Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Berbuka dengan yang Manis Tak Berlaku bagi Setiap Orang

21 Mei 2019   22:07 Diperbarui: 22 Mei 2019   08:25 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apakah Kamu biasa mengonsumsi makanan manis saat berbuka? (Dokpri)

Puasa hari itu sepertinya Ibu lagi tak kompak dengan ayah. Ibu telah memasak dan menyediakan kolak pisang sebagai menu takjil hari itu. Sedangkan ayah rupanya membawa oleh-oleh es campur yang nampak begitu segar menggoda. Tapi ayah dan ibu kemudian tak merasa cemas, karena dua jenis sajian itu pun kemudian ludes. Kolak pisang sebagai menu takjil dan es campur buat disantap usai sholat Magrib.

Kolak pisang dan es campur keduanya sama-sama manis. Ketika dua sajian manis tersebut disantap pada momen yang hampir bersamaan, para ahli nutrisi mungkin bakal komplain keras. Mereka akan beralasan kebanyakan gula akan berbahaya bagi tubuh manusia.

Pada hari biasa dan ketika usia tertentu,  memang kebanyakan mengonsumsi gula akan berbahaya. Apalagi jika anggota keluarganya memiliki riwayat penyakit diabetes.

Namun, metabolisme antar individu berbeda satu sama lain. Ada yang memerlukan gula karena aktivitasnya padat atau ia memiliki gula darah rendah. Seseorang yang mengalami tekanan darah rendah kadang-kadang juga disarankan oleh dokter untuk mengonsumsi makanan manis.

Oleh karena gula bagiku tidak selalu jahat, maka menurutku sah-sah saja untuk menyegarakan berbuka dengan sesuatu  yang manis. Namun, tentunya hal ini tidak bisa disamaratakan ke setiap orang. Mereka yang memiliki riwayat gula tentu konsumsi gulanya harus dibatasi.

Sementara itu, ada sebagian masyarakat yang mengganti menu minuman manis dengan kurma. Menurutku boleh-boleh saja karena hal tersebut juga disarankan oleh Nabi Muhammad SAW.

Aku sendiri kurang suka akan rasa kurma, oleh karena kurma yang dijual di Indonesia umumnya sudah seperti manisan, agak lengket, dan rasanya begitu manis. Daripada kurma aku masih lebih suka akan buah lokal seperti pepaya dan nangka yang manisnya alami serta kaya akan kandungan vitamin dan mineral.

Benarkah Dianjurkan untuk Berbuka yang Manis?
Frase ini sering ditemui dan dikumandangkan di iklan sebuah sirup. Ketika kecil, Ibu lebih menyarankan untuk berbuka dengan cairan, entah manis atau tawar untuk mengembalikan cairan dalam tubuh yang hilang. Tapi menurutku tak ada yang salah untuk mengonsumsi yang manis pada saat berbuka untuk kalangan secara umum. Sebab, gula mengandung glukosa dan zat-zat lainnya yang bisa mengembalikan energi seseorang yang berkurang selama berpuasa. 

Tapi benarkan berbuka yang manis merupakan anjuran Nabi Muhammad?

Telisik telisik aku menemukan jawabannya di sebuah situs bernama Rumah Fikih. Di situ diceritakan awal mula anjuran berbuka dengan yang manis.

Berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tirmizy, Nabi Muhammad sering terlihat berbuka puasa dengan kurma segar atau yang biasa disebut ruthab sebelum sholat Maghrib. Ruthab ini merupakan kurma muda yang berair dan segar. Jika rhutab tak ada maka Beliau menggantinya dengan tamr atau kurma yang seperti biasa kita jumpai. Baru ketika kedua jenis kurma itu tak ada maka Nabi Muhammad SAW hanya meneguk air.

Tidak ada kata-kata minuman atau makanan manis di hadits tersebut. Jejak berbuka dengan yang manis ada setelah era Nabi Muhammad. 

Berbuka dengan yang manis disarankan oleh beberapa ulama pada masa dulu. Syeikh Zarruq seperti yang ditulis dalam kitab "Mawahibul Jalil fi Syarhi Mukhtashar Khalil" karya Al-Hattab Ar-Ru'ain, menyebutkan bahwa seseorang bisa mengganti kurma dengan makanan yang manis untuk berbuka puasa. Tujuan dari mengonsumsi kurma atau makanan yang manis agar mengembalikan penglihatan yang berkurang setelah melakukan ibadah puasa.

Berbuka dengan yang manis tidak dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, akan tetapi hal ini juga tak dilarang. Meski demikian berbuka dengan yang manis tidak bisa disamaratakan ke setiap orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun