Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mewujudkan Bonus Demografi Sebagai Harapan

21 September 2016   09:44 Diperbarui: 21 September 2016   09:57 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prioritas utama dalam menyiapkan generasi unggul tersebut adalah pendidikan, baik pendidikan yang bersifat ilmu pengetahuan dan keahlian, maupun pendidikan karakter. Pendidikan merupakan senjata ampuh untuk memutus tali kemiskinan dan merombak pola pikir. Tingkat pendidikan yang tinggi serta dibekali pembentukan karakter seperti kejujuran, disiplin dan sebagainya akan membuat generasi muda menjadi lebih kompetitif dan percaya diri. Selain itu yang tak kalah penting adalah penanaman jiwa kewirausahaan agar generasi muda tidak hanya bergantung pada lapangan pekerjaan melainkan memikirkan cara untuk membuka lapangan pekerjaan. Dasar-dasar kewirausahaan ini bisa diberikan sejak dini sehingga jumlah entrepreneur di Indonesia nantinya terus meningkat.

Menilik dari kondisi pendidikan dan perekonomian saat ini, tentunya perlu kesungguhan dan kerja keras dari berbagai pihak untuk memeratakan pendidikan dan meningkatkan jumlah lapangan kerja. Rata-rata tingkat pendidikan di Indonesia berkisar 7,6 tahun atau kelas 2 SMP (sumber di sini). Meskipun sudah ada sekolah di berbagai penjuru daerah akan tetapi kualitas pendidikannya belum merata dan belum meratanya kesadaran dari orang tua akan pendidikan si anak). Pada saat ini jumlah siswa yang melanjutkan ke perguruan tinggi pun masih terbatas dimana umumnya dikarenakan permasalahan biaya dan keberadaan perguruan tinggi di daerah yang minim.

Indeks daya saing Indonesia tahun 2015 juga masih perlu ditingkatkan, yakni berada di posisi 37 dari 140 negara, masih kalah dengan negara tetangga seperti Singapura (2), Malaysia (18), dan Thailand (32). Belum lagi penetrasi teknologi seperti daya akses internet yang belum merata di tanah air. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah dan elemen masyarakat lainnya karena menciptakan generasi unggul bukan hanya tugas satu dua instansi.

Tingkat pengangguran saat ini juga mencemaskan. Ada 6,2 juta usia produktif yang menganggur (pengangguran terbuka per Agustus 2015). Selain dikarenakan tidak mencukupinya lapangan pekerjaan, juga kurangnya daya kreativitas dan jiwa wirausaha di kalangan generasi muda. Pekerjaan rumah pemerintah saat ini selain membuka lapangan pekerjaan juga membuka berbagai pusat kewirausahaan. Pemerintah bisa menggandeng para wirausahawan muda yang sukses dengan ide bisnisnya yang beragam untuk menularkan pengetahuan dan juga memberikan pelatihan bagi mereka. Saat ini pusat kewirausahaan mulai dirintis Kementrian Perindustrian dan Badan Kreatif namuh masih perlu sosialiasi dan dukungan dari pihak sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat agar jangkauannya lebih besar.

[caption caption="Tingkat Pengangguran Terbuka 2013-2015 (sumber website BPS)"]

[/caption]

Tingkat pengangguran ini dianggap memiliki korelasi dengan tingkat kriminalitas. Hal ini dikarenakan seseorang yang putus asa untuk mencukupi kebutuhannya dapat termotivasi untuk melakukan perbuatan tercela. Agar hal ini dapat diantisipasi maka tingkat pengangguran perlu diminimalisir selain perlunya pendidikan karakter.

Tiga hal penting lainnya yang perlu diperhatikan pemerintah adalah kontrol terhadap laju pertumbuhan penduduk, penyebaran penduduk, dan ketahanan pangan. Dengan kondisi saat ini dimana laju kelahiran mencapai 1,4% (data BPS 2014) maka pemerintah seharusnya masih perlu merasa kuatir. Pada tahun 1970 ke tahun 2000 Pemerintah telah berhasil menurunkan laju dari 2,31 menjadi 1,49 persen, selanjutnya mulai stagnan hingga sekarang.Tingginya angka ini disebabkan masyarakat mulai enggan mengikuti program KB dan mulai adanya tren nikah muda. Jika tidak dikontrol, maka tingkat beban ketergantungan akan kembali meningkat dan akan memunculkan permasalahan sosial dikarenakan daya negara tidak mencukupi.

Isu berikutnya yakni penyebaran penduduk yang belum merata. Provinsi di Jawa Bali sudah sangat padat dengan lebih dari 50% penduduk, sementara di daerah Kalimantan Utara dan Papua masih banyak lahan kosong. Kepadatan tertinggi berdasar BPS tahun 2014 adalah DKI Jakarta dengan 15.173 jiwa per kilometer persegi sedangkan provinsi Kaltara, Papua Barat dan Papua masing-masing 8,9 dan 10 jiea per kilometer persegi.

Untuk itu, pemerintah bisa mulai lagi mengadakan program transmigrasi dan mengajak generasi muda untuk berani merantau. Jika konsentrasi penduduk terus berpusat di Jawa Bali maka permasalahan sosial di daerah tersebut juga akan terus meningkat seperti permasalahan pemukiman, transportasi, dan sanitasi dan kemiskinan. Semester pertama 2016 jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 28.000.541 dengan didominasi kemiskinan di provinsi Jawa Timur (4.703,03 ribu), Jawa Tengah (4.506,89 ribu), dan Jawa Barat (4.224,32 ribu). Di Jawa Timur mayoritas penduduk miskin di pedesaan yaitu 3.184,51 ribu jiwa.

Isu berikutnya yang tak kalah penting adalah ketahanan pangan. Penduduk erat kaitannya dengan pangan. Saat ini sawah ladang telah berganti dengan pemukiman dan industri, sedangkan ketergantungan masyarakat pada beras masih tinggi. Ketahanan dan diversifikasi pangan ini juga perlu menjadi perhatian untuk membentuk generasi yang sehat dan tak kurang pangan.

Oleh karenanya menurut saya pemerintah perlu berfokus pada prioritas utama untuk menciptakan bonus demografi sebagai harapan, yakni pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan karakter dan jiwa kewirausahaan. Pemerintah juga perlu memperhatikan laju pertumbuhan penduduk, penyebaran penduduk, dan ketahanan pangan dari sekarang agar tak terjadi permasalahan sosial lebih pelik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun