Tak harus jauh-jauh ke kawasan Benhil untuk berburu makanan takjil. Di tepi jalan bilangan Kalisari hingga Cijantung juga banyak berjajar penjual takjil. Menunya beragam dari yang umum seperti kolak pisang, bubur sumsum, biji salak, dan es degan hingga jajan tradisional seperti kue dongklak.
Sabtu kemarin (11/5) langit begitu cerah. Usai menata hidangan berbuka, aku mengajak pasangan jalan-jalan berburu takjil. Beberapa hari terakhir kawasan Jakarta Timur yang dekat dengan Depok selalu hujan sejak siang hingga sore hari. Alhasil penjual takjil pun kocar-kacir, tak seramai biasanya.
Sabtu petang langit bersih. Hal ini dimanfaatkan oleh warga Kalisari dan Cijantung untuk ngabuburit, berburu jajanan untuk buka puasa. Melihat ramainya kendaraan menuju ke jalan utama, aku pun ciut. Kami kemudian memilih berbelok ke jalan yang lebih lengang.
Di jalan utama pilihan makanannya lebih baik. Nyaris tak ada tempat yang dibiarkan untuk kosong. Para penjual makanan dadakan mengisi area tepi jalan tersebut. Oleh karena banyak pengguna jalan yang melambatkan laju jalannya untuk melihat-lihat jajanan dan minuman yang dijual, maka kemacetan pun tak terhindari.
Aku sudah hafal rute-rute yang macet sepanjang bulan Ramadan. Oleh karenanya aku memilih menghindarinya sepulang kerja dan seperti hari kemarin. Masih banyak area yang juga menjual jajanan takjil. Menunya juga tak kalah beragam.
Di sepanjang jalan tak jauh dari rumah kami menjumpai banyak penjual makanan dan minuman yang nampak menggiurkan. Penjual ini terbagi dua, mereka yang berdagang sejak lama, juga mereka yang menjadi pedagang dadakan apabila Ramadan. Berikut video perburuannya.Â
Wah untunglah aku ngabuburitnya sejam sebelum berpuasa. Ada banyak makanan dan minuman yang mengundang selera.
Di kubu minuman, es degan dan es buah menjadi favorit. Es degan ada yang ditambahkan alpukat, ada pula yang original. Gulanya tinggal pilih, gula merah atau gula pasir.
Aneka bubur dan kolak menjadi makanan yang paling banyak dijual. Bubur sumsum, biji salak, dan bubur campur dijual di wadah-wadah plastik. Demikian juga dengan kolak pisang dan kolak labu.
Omong-omong tentang dua jenis makanan ini aku agak kapok. Kadang-kadang ada yang berbau kimia, ada juga yang agak basi. Lebih meyakinkan dan lebih aman apabila penjualnya yang membuat sendiri, bukan mengambil di tempat tertentu dan dijualnya lagi. Kalau melihat dari kemasan dan penampilannya kayaknya sebagian besar penjual mengambil di satu tempat.
Makanan lainnya adalah jenis gorengan dan kue basah. Ada donat, cakue, tahu berontak, pisang goreng, kue cucur, kue lapis, dan lontong dengan isi kentang dan wortel.
Makanan-makanan yang dulu populer seperti cappucino cincau dan milo tak lagi terlihat. Yang masih ada dan lumayan laris yaitu Thai Tea, nugget pisang, dan makaroni pedas.
Aku masih berkeliling, belum menentukan pilihan. Hingga aku melirik jam di hape. Wah sudah waktunya untuk kembali nih. Aku pun kemudian berpindah di sebuah gerobak makanan.
Kue Dongkal yang Mulai Langka
Ada dua jenis makanan yang menarik perhatianku. Yang pertama petulo atau putu mayang, yakni kue dari tepung beras yang diwarnai dan seperti sarang burung. Ia disantap dengan teman santan plus gula merah.
Yang kedua yaitu kue dongkal atau dodongkal. Kue ini merupakan makanan khas Betawi. Penjualnya sudah mulai langka. Nasibnya sama dengan kue rangi dan es selendang mayang yang juga mulai terpinggirkan.
Kue dongkal ini sekilas mirip dengan kue putu. Keduanya sama-sama terbuat dari tepung beras dan gula aren atau gula merah, lalu dikukus. Sebagai temannya adalah kelapa muda yang diparut.
Bedanya, kue putu dimasak dalam bambu. Sedangkan kue dongkal dikukus dalam wadah kerucut seperti membuat tumpeng. Adonan tepung beras diselang-seling dengan gula merah sehingga membentuk tampilan yang menarik.
Aku membelinya satu porsi. Kue yang harum ini dihargai Rp 10 ribu.
Untunglah aku tak lapar mata. Kami hanya membeli satu porsi kue dongkal dan satu buah bubur sumsum. Aku kuatir buburnya kurang enak, sehingga hanya membelinya sebuah.
Ya, waktunya berbuka puasa. Kue dongkal kami makan berdua perlahan-lahan. Gula merahnya membuat rasa kue dongkal manis dan gurih. Rasanya memang beda tipis dengan kue putu. Sama-sama nikmat.
Selamat berbuka puasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H