Awalnya aku merasa simpati mendengar keluhan-keluhannya. Namun, lama-kelamaan aku merasa jenuh dan lelah ketika ia terus-terusan mengeluh dan mengomel. Rentetan kata-katanya seolah-olah ia orang yang paling menderita dan merasa paling benar.
Usai pertemuan dengannya aku merasa lelah dan lemas. Energiku seolah-olah terkuras, tersedot oleh sumber energi negatif tersebut.
Dulu nenek dan Ibu selalu menyarankan untuk berkumpul dengan orang-orang yang berpandangan positif. Ada banyak orang baik, tapi tidak semuanya suka dan memiliki kebiasaan berpikiran positif.
Ada tipe-tipe orang tertentu yang gemar sekali mengeluh, menyalahkan berbagai pihak alias mengomel, dan berkata-kata kasar. Sesekali bergaul dan mendengarkan keluhan mereka memang tidak masalah, siapa tahu mereka memang sedang memiliki masalah dan ingin punya teman curhat. Tapi lain ceritanya jika mengeluh, mengomel, dan berkata-kata kasar itu adalah kebiasaan dan hobinya.
Menurutku nasihat ini terbukti. Aku merasakan kesan yang berbeda apabila sedang berada dan berdekatan dengan orang-orang yang menurutku memancarkan energi positif dan mereka yang seolah-olah menyebarkan energi negatif.
Ketika sering-sering bertemu dan bergaul dengan orang- yang memiliki pikiran dan pandangan positif, maka aku ikutan tertular dengan semangat mereka. Aku jadi terinspirasi untuk berbuat kebaikan dan memiliki pandangan yang positif dalam melihat dunia. Energi positif yang dipancarkan oleh mereka membuat energi baik di diriku dan sekelilingku seolah-olah hadir dan tumbuh berkali-kali lipat.
Lebih sering berkumpul dengan orang-orang berpandangan positif akan mengembangkan dan menyebarkan energi baik
Energi itu hadir di sekeliling kita. Ia bisa dirasakan. Ia bisa membesar dan juga menyebar. Ketika aku berada di kalangan yang suka menggerutu, mengeluh, dan mengomel, energi baik dalam diriku seolah-olah terkuras, digantikan energi negatif yang membuatku ikut-ikutan berpandangan pesimis dan memandang negatif apa-apa yang ada di sekelilingku.
Berlainan dengan ketika berkumpul dengan mereka yang memandang dunia penuh warna dan penuh kebaikan. Aku tertular dengan semangat dan antusiasmenya. Ketika mereka dengan penuh semangat menjelaskan tentang ide untuk mengumpulkan beasiswa bagi anak-anak SMA adik kelas kami, aku langsung tertarik dan mendukungnya.
Aku yakin walaupun saat itu masih dalam bentuk gagasan, proyek beasiswa itu akan terlaksana, dan ternyata memang terbukti terlaksana dan saat ini memasuki tahun ketiga.
Orang-orang yang berpemikiran positif akan terus mencoba meningkatkan dirinya dan memberikan pengaruh positif serta kontribusi ke sekelilingnya. Dengan terus meningkatkan kemampuan dan memperbaiki karakternya, maka ia ikut membesarkan energi baik dalam dirinya serta kemudian menyebarluaskannya.
Energi baik dan negatif itu juga hadir di percakapan dan status media sosial
Energi baik dan energi negatif itu hadir bukan hanya di ranah dunia nyata, melainkan juga di ranah media sosial. Ketika membaca status yang provokatif dan kata-kata kasar yang bertebaran di media sosial, rasanya energiku juga ikut tersedot.
Waktu itu aku pernah menulis sebuah ulasan film, sebagian netizen yang tidak setuju menghujaniku dengan komentar. Komentar-komentar berkata kasar, penuh hujatan. Aku membacanya dengan sedih. Lama-kelamaan aku jadi kesal dan energiku seakan-akan terkuras ketika terus meladeni komentarnya.
Perasaan ini berbeda ketika aku membaca kata-kata yang inspiratif dan memotivasi. Pada saat itulah energi baikku seolah-olah ter-charge dan kembali membuncah. Aku jadi kembali semangat dan ingin terus memberikan kontribusi ke sekelilingku, serta menyebarkan energi baik bagi kehidupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H