Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Klanese Jogja dan KLa Project

20 Mei 2017   17:11 Diperbarui: 20 Mei 2017   17:20 865
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh-oleh stiker dari Klanese Jogja (dokpri)


"...terhanyut aku akan nostalgia
saat kita sering luangkan waktu
nikmati bersama suasana jogja..."

Lagu ini kerap menyemarakkan pagi dan petang hari di rumah. Kakak perempuan yang beranjak ABG tak bosan-bosannya memutar lagu ini, membuat si adik mau tak mau hafal akan liriknya.

Si kakak membeli album Best Cuts KLa Project yang memuat 11 lagu populer KLa Project masa itu. Di dalam album tersebut, lagu andalannya adalah Yogyakarta yang termuat dalam album kedua KLa tahun 1991. Album tersebut laris manis dan mendapat penghargaan BASF Award juga mengukuhkan band yang digawangi oleh Katon Bagaskara, Lilo (Romulo Radjadin), Adi Adrian, Ari Burhani sebagai pendatang baru terbaik.

Meskipun waktu itu masih kecil, aku mengapresiasi lagu-lagu KLa dan suka mendengarnya. Di antara kesebelas lagu tersebut, yang kusuka adalah Yogyakarta, Tak Bisa Ke Lain Hati, Semoga, dan Waktu Tersisa. Tapi yang terfavorit adalah lagu Waktu Tersisa. Mendengarnya seperti menonton sebuah drama romansa yang berakhir tragis.

"...Adakah waktu tersisa,
Menyanggah segala prasangka punya mereka?
Ketika norma peradatan, terpilih sebagai alasan
Mereka ciptakan jurang antara kita
Sampai saat akhir nanti, kita berusaha bertahan
Sebab cinta datang untuk mengoyak perbedaan
Oh, waktu tersisa
Menjaga kita tetap sejiwa?"

Ya, kakak seiring bertambah usianya semakin lengkap koleksi album KLa Projectnya. Ia juga membeli album akustiknya juga menonton konsernya. Karena sering mendengar dan mengetahui hampir seluruh lagu KLa, aku menebak-nebak alasan lagu KLa ini bertahan sepanjang masa. Liriknya puitis dan tidak murahan. Musiknya mudah dicerna dan mereka berani bereksplorasi seperti pada album Sintesa yang lebih eksperimental, meskipun kemudian kurang berhasil. Terpurukku di Sini menjadi unik dan melankolis dengan tiupan saxophone.

Kakak sebagai KLanis (penggemar KLa) berhasil menularkan band favoritnya ke orang di sekelilingnya. Selain Waktu Tersisa, aku mencatat Hidup Seputarku, Gerimis, dan Terkenang menjadi lagu terbaik KLa versiku.

Ngrobrol Seru Bersama Klanese Jogja
Salah satu komunitas peserta Indonesia Community Day (ICD) Jogja 13 Mei lalu adalah KLanese Jogja. Saat itu matahari di atas kepala, maka aku pun ngadem ditemani Bu Joko AC, sebagai salah satu pengayom KLanese Jogja.

Bu Joko selaku pembina komunitas Klanese Jogja (dokpri)
Bu Joko selaku pembina komunitas Klanese Jogja (dokpri)
Stan mereka sederhana. Hanya menampilkan koleksi album kaset KLa Project dari sejak KLa berdiri tahun 1989 saat anggotanya masih berempat hingga kemudian Ari mengundurkan diri.

Sambil mengobrol, aku memerhatikan album tersebut, memeriksa kaset yang dulu belum pernah dimiliki si kakak. Rupanya koleksi kakak terhenti di Klasik (1999) yang beken dengan lagu Menjemput Impian. Pasca album tersebut KLa memang sempat vakum lama sebelum kemudian membentuk NuKLa tahun 2006 karena Lilo keluar, namun kurang sukses dan kembali lagi dengan nama KLa Project. Mereka kemudian menelurkan album Exellentia yang dirilis tahun 2010.

Album KLa dari tahun 1989 (dokpri)
Album KLa dari tahun 1989 (dokpri)
Meskipun belum merilis album baru dan hanya merilis kumpulan lagu terbaik, KLa tetap eksis, bahkan usianya telah mencapai 28 tahun. Konser mereka di Jogja tahun lalu juga sukses besar, kisah bu Joko.

Klanese Jogja ini didirikan tahun 2011. Para anggotanya beragam dari yang usianya berkisar 40 tahunan ke atas sebagai penggemar KLa sejak dulu hingga yang masih belasan tahun. "Kecintaan akan musik KLa Project ini ditularkan oleh orang tua mereka," jelasnya.

Kegiatan Klanese Jogja apa saja selain nonton konser? Kami memang dipertautkan oleh lagu-lagu KLa, tapi kami juga punya kegiatan lain seperti mengumpulkan dana untuk bakti sosial, paparnya.

Rumah di bilangan Sinduadi Mlati Sleman menjadi tempat berkumpulnya Klanese Jogja. "Kami terbuka menerima anggota," ujarnya.

Lagu favorit KLa apa Bu? "Saya paling suka dengan Semoga. Lagunya sedih tapi tidak cengeng. Lagu berikutnya Terpurukku di Sini, lagunya juga sentimentil tapi musiknya tidak yang muram," pungkasnya.

Saya kemudian malah terkenang ketika kakak dengan gembira memutar kaset yang baru dibelinya. Album bertajuk Ungu. Kami terdiam mendengarkan lagu instrumentalia, Heidelberg, yang tidak biasa di album KLa. Lagu itu seolah menyejukkan suasana dan membuat pikiran kami berkelana.

Saat beranjak dari stan Klanese Jogja, saya kembali ke realita, terkena panasnya sengatan matahari Jogja. Akhirnya melipir ke Bolang dan mendapat suguhan kopi hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun