Dari segi pemilihan bintangnya menurutku cukup pas. Edward Akbar sebagai salah satu musuh juga keji sekaligus abu-abu. Adegan pertarungan di bagian akhirnya juga lumayan seru.Â
Senjata canggih musuh yang keren seperti kordiak dan jubah penghilang seperti dalam film animasi "Full Metal Panic" dan "The Lords of The Rings".Â
Dari segi skoring dan efek spesial "Foxtrot Six" juga tak mengecewakan. Ceritanya juga dinamis dan memiliki penutup kisah yang tak biasa.Â
"Foxtrot Six" entah kenapa menggunakan bahasa Inggris sebagai dialog pemainnya yang sebagian besar pemain Indonesia. Sebenarnya cukup dengan subtitle bahasa Inggris sudah cukup. Penggunaan dialog berbahasa Inggris ini membuat beberapa adegan nampak kaku dan kurang natural. Pasalnya tidak semua pemain fasih berbahasa Inggris.Â
Dari segi alur cerita, entah kenapa strategi misi mereka kurang rapi padahal mereka di awal digambarkan dulunya tim militer yang membanggakan. Kecerobohan-kecerobohan itu membuat gemas.Â
Pengambaran Jakarta pada tahun 2032 juga kurang detail. Hanya ada sejumlah bangunan yang nampak canggih dan bagian lainnya yang terbengkalai. Tapi bagian lainnya seperti Jakarta saat ini.Â
Penggambaran distopianya kurang menyeluruh, hanya dinampakkan adegan mengantri makanan. Oh ya satu lagi kemunculan nama salah satu jasa ojek daring di masa kini dan masa depan itu lumayan mengganggu.Â
Oh ya sebenarnya apa sih Foxtrot Six? Karena penasaran aku mencari tahu. Ternyata Foxtrot adalah cerita anak-anak tentang seekor rubah yang unik. Ia sangat gemar menari dan hanya ingin bekerja sebagai penari.Â
"Foxtrot Six menjadi pembeda di antara kepungan film horor dan romantis. Film laga tentang distopia yang menarik meski ada kekurangan di sana-sini."