Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bikin Kue Kering bareng Keluarga Itu Asyik

23 Mei 2018   20:07 Diperbarui: 23 Mei 2018   20:14 992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa menu lebaran kalo ini mangut asap? (dokpri)

Aroma gurih dan manis dari kue yang dipanggang itu mulai mengisi ruangan. Wangi makanan itu tertangkap oleh hidungku dan membuatku tak sabar untuk segera mencicipinya. Aku mengintip kue-kue kering itu dari balik pintu transparan oven. Kemudian membuka pintunya.

Kutarik satu loyang kue kering kemudian kutusuk dengan lidi. Meski kue keringnya sudah mengembang, rupanya masih belum benar-benar matang. Aku pun mendorong kembali loyangnya dan menutup pintunya. Lima menit lagi deh.

Bikin kue kering menurutku gampang-gampang susah. Apalagi jika menggunakan otang, oven tangkring di atas kompor yang menurutku panasnya kurang merata. Panas yang diterima oleh loyang teratas dan terbawah bisa jadi berbeda, sehingga harus rajin-rajin dipindahkan dan dicek.

Dulu kakak laki-laki dan ibu yang rajin memeriksa tingkat panas dan tingkat kematangan masing-masing untuk loyang dan kue kering. Tak apa-apa agak lama dan repot, asal kue matang dengan sempurna. Apalagi jika bikin kastengel yang ukurannya agak tebal dibanding rata-rata. Maka perlu kerja ekstra agar kue dipastikan matang. Kalau tidak matang bisa sakit perut dong.

Sejak punya mixer dan otang, Ibu dan kami jadi suka membuat kue. Percobaan pertama kali adalah cake dan cukup berhasil. Setelah itu, aku mengusulkan untuk membuat kue kering sendiri buat lebaran. Kalau misalkan nanti kuenya tidak enak, ya dimakan sendiri. Ibu dan kakak setuju. Ayah tak ambil pusing, ia siap mencicipi. Maka jadilah kami dalam beberapa hari setelah tarawih, dilanjut saat sahur, sibuk membuat kue kering.

Awal-awal kami suka bikin cake berdua. Waktu itu belum ada oven, jadilah pakai wajan tebal dengan tutup (dokpri)
Awal-awal kami suka bikin cake berdua. Waktu itu belum ada oven, jadilah pakai wajan tebal dengan tutup (dokpri)
Kegiatan bikin kue itu selalu menyenangkan. Sejak pagi hari aku sudah dapat tugas menjemur tepung terigu dan kacang kupas. Selanjutnya dibantu Ibu aku menyanggrai tepung dan kacang tanah. Ibu suka sekali kue kering kacang tanah, jadinya varian ini biasanya kami buat. Sedangkan aku, suka akan kue kering cokelat dengan choco chip.

Kami kemudian berbagi tugas. Aku mengocok telur dengan mixer serta mencampurnya dengan bahan-bahan lain. Kakak perempuan membentuk dan mencetak kue. Sedangkan kakak laki-laki siap dalam urusan panggang-memanggang. Ibu fokus dalam urusan memeriksa kematangan. Ayah cukup mengetahui apakah kue keringnya layak disajikan atau tidak.

Kadang aku malas pake otang,jadinya pakai wajan pakai tutup. Jadi juga hehehe (dokpri)
Kadang aku malas pake otang,jadinya pakai wajan pakai tutup. Jadi juga hehehe (dokpri)
Saat itu ada banyak kue kering yang kami hasilkan. Ada kue kering mede, kue kacang, kue kering cokelat choco chip dan semprit dengan bagian atas bertabur misis cokelat. Menurutku sih rasanya lumayan. Tapi memang iya sih beberapa tak layak disuguhkan, cukuplah dimakan sendiri, terutama dari soal bentuk.

Kegemaran membuat kue kering itu masih berlanjut. Namun kini aku dibantu pasanganku. Ia yang membantuku memanggang kue-kue itu.

Bedanya dengan saat aku masih tinggal bersama orang tua, saat ini aku lebih suka mrmbuat dengan bahan yang tersedia dan tak ingin dipusingkan dengan timbangan kue. Bahkan kadang-kadang telurnya tidak kukocok dengan mixer. Hasilnya tekstur kue-kue itu berbeda. Ada yang agak bantat, ada juga yang sifatnya renyah.

Ini kue keringnya tanpa cetakan (dokpri)
Ini kue keringnya tanpa cetakan (dokpri)
Selain malas lihat buku resep, aku juga suka malas mencetaknya dengan alat. Biasanya kugunakan sendok atau garpu untuk menekan dan memberikan tekstur. Pasangan sih tak terlalu mempermasalahkan. Toh kue-kue kering tersebut kami makan sendiri saat itu juga, saat bulan Ramadhan, bukan untuk disuguhkan saat lebaran. Untuk orang tua, beli saja deh hehehe.

Yang ini bikinnya agak niat dengan cetakan (dokpri)
Yang ini bikinnya agak niat dengan cetakan (dokpri)
Memasak itu terbukti mendekatkan kami. Kami bisa bercanda dan bekerja seperti tim. Saat puasa kami banyak melakukan pekerjaan memasak selain bikin kue kering, seperti membantu Ibu menyiapkan hidangan berbuka, membantu bersiap-siap untuk kegiatan buka bersama di rumah, membuat hidangan hantaran sendiri untuk dibagikan ke tetangga-tetangga, dan juga membuat hidangan hari raya. Yang nomor satu dan nomor empat tersebut masih eksis kami lakukan saat aku mudik ke Malang.

Ada banyak hidangan hari raya yang kadang-kadang kami cicil beberapa hari sebelumnya, seperti membuat ketupat. Kakak iparku pandai membuat ketupat.  Sedangkan aku suka membantu Ibu dalam membuat es podeng dan membuat telur petis pada H-1 sebelum lebaran. Kakak perempuan biasanya membantu Ibu mengisi ketupat dengan beras dan memasaknya hingga tanak. Yup kegiatan ini akan kurasakan lagi karena aku bakal mudik ke Malang beberapa hari jelang 3lebaran.

Apa menu lebaran kalo ini mangut asap? (dokpri)
Apa menu lebaran kalo ini mangut asap? (dokpri)
Di rumah sendiri, aku juga masih suka masak bareng bersama pasangan, selain bikin kue kering tentunya. Oleh karena kami berdua sama-sama bekerja, pasangan suka membantuku dalam menguleg bumbu-bumbu dan menyiapkan tahu atau tempe tepung untuk hidangan berbuka. Beberapa hari lalu kami memasak sayur lodeh sendiri, hari ini kami membuat kolak labu kuning dan sup tom yam.

Katakan rasa sayangmu ke keluarga lewat masakan. Bisa bikin kue kering rame-rame dan kemudian disantap bareng juga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun