The Boss Baby ingin menampilkan kisah keluarga yang berbeda dengan adanya bayi yang mendapat serum khusus. Dengan adanya serum tersebut maka si bayi berubah menjadi agen mata-mata yang ditugaskan untuk mengetahui peta persaingan antara bayi dan anak anjing lucu dalam merebut perhatian orang tua.Â
Pada awal kisah memang menarik, namun dua pertiga berikutnya ceritanya menjadi relatif datar dan penjahatnya mendapat perlakuan seperti di kisah Home Alone. Kisahnya menurutku tak jauh beda dengan film animasi seperti Storks.
Ia pun merencanakan kabur bersama hewan-hewan di sana. Cerita tentang hewan biasanya menyentuh. Entah kenapa ada sebuah formula yang hilang sehingga Ferdinand terasa biasa saja. Emosinya kurang. Filmnya tidak buruk tapi bukan jenis film yang wow. Ulasannya bisa disimak di sini.Â
Dua Film Ini Lebih Layak Masuk Nominasi Oscar
Ada dua film animasi yang menurutku lebih layak masuk nominasi Oscar menggantikan The Boss Baby dan Ferdinand. Kedua film itu The Big Bad Fox and Other Tales dan In This Corner of The World. Tapi karena film kedua diproduksi tahun 2016 meskipun ditayangkan tahun 2017 maka bisa digantikan dengan Mary and The Witch's Flower.
Film wakil Jepang tentang penyihir remaja bernama Mary ini asyik dinikmati. Animasi produksi Studio Ponoc ini berkisah tentang remaja bernama Mary yang terlibat dalam petualangan ke dunia sihir.
Awalnya aku menjagokan Coco. Film ini indah dan mengharukan. Nilai-nilai keluarganya kental dan lekat dengan unsur tradisi Meksiko. Ceritanya juga kaya imajinasi dengan dunia orang matinya. Ulasan lengkap di sini.Tapi setelah aku menonton Loving Vincent dan The Breadwinner aku mulai berubah pikiran.
Jika Coco memiliki jalan cerita yang mengharukan, maka Loving Vincent adalah sebuah karya seni. Luar biasa itulah kesan setelah menonton film tentang pelukis terkenal Vincent van Gogh. Film yang sangat bernilai seni, unik, dan tidak biasa.