Tema-tema tentang distopia jamak dalam film Hollywood. Namun tema seperti ini sangat jarang dibidik dalam film layar lebar Indonesia. Oleh karenanya kehadiran "Foxtrot Six" ini menjadi sesuatu yang unik di antara kepungan film horor dan drama romantis.Â
Dalam "Foxtrot Six" ini dikisahkan Indonesia memasuki tahun 2032. Pada tahun tersebut teknologi sudah maju, kota Jakarta masih gemerlap, tapi kemajuan dan keglamoran kota tersebut hanya dinikmati sebagian kecil. Lainnya tinggal dalam kemiskinan dan makanan yang dijatah karena panen gagal dan perubahan iklim.Â
Ada empat orang besar ditakuti yang menguasai dan mengontrol sumber daya Indonesia. Dua di antaranya adalah Presiden dan bos media. Sejak mereka berkuasa Indonesia makin terpuruk dan kesenjangan makin lebar.Â
Adalah Angga (Oka Antara) yang melihat adanya peluang untuk mendapatkan keuntungan dari kondisi ini. Ia meyakinkan empat petinggi tersebut untuk rencananya merebut kembali kepercayaan masyarakat. Ia berniat membasmi pihak pemberontak.Â
Mampukah mereka berenam mengubah keadaan?Â
Film Laga di Atas EkspektasiÂ
Awalnya aku tak menaruh harapan tinggu pada film ini. Setelah kecewa dengan "Buffalo Boys" dan "DreadOut" yang begitu hip namun kualitasnya tak memadai, aku jadi malas untuk mengikuti euforia. Mending nonton tanpa ekspektasi agar tak kecewa. Dan untunglah kali ini film ini di atas ekspektasi. Filmnya menarik meski ada sejumlah kekurangan di sana sini.Â
Setelah "The Raid" maka genre film laga Indonesia terus berkembang. Ada "Headshot", "The Professionals" , "Buffalo Boys", "Wiro Sableng", dan juga "The Night Comes for Us". Sayangnya bintangnya relatif sama, masih itu-itu saja. Sepertinya Indonesia masih kekurangan aktor dan aktris laga.Â
Dan di film ini bintang-bintang laga itu kembali hadir seperti Oka Antara, Arifin Putra, dan Julie Estelle yang merupakan alumni The Raid. Julie Estelle telah beberapa kali tampil di film laga dan kiprahnya di film laga semakin mengkilap. Oka Antara sejak di film "Sang Penari" mulai menarik perhatian. Perannya di "Aruna dan Lidahnya" juga membuahkannya nominasi piala Citra.Â
Dari segi pemilihan bintangnya menurutku cukup pas. Edward Akbar sebagai salah satu musuh juga keji sekaligus abu-abu. Adegan pertarungan di bagian akhirnya juga lumayan seru.Â
Senjata canggih musuh yang keren seperti kordiak dan jubah penghilang seperti dalam film animasi "Full Metal Panic" dan "The Lords of The Rings".Â
Dari segi skoring dan efek spesial "Foxtrot Six" juga tak mengecewakan. Ceritanya juga dinamis dan memiliki penutup kisah yang tak biasa.Â
"Foxtrot Six" entah kenapa menggunakan bahasa Inggris sebagai dialog pemainnya yang sebagian besar pemain Indonesia. Sebenarnya cukup dengan subtitle bahasa Inggris sudah cukup. Penggunaan dialog berbahasa Inggris ini membuat beberapa adegan nampak kaku dan kurang natural. Pasalnya tidak semua pemain fasih berbahasa Inggris.Â
Dari segi alur cerita, entah kenapa strategi misi mereka kurang rapi padahal mereka di awal digambarkan dulunya tim militer yang membanggakan. Kecerobohan-kecerobohan itu membuat gemas.Â
Pengambaran Jakarta pada tahun 2032 juga kurang detail. Hanya ada sejumlah bangunan yang nampak canggih dan bagian lainnya yang terbengkalai. Tapi bagian lainnya seperti Jakarta saat ini.Â
Penggambaran distopianya kurang menyeluruh, hanya dinampakkan adegan mengantri makanan. Oh ya satu lagi kemunculan nama salah satu jasa ojek daring di masa kini dan masa depan itu lumayan mengganggu.Â
Oh ya sebenarnya apa sih Foxtrot Six? Karena penasaran aku mencari tahu. Ternyata Foxtrot adalah cerita anak-anak tentang seekor rubah yang unik. Ia sangat gemar menari dan hanya ingin bekerja sebagai penari.Â
"Foxtrot Six menjadi pembeda di antara kepungan film horor dan romantis. Film laga tentang distopia yang menarik meski ada kekurangan di sana-sini."
Judul: Foxtrot SixÂ
Sutradara: Randy KorompisÂ
Pemeran: Oka Antara, Julie Estelle, Arifin Putra, Rio Dewanto, Chicco Jerikho, Verdi Solaiman, Mike Lewis, Edward Akbar, Cok SimbaraÂ
Genre : LagaÂ
Skor : 7.5/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H