Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Masjid-masjid Ini Tak Hanya Indah tapi Juga Punya Cerita

20 Mei 2018   20:41 Diperbarui: 20 Mei 2018   21:17 1272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Sang Cipta Rasa yang bangunannya terasa kental unsur Jawa tradisionalnya (dokpri)

Berkunjung ke sebuah tempat terkadang tak lengkap jika tak menyempatkan diri ke masjid. Bentuk masjid di tiap daerah memiliki kekhasan dan cerita tersendiri. Bahkan, beberapa di antaranya memiliki kaitan dengan kisah-kisah kepahlawanan.

Cerita lawatan ke masjid diawali sejak masa kuliah. Waktu itu aku diajak teman-teman untuk merasakan sholat di masjid yang berbeda-beda. Ada berbagai hal yang membuat pengalaman di masjid A berbeda dengan masjid B, seperti bentuk menara dan atapnya, bentuk mimbar dan bedugnya, bacaan Imam dan sebagainya.

Ada kisah menarik ketika aku merasakan rihlah di kawasan Bangkalan, Madura Tempat wudlu di sana memiliki kolam, sehingga setelah berwudlu maka kaki akan basah. Kawanku yang tidak tahu-menahu kebiasaan itu mengiranya air kolam tersebut muncul karena hujan dan kotor. Maka ia pun menguras kolam tersebut dan mengeringkannya. Takmir masjidnya pun melongo. Pengalaman menarik itu bertambah ketika mengunjungi Masjid Istiqlal. Kunjungan ke Masjid Istiqlal yang paling berkesan ketika aku ikut menjadi peserta kegiatan sosial bersih-bersih masjid. Waktu itu bulan puasa dan aku mendapat bagian membersihkan tempat wudlu di Istiqlal. Meskipun masih pagi, keringatku bercucuran. Tapi rasanya menyenangkan dan menjadi sebuah pengalaman berkesan.  

Seperti apa sih kisahku bersama masjid-masjid di Jawa. Berikut di antaranya:

Masjid Al Alam -- Marunda, Jakarta Utara

Perjumpaanku dengan Masjid Al Alam atau yang juga disebut Masjid Si Pitung ini tak kurencanakan. Kami berdua tiba-tiba ingin berkunjung ke Rumah Si Pitung. Ketika hendak sholat Dhuhur, warga di sana menyarankan untuk sholat di masjid yang konon sudah berusia ratusan tahun.

Pintu masuk Masjid Al-Alam yang Sederhana (dokpri)
Pintu masuk Masjid Al-Alam yang Sederhana (dokpri)
Masjid ini sekilas mirip dengan Masjid Demak dalam versi yang lebih kecil. Atapnya berbentuk limas dan berundak. Di halaman masjid terdapat gazebo untuk duduk-duduk, toilet, sumur dan juga bedug. Hawanya sejuk  di sini.

Masjid ini memiliki kaitan dengan tokoh si Pitung, salah satu pahlawan Betawi. Dikisahkan si Pitung sering bermain dan berlatih silat di masjid ini. Ia juga suka bersembunyi di masjid ini dari kejaran kompeni. Bangunan peribadatan ini dibangun sekitar abad ke-16 oleh Fatahilah. Masjid ini merupakan masjid tertua di Jakarta, namun bangunannya tetap terawat.

Masjid ini juga disebut Masjid Si Pitung (dokpri)
Masjid ini juga disebut Masjid Si Pitung (dokpri)
Masjid Ukhuwah Islamiyah - Universitas Indonesia, Depok

Apabila berkunjung ke Universitas Indonesia Kampus Depok, singgahlah ke Masjid Ukhuwah Islamiyah UI. Bangunan masjid ini didirikan tahun 1992.  Biasanya Tempatnya luas, bisa menampung sekitar 2000-an jamaah, sehingga juga menjadi tempat beribadah sholat Jumat. Lokasinya juga dekat Danau UI dan banyak pepohonan, sehingga adem.

Saat kali pertama masuk ke masjid ini aku agak bingung dengan tempat wudlu wanita. Setelah menemukan tempat wudlunya, aku lagi-lagi bingung dimana lokasi tempat sholat untuk wanita karena begitu luas. Alhasil aku pun mengekor para mahasiswi dan ternyata lokasinya di lantai dua. Masjidnya selain enak untuk beribadah, juga nyaman untuk belajar.

Masjid di kampus UI Depok yang luas dan adem (dok. Muntaha)
Masjid di kampus UI Depok yang luas dan adem (dok. Muntaha)
 

Masjid Raya At-Taqwa dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa - Cirebon

Ada dua masjid yang ikonik di Cirebon, yaitu Masjid Raya At-Taqwa dan Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Dua-duanya patut dikunjungi apabila melalang ke Cirebon.

Terhitung dua kali aku mengunjungi Masjid Raya At-Taqwa yang megah. Perasaanku masih sama, terkagum-kagum akan kemegahan masjid ini. Masjid yang dibangun pada tahun 1918 dan telah direnovasi ini menjadi salah satu bangunan ikonik Cirebon. Ada empat menara di sekitar bangunan utama dan sebuah menara setinggi 65 meter. Menara tinggi ini boleh dimasuki pengunjung untuk menyaksikan Cirebon dari ketinggian.

Di kompleks bangunan masjid yang dulunya bernama Tajug Agung ini juga terdapat Islamic Center Kota Cirebon. Halamannya teduh dan memiliki tempat parkir yang luas.

Masjid Sang Cipta Rasa yang bangunannya terasa kental unsur Jawa tradisionalnya (dokpri)
Masjid Sang Cipta Rasa yang bangunannya terasa kental unsur Jawa tradisionalnya (dokpri)
Sementara itu masjid yang merupakan masjid tertua di Cirebon adalah Masjid Sang Cipta Rasa atau yang juga disebut Masjid Agung Cirebon dan Masjid Agung Kasepuhan. Masjid ini didirikan tahun 1480 dan dipugar pada tahun 1978. Lokasi masjid ini di area Keraton Kasepuhan.

Masjid Agung ini unik karena arsitekturnya merupakan perpaduan gaya Majapahit, Demak, dan Cirebon. Gerbangnya menggunakan merah bata berhiaskan kaligrafi. Namanya sendiri juga menarik, Sang Cipta Rasa, yang berarti bangunan yang mengagungkan Tuhan.

Gerbang masjid Sang Cipta Rasa ini unik dengan bata merah berkaligrafi (dokpri)
Gerbang masjid Sang Cipta Rasa ini unik dengan bata merah berkaligrafi (dokpri)
Masjid Agung Jawa Tengah -- Semarang

Ketika masih gemar menjadi backpacker, Masjid Agung Jawa Tengah ini menjadi salah satu daftar yang kukunjungi ketika menuju Semarang. Wah aku terkagum-kagum dengan luas dan megahnya kompleks masjid ini dengan pilar-pilarnya yang kokoh. Bangunan masjid yang didirikan tahun 2001 ini arsitekturnya memiliki perpaduan Jawa, Islam, dan Romawi.

Pada lantai ke-19 ada gardu pandang sehingga bisa melihat panorama Semarang dari ketinggian (dokpri)
Pada lantai ke-19 ada gardu pandang sehingga bisa melihat panorama Semarang dari ketinggian (dokpri)
Kawanku pun dengan semangat mengajakku menuju Menara Asma Al-Husna setinggi 99 meter. Pada lantai 19 ada gardu pandang dimana kami bisa menikmat pemandangan Semarang dari ketinggian dengan teropong binocular. Pada bagian serambi terdapat enam payung besar yang dibuka pada waktu-waktu tertentu.

Masjid Ageng Karaton Surakarta Hadiningrat -- Surakarta

Saat jalan-jalan ke Surakarta, kami menyempatkan singgah sejenak di Masjid Ageng Karaton Surakarta Hadiningrat. Masjid ini lokasinya tak jauh dari pasar Klewer. Masjid seluas 19,180 meter persegi ini dibangun sejak tahun 1763 dan kemudian dipergunakan sejak tahun 1768.

Mesjid Ageng Karaton Surakarta dibangun pada abad ke-18 dan masih terawat (dokpri)
Mesjid Ageng Karaton Surakarta dibangun pada abad ke-18 dan masih terawat (dokpri)
Bangunan ini memiliki gaya Jawa-Islam. Bangunannya beratap tumpang tiga dan berpuncak mahkota. Juga ada menara tinggi yang coraknya terinspirasi dari Qutub Minar India. Di sini tempatnya begitu tenang dan adem. Waktu ke sana, beberapa warga nampak berlatih bela diri di halaman.

