Mengamati deretan stan yang menjual beraneka soto itu membuat perutku makin keroncongan. Isian tiap-tiap jenis soto yang ditawarkan di Kampoeng Tempo Doeloe 2018 ini beragam, racikan bumbunya pun berbeda. Aku pun bingung memilih antara Soto Kesawan Medan dan Soto Kadipiro Yogyakarta.
Hari Minggu kemarin (29/4) cuaca begitu cerah. Langit begitu bersih, mungkin seharian hujan tidak bakal turun. Grup percakapan sudah ramai, sudah beberapa peserta Gerebek Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) yang berangkat ke lokasi gerebek. Aku dan pasangan pun bergegas menuju La Piazza, Mall Kelapa Gading, yang terletak di Jakarta Utara, untuk menikmati makan siang di Kampoeng Tempo Doeloe.
Ketika tiba di lokasi gerebek ke-31, waktu sudah menunjukkan jam makan siang. Aku pun berkeliling ke tiap-tiap stan sebelum memutuskan menu makan siang mana yang ingin kusantap hari ini.
Yang suka sate bakalan sumringah karena ada sate Madura Bintang 5 dan Sate Ayam Madura yang kelezatannya terakui, bisa memilih antara sate ayam atau sate daging deh. Tak jauh dari stan tersebut, stan Sate Maranggi Bon-Bon siap memberikan sensasi dengan bumbunya yang khas. Sate Padang Ajo Ramon juga tak mau kalah, dengan kuahnya yang kental dan gurih. Eh ada pula Sate Sapi Pak Kempleng dari Ungaran.
Yuk Mulai Cobain Satu-Persatu
Saat aku tiba di lokasi, sebagian madyanger sudah menikmati makan siangnya. Mba Anna dan Pak Ronnie asyik menikmati Pallubasa, masakan berkuah asal Makassar. Wuih nampak sedap. Aku pun tak mau kalah. Setelah sempat bingung memilih antara Soto Kadipiro Yogyakarta atau Soto Medan, maka pilihanku ke Soto Kesawan Medan. Alasannya sederhana, aku belum pernah mencicipinya. Udang galahnya yang gendut-gendut juga bikin pengin segera menyantapnya.
Mba Shita nampak khusu' dengan Sate Maranggihnya. Sedangkan putranya berkonsentrasi menghabiskan Bakmi Jowonya. Wah semuanya nampak enak.
Tapi aku harus bersabar. Sabar...sabar karena ternyata soto Kesawan Medannya belum datang. Sambil menunggu, aku pun menyantap Cempedak Goreng. Ini salah satu jajanan favoritku. Cempedak yang dibalut tepung digoreng kemudian dipotong-potong. Wuihhh cempedak yang matang itu rasanya seperti melumer di lidah. Wangi cempedak juga bikin nagih, sehingga aku juga membelinya sekali lagi untuk dibungkus untuk dimakan di perjalanan pulang. Enak, terekomendasi. Harganya memang agak lumayan untuk gorengan, yakni Rp 10 ribu tapi sesuai lah dengan rasanya.
Kesabaranku berbuah gurih. Soto Kesawan Medan pun terhidang di mejaku.Sekilas kaldunya yang menggunakan kuah santan mirip soto Betawi. Tapi ternyata rasanya berbeda.
Oh ya di dalam mangkuk terdapat aneka isian. Aku sengaja memilih menu campur. Kata penjualnya bagi yang ingin campur maka di dalamnya ada isian daging, ayam, dan tentunya udang. Di tempat asalnya seringkali ditambahkan jerohan.
Nah, yang bikin khas itu adalah udang galahnya.Baru kali ini aku mengetahui ada udang di balik soto. Wuiih udang ini memberikan aroma dan rasa yang khas, Â gurih dan manis pada soto Kesawan Medan. Di dalam soto tersebut juga terdapat perkedel kentangnya. Sedap dan hangat! Harganya plus nasi Rp 35 ribu, kenyang dan nikmat
Perut sudah kenyap tapi masih ingin icip-icip. Akhirnya makanan punya pasangan jadi korban. Ia memesan Gultik dan Tauto. Gultik ini bukan Gulai Tikus ya tapi Gulai Tikungan yang beken di kawasan Blok M. Kuahnya agak encer tapi isian dagingnya banyak. Sedangkan Tauto itu soto khas Pekalongan. Rasanya unik berkat tambahan tauconya yang merupakan fermentasi kedelai.
Ini juga jajananku masa SD. Es Putar atau di Malang disebut es Tung-Tung dipadukan dengan agar-agar, kacang tanah, dan isian lainnya. Rasanya manis dan segar. Jika menyantap es Podeng ini aku jadi ingat anak berseragam merah putih asyik jajan es ini sepulang sekolah.
Oh ya Kampoeng Tempo Doeloe (KTD) ini merupakan program tahunan yang diadakan grup Summarecon di La Piazza, Kelapa Gading. Aku sendiri seingatku sudah mengikutinya selama tiga kali. Program ini menurutku menarik karena memperkenalkan menu tradisional dan jajanan khas dengan dikemas ala suasana tempo dulu. Rupanya tahun ini merupakan tahun ke-15 KTD. Wow! Tahun ini juga diadakan di La Piazza, Summarecon Kelapa Gading pada 5 April hingga 6 Mei 2018.
Selain rendang, nasi goreng, dan sate, soto merupakan masakan Indonesia yang digemari oleh mancanegara. Pada acara festival kuliner yang diadakan pemerintah ke luar negeri, soto ayam laris manis. Soto juga termasuk dalam 30 ikon kuliner Indonesia yang diperkenalkan oleh Kementerian Pariwisata.
Sayangnya baru Soto Ayam Lamongan yang masuk ke dalam ikon kuliner Indonesia tersebut. Padahal, Indonesia memiliki sejumlah soto yang memiliki kekhasan masing-masing. Berbagai daerah di Indonesia punya soto, baik yang tanpa kaldu, dengan kaldu ayam ataupun daging, maupun yang menggunakan santan. Bumbunya pun juga beragam, belum lagi jenis isiannya. Wow. Jika dihitung-hitung ada kurang lebih 25 jenis soto di Indonesia.
Selain soto, tahun ini KTD menggunakan tema dekorasi Tropical Garden. Bikin adem di mata. Yang diambil jadi miniaturnya adalah Taman Suropati, Taman Langsat, dan Taman Wisata Alam Mangrove. Tujuannya untuk memperkenalkan taman-taman tersebut sebagai tempat wisata alternatif warga Jakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H