Ketika es degan itu tiba, aku menyesal tidak membawa sedotan stainless-ku. Si penjual menawarkanku sedotan plastik yang kutampik halus. Akhirnya aku meneguk es degan itu. Kugunakan sendok untuk mengambil dagingnya yang tipis dan lembut. Segar. Puasa seharian pun terbayar oleh manis dan segarnya es degan.
Sudah hampir dua tahun aku diet sedotan plastik. Sebenarnya bukan hanya sedotan plastik tetapi juga minuman kemasan gelas plastik dan minuman botol. Aku mengurangi pemakaiannya, meskipun perkembangannya baru sekitar 50 persen.
Sejak melihat tayangan penyu yang tersiksa oleh sedotan plastik, aku merasa trenyuh. Aku ikut merasa sesak nafas ketika seorang sukarelawan berupaya membantu mengeluarkan sedotan plastik itu dari alat pernafasan si penyu.
Ada banyak kabar nestapa dari para hewan laut dan hewat di darat terkait dengan sampah plastik. Sangat menyedihkan melihat banyak makhluk yang tersisa karena ulah manusia.
Jikapun terpaksa mengonsumsi minuman kemasan ini, aku memilih menyeruputnya dan tak menggunakan sedotan plastik. Tutupnya kubuka separuh dan kuteguk. Temanku bertanya kenapa aku repot-repot seperti itu. Aku menjawab singkat, kasihan sama hewan laut.
Aku makin jarang membeli minuman botol dan mulai membawa tumbler sendiri. Jika pun ada botol plastik di rumah maka kumaksimalkan penggunaannya, untuk wadah macam-macam. Lainnya kukumpulkan dan kuberikan ke pemulung.
Saat Berpuasa, Aku Makin Aktif Berdiet Plastik
Aku beruntung kawanku tahu jika aku puasa sedotan dan minuman kemasan plastik. Ia memberiku sedotan stainless menjelang bulan Ramadan. Jenis sedotan ini menurutku sangat bermanfaat. Ia lebih aman dari sisi kesehatan. Selain itu ia tak mudah berkarat, mudah dibersihkan, dan bisa digunakan lebih dari sekali.
Kini sedotan ini mudah dijumpai di toko daring. Harganya pun terjangkau. Sikat pembersihnya juga mudah didapatkan dan murah, sehingga tak ada alasan untuk malas membersihkannya.
Seperti waktu lalu ketika aku melihat sedotan plastik aku langsung teringat akan kisah nestapa ibu penyu itu. Ini membuatku termotivasi untuk lebih aktif mereduksi penggunaan plastik.
Cara lain untuk mengurangi penggunaan plastik yaitu membeli dalam jumlah besar. Jika membeli kopi bubuk dalam ukuran kecil maka sampah kemasan plastiknya lebih banyak. Oleh karenanya aku suka membeli dalam jumlah besar untuk minyak goreng, minuman bubuk, bumbu kaldu, sabun cuci piring, dan sebagainya.
Membawa Tas Sendiri Bisa Mereduksi Plastik
Semalam aku menyaksikan tayangan bertemakan sampah di sebuah saluran televisi. Di tayangan tersebut terbukti jika aturan membayar kantung plastik mampu mereduksi sampah kantung plastik. Warga mulai terbiasa membawa kantung belanjaan sendiri.
Waktu masih lajang, aku suka mengumpulkan kantung plastik yang kudapatkan saat berbelanja. Kantung plastik itu kubersihkan dan kulipat kecil-kecil. Ketika jumlahnya sudah banyak aku membawanya saat berbelanja. Kantung plastik itu kubagikan ke pedagang di pasar secara cuma-cuma. Waktu itu pemikiranku sederhana, untuk memaksimalkan penggunaan plastik yang ada. Tapi cara ini memang kurang efektif.
Dulu Ibu suka membawa keranjang seperti keranjang piknik saat berbelanja ke pasar. Masa itu memang kantung plastik belum lazim. Pedagang banyak yang menggunakan kertas atau daun untuk membungkus barangnya. Nah, daun pisang itu kemudian digunakan lagi oleh nenek untuk alas setrika dan ketel yang masih panas.
Penggunaan kertas dan daun itu saat ini kurang lazim. Memang sih kurang efektif saat membeli ikan karena ikan basah dan amis. Dulu temenku memberi tips untuk membawa ember ketika belanja ikan. Wah kok ember, aku tertawa. Tapi idenya untuk mengurangi sampah plastik patut dipuji. Kalau kupikir-pikir boks makanan kedap udara lebih pas untuk dibawa saat berbelanja ikan, ayam, atau daging.
Aku belum melakukan untuk urusan membawa ember atau boks makanan kedap udara saat berbelanja makanan basah. Ini bisa menjadi PR-ku ke depan. Yang baru kulakukan saat ini termasuk pada bulan Ramadan yaitu membawa tas lipat.
Menurutku kegiatan mengurangi sampah plastik ini harus ditanamkan ke masyarakat berbagai usia. Anak-anak juga bisa dilatih untuk mengurangi mengonsumsi makanan dan minuman berkemasan plastik. Saat bulan Ramadan ini bisa jadi awal untuk memulai kegiatan baik ini. Jika masih sering menggunakan plastik, maka ingatlah ada hewan yang tersiksa di luar sana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H