Masjid Sunan Ampel dan Masjid Cheng Ho -- Surabaya

Masjid yang terkenal di Surabaya di antaranya Masjid Sunan Ampel dan Masjid Cheng Ho. Masjid Ampel ini buka selama 24 jam dan selalu ramai dikunjungi pengunjung, baik yang hendak menunaikan ibadah sholat, berziarah ke makam Sunan Ampel dan keluarga, maupun yang hendak mengikuti pengajian.

Masjid ini didirikan pada tahun 1421 oleh Sunan Ampel dan sahabatnya, Mbah Sholeh dan Mbah SonHaji serta para santri. Bahannya adalah kayu jati yang kokoh. Di dalam masjid inilah Sunan Ampel bersama para wali dan ulama lainnya berdiskusi tentang agama Islam dan penyebarannya.

Yang seru menuju masjid ini, aku melewati lorong panjang yang waktu itu dipenuhi stan-stan penjual tasbih, peci, sajadah, abaya, kurma, minyak zaitun dan sebagainya. Terakhir aku ke sana pada tahun 2009 dan sepertinya tidak banyak perubahan. Masjid ini makin ramai dikunjungi saat bulan Ramadhan.

Masjid Cheng Ho untuk mengingat jasa Laksamana Cheng Ho (dokpri)
Masjid Cheng Ho untuk mengingat jasa Laksamana Cheng Ho (dokpri)
Jika di kawasan Ampel, kultur Arab begitu kuat, sedangkan di Masjid Muhammad Cheng Ho, nuansa kultur Tionghoa-Islam yang kental. Masjid yang didirikan tahun 2003 ini mayoritas pengurus dan jamaahnya berasal dari etnis Tionghoa muslim. Meskipun demikian masjid ini juga sangat terbuka bagi etnis lainnya. 

Arsitektur khas Tiongkok terlihat pada pemilihan warna merah hijau yang mendominasi masjid ini, juga bentuk pintu masuknya yang menyerupai pagoda. Di bagian samping bangunan juga terdapat relief dan perahu Cheng Ho, salah seorang Laksmana yang juga penyiar agama Islam dari China.

 

Masjid Tiban dan Masjid Jami' --Malang

Di Malang, kampung halaman, juga ada dua masjid yang populer, yakni Masjid Tiban yang berlokasi di Turen dan Masjid Agung Jami' yang berada di kawasan Alun-alun Kota Malang.

Masjid Agung Jami' berada di tempat yang strategis, di pusat kota Malang. Masjid ini ramai dikunjungi saat bulan Ramadhan dan ketika sholat Id.  Masjid ini lokasinya tak jauh dengan gereja protestan, Gereja Protestan Indonesia Barat. Ada banyak kisah menarik di antara dua tempat ibadah ini yang menunjukkan toleransi beragama yang indah di kota Malang.

Masjid Agung Jami' didirikan sejak tahun 1890. Denah bangunannya bujur sangkar dan arsitekturnya memadukan Jawa dan Arab. Unsur Jawa terlihat pada atap tajug tumpang dua dan unsur Arabnya dari kubah pada menara masjid.

Masjid Jami' yang lokasinya dekat Alun-alun Kota Malang (dokpri)
Masjid Jami' yang lokasinya dekat Alun-alun Kota Malang (dokpri)
Yang juga tak kalah menarik adalah Masjid Tiban di Kabupaten Malang. Ibuku yang waktu itu begitu penasaran mengajak kami untuk sholat dan berkeliling di kompleks masjid tersebut. Disebut Masjid Tiban karena bangunan masjid ini seolah-olah muncul begitu saja.

Kompleks masjid ini begitu luas dan bangunannya memang begitu megah. Hemmm agak sulit menerka gaya arsitektur bangunan ini karena setiap tempat dan bagiannya punya gaya yang berbeda. Ada arsitektur khas Arab, India, Tiongkok, dan juga unsur Jawa tradisional. Macam-macam deh. Dan itulah salah satu sisi menariknya.

Masjid ini seolah-olah memiliki taglineone stop religious travel. Pasalnya di sini juga ada kolam ikan, kolam anak, permainan anak, aquarium, dan tempat menjual suvenir. Unik ya.

Masjid Tiban dengan gaya arsitektur beragam (dokpri)
Masjid Tiban dengan gaya arsitektur beragam (dokpri)
Itulah sebagian ceritaku ketika berkunjung ke berbagai masjid. Kali ini ceritanya di Daratan Jawa, siapa tahu lain kali aku menulis tentang jelajah masjid di luar Jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun