Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ekor Nero dan Mesin Waktu

3 Juni 2017   01:06 Diperbarui: 3 Juni 2017   01:13 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nero, si kucing jantan sejak terakhir sarapan bersama ikan kembung, belum lagi terlihat. Aku merasa was-was. Bukan kebiasaan si Nero melewatkan makan siang lalu tidur ayam di sofa. Kemana gerangan kucingku ini?

Aku susah untuk diam merasa kuatir akan keberadaan Nero. Baru kali ini Nero bertahan, baru makan sepiring nasi dan lauk ikan. Biasanya ia makan begitu rakus. Sehari bisa menyantap empat piring nasi plus camilan biskuit kucing.

Aku membuka pintu rumah menuju teras, memanggil-manggil Nero. Tak terlihat juga. Aku mengarahkan tatapanku ke pepohonan dan genting rumah tetangga. Siapa tahu Nero terlelap di sana. Tidak ada juga. Huh!

---

Kucing kuning itu baru terlihat saat senja. Ekornya yang panjang melenggak-lenggok. Ia nampak riang. Suaranya yang parau dan khas kemudian meramaikan rumah. Ia nampak lapar. Pertanda bagus.

Kusiapkan biskuit kucing di piring kecil dan sepiring nasi bersama ikan tongkol. Ia memilih nasi ikan dulu baru kemudian beralih ke piring sesuatunya. Aku merasa gemas. Duh kucingku tahukah Kamu aku cemas jika Kau pergi jauh.

Aku mengelus-elus bulunya yang lembut.  Di berbagai tempat bulu itu nampak rontok dan gundul karena si Nero mulai gemar berkelahi. Aku melanjutkan mengelus dari kepalanya mengarah ke tubuhnya. Eh tak sengaja tanganku menyentuh ekornya. Zappppp...sesuatu bersifat magis terjadi. Aku seolah pergi ke tempat gelap beberapa saat, kemudian cahaya terang menyergap.

---

Aku mengerjap-ngerjapkan mata. Apa yang terjadi padaku?

Aku tetap berada di rumahku. Pakaianku juga sama. Tapi rasanya ada sesuatu yang berbeda. Aku melihat sekelilingku. Pakan kucing itu tak ada. Kucingku juga lenyap. Aku kebingungan.

Aku keluar rumah. Lagi-lagi aku kebingungan. Langit tidaklah gelap, melainkan terang seperti pagi hari. Aku melihat jam ponselku, jam delapan pagi. Satu jam setelah si Nero sarapan dan pergi. Ah kenapa bisa terjadi seperti itu? Mungkin aku bermimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun