"Error lagi error lagi, gara-garanya tidak jelas" (dibawakan dengan nada si Komo Lewat Tol).
Kompasiana dan gangguan (error) rasanya masih sulit dipisahkan. Sedang asyik-asyiknya menulis langsung di laman Kompasiana, eh tiba-tiba tulisannya tidak dapat disimpan. Sedang mood ingin menulis, eh tidak bisa login atau Kompasiananya tidak bisa diakses. Alhasil bisa bete seharian. Meskipun beberapa kali menemui kendala ketika menulis, aku yakin masih banyak kompasianer yang setia menulis di Kompasiana. Bak sebuah rumah, meskipun kadang lantai dan atapnya bermasalah, tetap penghuninya pulang ke rumah.
Kompasiana itu memang suka bikin kangen. Pada usianya yang menginjak sembilan tahun ini sudah banyak perubahan yang terjadi di media warga ini. Aku sendiri baru tergabung dengan Kompasiana pada tahun 2010. Saat itu datang ajakan bergabung dengan media warga ini  lewat email. Oleh karena penasaran aku pun iyakan saja dan bergabung. Namun karena pada masa-masa tersebut sedang sibuk-sibuknya bekerja dan kuliah malam, maka aku pun hanya sekenanya melihat konten yang tersaji di Kompasiana. Waktu itu aku melihat para penulis di Kompasiana itu keren-keren. Beberapa di antaranya sudah seperti selebriti di dunia maya.
Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba aku tergerak mulai menulis di Kompasiana, padahal sejak tahun 2008 aku sudah punya blog pribadi. Waktu itu yang kuingat menulis tentang catatan perjalanan ke Pulau Sempu. Sambutan atas artikel pertama itu menyenangkan, banyak yang berkomentar dan memberikan vote. Sambutan yang hangat itu ketika teman-teman kompasianer mengucapkan selamat datang dan selamat atas kelahiran tulisan pertamaku. Sambutan itu menyenangkan dan berkesan, membuatku serasa memiliki lingkungan pertemanan baru.
Awal-awal aku suka menulis tentang wisata. Saat itu memang masih sering-seringnya jalan-jalan, namun seiring perjalanan menulis, aku pun menulis tentang apa saja, dari sekedar opini pribadi, iseng-iseng ikut lomba, wisata, kuliner, hingga ulasan musik dan film. Komentar-komentar dari teman-teman kompasianer membuatku betah dan semangat untuk menulis. Biasanya jika dua minggu belum menulis apa-apa di Kompasiana rasanya ada yang kurang.
Dari sekian banyak komentar, yang paling kutunggu adalah komentar milik kompasianer dengan akun bernama Har. Komentarnya biasanya singkat dan kocak, membuatku tergelak. Pak Har ini menurutku kompasianer yang misterius, ia rajin berkomentar tapi tidak pernah menulis sama sekali.Seandainya ada kompasianer komentator terfavorit maka aku akan menominasikan Pak Har. Sayangnya Pak Har sekarang sudah jarang kelihatan, membuatku merindukan komentarnya. Apakah ia baik-baik sajakah?
Nangkring dan Kompasianer yang Guyup
Aslinya aku itu cenderung  introvert, lebih suka bekerja di balik meja. Hehehe mungkin perubahan watakku tersebut tertular sebagian besar karakter teman-temanku yang bekerja di bidang teknologi informasi, padahal aslinya dulu aku juga nggak pendiam banget. Sebagian kawan-kawanku jarang beranjak dari meja, makan, ngobrol pun biasanya tetap di mejanya. Ruangan pun umumnya senyap,kecuali saat jelang rapat hahaha.
Akhirnya aku memberanikan dulu keluar dari tempurungku. Sudah waktunya aku kembali mengenal dunia. Aku pun menjajal acara nangkring Kompasiana. Acara nangkring pertamaku dihelat di sebuah pusat perbelanjaan bertemakan cara menanggulangi sariawan pada bulan Mei 2014.
Aku saat itu tidak kenal kompasianer satu pun, awalnya aku merasa teralienasi. Tapi lambat laun aku mulai berbaur dan menikmati suasana.
Memang awal ikut nangkring aku belum punya teman, pada nangkring keduaku yang diadakan Fiksiana Community baru aku mulai lebih membuka diri. Aku berkenalan dengan Putri dan Fahmi, punggawa Fiksiana Community, yang saat itu masih berpacaran. Di situ aku juga melihat bang Rahab Ganendra, meskipun masih malu-malu untuk berkenalan.
Pada Kompasianival tahun 2014 di Taman Mini Indonesia, aku berkenalan dengan sosok kompasianer nyentrik, Pak Syaiful. Rupanya ia salah satu kompasianer senior yang saat ini masih aktif. Baru kemudian pada acara visit Kompasiana ke pabrik Honda aku mulai mendapat kawan-kawan baru yang sampai sekarang masih awet. Ada Khairunisa, mba Yayat, bang Rahab, dan Pak Agung.
Pada saat Kompasianival, loyalitas teman-teman terbukti. Mereka datang jauh-jauh dari berbagai daerah, mengeluarkan duit dari kantong sendiri untuk biaya perjalanan dan menginap. Jika dipikirkan dengan logis, buat apa membuang waktu dan uang untuk acara tahunan seperti itu. Tapi itulah yang istimewa dan menarik di Kompasiana. Mereka peduli dan banyak yang membawa makanan untuk dinikmati beramai-ramai di ajang Kompasianival. Ada yang membuat rujak, membawa pisang, dan aneka kue lainnya. Suasana guyub benar-benar terlihat.
Dulu masa SMA dan kuliah aku suka berorganisasi, malah ketika bekerja di lingkungan TI kebiasaanku itu lenyap. Mungkin karena orang-orangnya rata-rata lebih suka ngobrol dengan mesin, maka aku pun ikut-ikutan jadi makin pendiam. Namun kemudian Kompasiana membuka potensi minatku untuk berorganisasi. Pak Agung, admin Komik, mengajakku membantunya mengelola komunitas Komik. Ya, komunitas komik memiliki banyak potensi, tidak sekedar nobar dan menulis ulasan film. Siapa tahu dari anggota Komik lahir skenario film yang mumpuni atau ide-ide lain untuk memajukan perfilman nasional.
Dari Komik dan Kompasiana akunya yang sudah terbiasa pendiam tiba-tiba dipaksa untuk mulai berani berbicara di depan umum. Pada acara Danamon, aku dan Pak Agung diminta tampil live untuk streamingdi instagram bersama mas Rizky dari Kompasiana. Asli, aku gugup banget pada masa itu.
Pada H-1 aku tidak bisa tidur sama sekali. Aku bingung akan kostum dan apa saja yang bakal kuomongkan. Ya, show must go on. Akhirnya aku pun maju sebagai MC dan moderator acara Komik tentang bincang film bersama penulis skenario film3 Srikandidan blogger film.Syukurlah acara berlangsung lancar dan setelah acara aku merasa begitu lega.
Saat ini memang blogger dan komunitas blogger bermunculan. Ada banyak komunitas blogger dengan tawaran acara dan kemudian benefit yang dibagikan. Aku sendiri juga ikut bergabung dengan komunitas blogger di sana-sini untuk membuka wawasan. Meski demikian dari segi suasana dan pertemanan, aku masih merasa lebih nyaman di Kompasiana. Oleh karenanya saat ini seminggu sekali tidak menulis di Kompasiana rasanya ada sesuatu yang memberati. Tidak berkumpul dan bercanda dengan teman-teman Kompasiana juga rasanya ada yang kurang lengkap. Sekarang dan ke depan akan lebih banyak wadah untuk menulis,ada banyak pilihan, namun untuk rumah yang nyaman masih tetap di Kompasiana. Nah, Kompasiana kapan error-nya tereduksi, sehari saja, atau mungkin gangguannya dipertahankan karena sudah jadi ciri khas ber-Kompasiana? Hahaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H