Menjadi Ronggeng itu bukan hanya mempertunjukkan kebolehan menari, Ronggeng adalah perlambang kehidupan dan jati diri Dukuh Paruk. Dengan menjadi Ronggeng maka Engkau dapat membalas dosa kedua orang tuamu.
Kalian tak asing dengan penggalan kisah di atas? Yup kisah tersebut adalah bagian dari kehidupan penari cantik bernama Srintil. Sejak kecil ia gemar menari, namun baru pada saat beranjak dewasa ia sadar jika menjadi penari Ronggeng bukan hanya tentang menyalurkan hobinya menari, ia harus mengorbankan segalanya untuk menjadi seorang Ronggeng.
Oleh karena hari ini diperingati sebagai hari film nasional, maka kali ini saya ingin mengupas film Indonesia yang diangkat dari novel terkenal karya Ahmad Tohari, Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk (Catatan Buat Emak, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala). Tokoh utamanya adalah Srintil si penari ronggeng dan pemuda tempat ia menggantungkan cinta platonisnya, Rasus.
Film Sang Penari yang dibintangi oleh Prisia Nasution dan Oka Antara sebagai Srintil dan Rasus ini disutradarai oleh Ifa Isfansyah dan berhasil memboyong berbagai penghargaan pada tahun 2011. Sang Penari meraih 10 nominasi Festival Film Indonesia dimana berhasil memboyong empat penghargaan utama, yaitu film terbaik, sutradara terbaik, aktris terbaik, dan aktris pendukung terbaik (Dewi Irawan).Â
Mengapa film Sang Penari patut diperhitungkan dan masuk daftar film nasional favorit saya? Selain karena didukung oleh jajaran pemeran yang aktingnya tak lagi diragukan, cerita yang diangkat menarik, tentang bagaimana seorang perempuan menyikapi berbagai permasalahan yang menderanya, hingga ia yang biasa dilecehkan karena aib kedua orang tuanya, kemudian berbalik menjadi perempuan yang ‘berkuasa’ di kampungnya. Setelah menonton film ini saya jadi suka akan sosok Prisia Nasution dan menonton berbagai filmnya seperti yang bulan lalu dirilis yaitu Interchange.
Bagi yang belum pernah menonton filmnya ataupun membaca filmnya, Sang Penari berkisah pada Srintil yang masa kecilnya seperti anak perempuan pada umumnya. Ia anak yang ceria dan berteman dengan Rasus. Ia mengagumi sosok Surti, Ronggeng di dukuhnya, dan ingin pandai menari seperti Surti. Hingga suatu saat ayahnya, Santayib, meracuni sebagian penduduk dukuh lewat tempe bongkreknya, termasuk Surti si Ronggeng. Kedua orang tuanya kemudian bunuh diri dengan menyantap bongkrek tersebut sehingga si Srintil menjadi yatim piatu dan diasuh kakeknya, Sakarya.
Srintil besar dari bayang-bayang kelam perbuatan kedua orang tuanya. Sehingga sebagai laku bakti dan karena memang gemar menari, maka iapun memutuskan menjadi Ronggeng. Sejak itu kehidupannya tak sama lagi, termasuk hubungannya dengan Rasus.
Film ini berlatar di desa kecil di Banyumas yang miskin dan terbelakang. Â Bagi penduduk dukuh tersebut, Ronggeng adalah nyawa dari dukuh tersebut karena dengan adanya Ronggeng maka berarti ada tawaran berbagai pertunjukan. Kisah Sang Penari ini juga berlatar sosial politik dimana para penduduk dukuh Paruk tidak tahu-menahu jika dukuhnya menjadi salah satu pendukung pergerakan PKI dikarenakan para warga dukuh tersebut bodoh dan tidak bisa membaca.
Di sini tokoh utama wanita, Srintil, menunjukkan perkembangan karakternya. Ia yang awalnya hanya ingin membalas dosa atas perbuatan kedua orang tuanya, kemudian paham jika menjadi ronggeng itu bukan sekedar menari, namun juga melayani nafsu lelaki. Ia juga sadar kecantikannya itu bisa digunakannya untuk mempengaruhi para laki-laki dan mendapatkan segala keinginannya. Namun ketika cinta sejatinya malah menolaknya, ia ingin memperbaiki citra dirinya. Sayangnya upayanya itu terlambat dengan adanya peristiwa pembasmian pemberontakan PKI tersebut.
Memang ada perbedaan antara kisah Srintil versi novel dan versi filmnya. Versi filmnya, penutupnya bisa dimultitafsirkan, sedangkan versi novelnya sangat tragis, bahkan membuat saya sangat sedih pasca menuntaskan novelnya.
Hari Film Nasional, Perempuan, dan Tema Merayakan Keberagaman Indonesia
Setiap 30 Maret diperingati sebagai hari film nasional. Ditetapkannya tanggal tersebut sebagai hari film nasional karena merupakan hari pertama pengambilan gambar Darah & Doa atau Long March of Siliwang iyang disutradarai Usmar Ismail. Sebuah film yang digarap oleh sutradara dan rumah produksi Indonesia.
Pada tahun ini tema hari film nasional adalah Merayakan Keberagaman Indonesia. Keberagaman di sini bukan hanya tentang keragaman yang dimiliki oleh Indonesia seperti suku, agama, ras, dan antargolongan, melainkan juga bisa dimaknai banyak hal, seperti mulai hadirnya film lokal yang menyemarakkan bioskop seperti Uang Panai, 1 Cinta di Bira, dan Silariang. Mungkin tahun ini akan semakin banyak film lokal yang tayang di bioskop di berbagai daerah. Keberagaman juga bisa dari media menontonnya, dimana saat ini bermunculan penyedia layanan menonton secara streaming seperti Hooq, Netflix, dan sebagainya. Di layanan tersebut film Indonesia bisa ditonton secara legal.
Dilansir dari website Hari Film Nasional, Gerakan merayakan keragaman Indonesia melalui film bertujuan untuk mengajak segenap komponen bangsa bersama-sama memaksimalkan film sebagai medium populer membangun dan mempertahankan budaya bangsa. Caranya, melalui peningkatan produksi dan distribusi film-film keragaman Indonesia. Hari Film Nasional ini juga diharapkan menjadi cikal bakal tumbuhnya industri film lokal.
Dari sutradara perempuan, ada sutradara idealis yaitu Lola Amaria. Sutradara yang gemar mengangkat tema-tema sosial ini kali ini memilih cerita yang sederhana tentang pertemuan tiga perempuan yang dipertautkan dengan hobi menikmati keindahan bawah laut. Film berjudul Labuhan Hati ini bisa dibintangi aktris yang memang hobi menyelam, si cantik Nadine Chandrawinata. Film ini akan diputar 6 April 2017.
Film-film lainnya yang bakal mewarnai tahun 2017 dan termasuk yang ditunggu-tunggu adalah Critical Eleven yang dibintang Reza Rahadian dan Adinia Wirasti, Ayat-ayat Cinta 2 dan Eifel I’m In Love 2 yang dulu fenomenal, Chrisye yang berkisah tentang kehidupan penyanyi legendaris Indonesia, Sweet 20 dengan posternya yang ala 70-an.
Jika pada tahun 2016 lalu ada lima film yang masuk dalam daftar film terlaris sepanjang masa dan 10 film di atas satu juta penonton, maka tentunya tahun 2017 juga diharapkan serupa. Namun, hingga Maret ini penonton Indonesia belum ‘panas’. Baru film Surga yang Tak Dirindukan 2 yang berhasil menembus angka keramat 1 juta penonton, dengan perolehan 1.631.981. Mungkin mulai 30 Maret ini penonton ini bisa kembali membludak, apalagi ada film horor Danur yang diangkat dari kisah nyata, film yang dibintangi Ernest yang tahun lalu berhasil meraih dua jutaan penonton, berjudul Stip & Pensil, film Raditya Dika berjudul The Guys, dan kelanjutan dari Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss, Filosofi Kopi 2: Ben & Jody, The Doll: Part 2 dan Si Juki The Movie.
Oh ya khusus hari ini bagi Kalian yang belum sempat menonton film Cek Toko Sebelah, Salawaku, Athirah, Aisyah: Biarkan Kami Bersaudara, dan Tiga Dara (restored) hari ini diputar di berbagai bioskop jaringan 21, Cinemaxx, dan CGV. Untuk Jakarta, film ini diputar di XXI Plaza Senayan, XXI St.Moritz, XXI Blok M Square, TIM XXI, Gading XXI, CGV Grand Indonesia, CGV Pacific Place, dan Cinemaxx Plaza Semanggi.
Selamat merayakan hari film nasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H