanya masih tak terjangkau, kereta api eksekutif juga begitu mahal.

Mereka rela untuk berdesakan di bus, kereta ekonomi, dan kapal laut demi bisa menuju kampung halaman. Yang penting terangkut, kenyamanan seolah-olah terabaikan.

Saat mudik bisa melihat sawah yang hijau (dokpri)
Saat mudik bisa melihat sawah yang hijau (dokpri)

Mereka yang berjibaku dengan kendaraan roda dua juga seringkali lalai akan keselamatan diri dan keluarganya. Aku terpekur ketika pembaca berita menyampaikan korban laka yang mencapai ratusan hingga seribu jiwa tiap tahunnya saat libur lebaran.

Untunglah masa-masa pahit mudik itu mulai berlalu. Pemerintah telah banyak melakukan pembenahan dari segi infrastruktur, memberikan beragam alternatif untuk mudik, dan banyak perusahaan yang menawarkan mudik gratis. Laka pun berkurang drastis. Pemudik bisa tiba dan kembali dengan lebih nyaman dan aman.

Aku sendiri baru mencicipi serunya mudik sejak berkuliah di Surabaya. Setiap jelang lebaran aku mulai merasai sebuah kegembiraan. Perjalanan sepanjang 2-3 jam itu menjadi sesuatu yang berbeda dibandingkan perjalananku pulang pada hari biasa. Bus, kereta, dan jalanan lebih padat dan ada euforia itu, kegembiraan akan bertemu kakak dan sanak saudara yang terpencar.

Kisah-kisah saat mudik menjadi semakin berwarna ketika aku ikut berurbanisasi ke Jakarta. Ada banyak suka dan duka kurasai saat menuju kampung halaman.

Untuk sukanya pastilah lebih banyak. Hal yang menyenangkan ketika dapat tiket pesawat atau kereta pada hari yang diinginkan. Syukur-syukur dapat tiket pesawat dengan harga yang tak mahal. Lumayan perjalanan jadi hanya memakan sekitar 1,5 jam, dibandingkan naik kereta yang belasan jam.

Senangnya sudah dekat Malang (dokpri)
Senangnya sudah dekat Malang (dokpri)

Cerita sukanya lagi pada saat menumpang mobil kakak untuk pulang. Kami mengalami kemacetan dan baru tiba di Malang 26 jam kemudian. Ada rasa lelah juga sukacita. Ketika kendaraan sudah mencapai Nongko Jajar, Kabupaten Malang maka mulailah rute yang agak ekstrem, jalur sempit yang berliku-liku. Namun pemandangan di sini memang sungguh indah. Perjalanan ini melelahkan tapi juga menyenangkan karena kulakukan bersama kakak.

Bagaimana dengan dukanya? Hahaha cerita duka itu berlalu menjadi sebuah kisah berkesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun