Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengapa Filosofi Kopi 2 Gagal Capai Target 800 Ribu Penonton?

1 Agustus 2017   09:34 Diperbarui: 1 Agustus 2017   22:06 22756
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan berarti Filosofi Kopi 2 buruk, akan tetapi kurang memenuhi ekspektasi. Dari segi musik skoring dan sinematografi sih sudah oke, musiknya enak didengar, terutama 'Coffee' yang dibawakan Leanna Rachel. Sinematografinya juga memanjakan mata. Dari segi pesan juga kaya pesan tentang bagaimana mengenalkan kopi-kopi dari berbagai daerah, dan bagaimana memajukan petani kopi lokal. 

Sedangkan dari performa akting, Luna Maya sebagai partner bisnis Ben-Jody bernama Tarra mencuri perhatian. Dialah bintangnya di sini. Akting Luna Maya semakin matang.  Duo Chicco Jerikho dan Rio Dewanto sebagai Ben dan Jody, chemistry-nya masih kuat. Hanya Nadine Alexandra sebagai barista bernama Brie yang masih kurang luwes.

Luna Maya menjadi bintangnya di Filosofi Kopi 2, ia semakin matang berakting (dok. CNNIndonesia.com)
Luna Maya menjadi bintangnya di Filosofi Kopi 2, ia semakin matang berakting (dok. CNNIndonesia.com)
Menurutku sisi yang minus adalah alur ceritanya dan penyelesaian konfliknya. Ada banyak ide yang ingin dimasukkan tapi kemudian penyelesaiannya dangkal, seolah-olah terburu-buru dan ingat akan batasan durasi.

Pada Filosofi Kopi pertama Ben dan Jody sangat berhasrat berkeliling Indonesia mengenalkan kopi-kopi terbaik. Yang bikin saya mengenyit, Ben kemudian membujuk Jody kembali membuka kedai Filosofi Kopi dengan alasan keluar dari zona nyaman. Alasannya kurang kuat, seolah-olah karena anak buah mereka mengundurkan diri. Alasan pengunduran diri salah satu personel juga tidak jelas karena setelah Ben & Jody pindah, personel tersebut kembali bekerja pada mereka.

Ada beberapa hal lagi yang kurang logis berdasar diskusi dengan kawan-kawan, seperti mereka berkeliling berjualan kopi dengan kombi tapi menginap di hotel berbintang. Kemudian perputaran pegawai dari Jakarta ke Jogja dan sebaliknya yang bikin pusing.

Konfliknya juga kebanyakan. Ada konflik Ben vs Tarra, Ben vs Brie,dan Ben vs Jody. Apakah Ben memang begitu emosional dan memiliki masalah dengan kedewasaan bersikap sehingga kerap bermasalah dengan orang-orang di sekelilingnya? Penyelesaian konfliknya juga bikin aku garuk-garuk kepala. Dari hubungan yang  begitu dingin antara Ben dan Brie, kemudian cepat menghangat hanya gara-gara Brie berkata Ben menginspirasinya untuk mencintai kopi. Ben kemudian spontan jatuh hati pada Brie. Kemarahan Ben ke Tarra dan Jody juga begitu cepat menguap.

Ya, film Filosofi Kopi 2 memang tidak sempurna. Meski demikian film ini tetap menghibur dan menarik perhatian pemerhati film mancanegara sehingga dengar-dengar bakal kembali diundang ke Fukuoka International Film Festival. Mudah-mudahan jika ada lagi sekuelnya, alur ceritanya benar-benar digarap matang karena alur cerita adalah kekuatan film yang utama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun