Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pemberdayaan Pangan Lokal Bikin Anti Kelaparan

5 Desember 2017   13:12 Diperbarui: 10 Agustus 2019   13:44 3799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Dr. Rindit Pembayun MP, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia menjelaskan Ketahanan Pangan (dokpri)

Banyak sawah beralih rupa menjadi pemukiman, sehingga ketahanan pangan ditanyakan (dokpri)
Banyak sawah beralih rupa menjadi pemukiman, sehingga ketahanan pangan ditanyakan (dokpri)
Dalam perbincangan dengan Akhta Suendra, supervisor Corporate Social Responsibility (CSR) Sarihusada Jogja Prambanan Factory, Early Life Nutrition- Danone Indonesia, daerah Klaten yang pertaniannya subur, juga masih rawan kekurangan gizi. Berdasarkan data Dinkes Klaten, tahun 2014 terdapat 534 balita dengan status gizi sangat kurang dan 3.295 balita dengan status gizi kurang. Sungguh memprihatinkan. Itu masih kondisi di Jawa yang dilihat dari sisi akses pangan relatif mudah. Bagaimana dengan kondisi balita lainnya di luar Jawa?

Hingga 2017 masih ada desa rawan pangan dan desa rawan pangan kronis. Lokasinya tersebar, di Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan berbagai daerah lainnya di Indonesia. Kasus kelaparan juga pernah terjadi di  Kampung Jewa, Aroanop, Distrik Tembagapura pada 2014 dan NTT pada 2015. Warga di berbagai tempat di NTT tersebut kelaparan hingga terpaksa menyantap pakan ternak.

Di Indonesia masih terjadi kasus gizi buruk (sumber: Lagizi.com)
Di Indonesia masih terjadi kasus gizi buruk (sumber: Lagizi.com)
Indeks Kelaparan Global Indonesia Masuk Level Serius

Berdasarkan laporan yang dirilis International Food Policy Research Institute (IFPRI), sebuah lembaga riset di bidang kelaparan dan kekurangan gizi, indeks kelaparan global Indonesia/global hunger index (GHI) pada 2016 dan 2017 masing-masing mendapat skor 21,9 dan 22. Angka ini menunjukkan tingkat kelaparan di Indonesia masuk level serius.

Infografis Tingkat Kelaparan Global Indonesia yang masuk level serius dan perbandingannya dengan negara lain (sumber: Liputan6.com)
Infografis Tingkat Kelaparan Global Indonesia yang masuk level serius dan perbandingannya dengan negara lain (sumber: Liputan6.com)
Indeks kelaparan global menunjukkan kemajuan atau kegagalan suatu negara dalam mengentaskan diri dari ancaman kelaparan. Ada empat indikator yang digunakan. Yaitu, kondisi kekurangan gizi seluruh penduduk, berat badan, tinggi balita, dan angka kematian balita.

Indonesia meraih level serius karena ada 19 juta penduduk yang kekurangan gizi dan rata-rata terjadi kasus 2-3 balita dari 100 balita meninggal karena malnutrisi. Dari data IFPRI, 36 dari 100 balita mengalami stunting (tinggi badan tidak sesuai dengan berat badannya karena kurang gizi kronis), dan 13 dari 100 balita memiliki berat badan kurang dari berat badan ideal.  Sementara itu, berdasarkan data organisasi pangan dan pertanian dunia (FAO) tahun 2015, ada 19,4 juta penduduk Indonesia yang kelaparan setiap harinya.

Indonesia masih masuk ke level serius untuk tingkat kelaparan (sumber: IFPRI.org)
Indonesia masih masuk ke level serius untuk tingkat kelaparan (sumber: IFPRI.org)
Ketahanan Pangan Indonesia Belum Aman, Bagaimana Strateginya?

Indeks kelaparan yang masih tinggi di Indonesia tersebut menunjukkan ketahanan pangan di Indonesia belum aman. Hal ini diakui Prof Dr. Rindit Pembayun MP, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia. Ia berujar ketahanan pangan di Indonesia masih perlu ditingkatkan agar setiap rumah tangga dapat merasakan kecukupan pangan yang berkualitas.

Prof Dr. Rindit Pembayun MP, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia menjelaskan Ketahanan Pangan (dokpri)
Prof Dr. Rindit Pembayun MP, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia menjelaskan Ketahanan Pangan (dokpri)
Definisi ketahanan pangan sendiri mengalami pergeseran. Awalnya ketahanan pangan merujuk ke ketersediaan pangan di tingkat nasional dan global. Selanjutnya, maknanya bergeser menjadi lingkup rumah tangga, dimana kemudian diadopsi dalam UU No 7 Tahun 1996 tentang pangan yang diperbarui dalam UU No 18 Tahun 2012. Dalam undang-undang tersebut ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perorangan  yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau agar dapat hidup sehat dan produktif.  

Urusan ketahanan pangan ini di bawah kendali Badan Ketahanan Pangan. Ada banyak upaya yang telah dilakukan Badan Ketahanan Pangan bersinergi dengan lembaga pemerintah, LSM, dan sebagainya untuk menjaga ketahanan pangan. Program-program yang dilakukan di antaranya pengembangan lumbung pangan kampung, peningkatan kapasitas SDM petani, pembukaan lahan, pengembangan komoditas pangan lokal, serta pemetaan wilayah kerawanan dan kerentanan pangan. Tiga dimensi ketahanan pangan yang digunakan untuk mengidentifikasi wilayah rawan pangan yaitu ketersediaan pangan, akses pangan, dan penyerapan pangan.

Contoh peta rawan pangan tahun 2015 (sumber: http://ditjen-pdtu.blogspot.co.id)
Contoh peta rawan pangan tahun 2015 (sumber: http://ditjen-pdtu.blogspot.co.id)
Diversifikasi Pangan dan Pemberdayaan Pangan Lokal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun