Waktu kali pertama aku merasakan mudik, meskipun hanya Surabaya-Malang rasanya begitu senang. Melakukan puasa Ramadan tanpa sanak saudara rasanya ada yang kurang. Aku jadi merasa kangen rumah. Ketika melihat bus-bus penuh sesak dan jalan dari Pasuruan ke Malang ramai padat aku malah kegirangan. Aku merasa seolah-olah penuh perjuangan menuju kampung halamanku.
Pulang sebelum lebaran dan setelah lebaran juga berbeda. Aku pernah mengalaminya dan membandingkannya. Paling enak mudik beberapa hari sebelum lebaran karena bisa membantu Ibu menyiapkan hidangan lebaran. Pada saat hari H kami bisa bertemu sanak saudara secara lebih lengkap. Baru setelahnya dapat bertemu dengan sanak saudara yang lebih jauh dan kawan-kawan masa kecil.
Mudik membuatku ingat akan jejak masa kecilku dan akar diriku. Setiap perjalanan mudik juga memberikanku cerita baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H