Dananya memang hangus jika tidak digunakan tapi musibah tidak bisa diperkirakan bukan? Jika terus memikirkan untung rugi maka di satu sisi mungkin Kalian merasa rugi karena Kalian tidak akan menggunakannya karena selalu sehat, tapi bagaimana jika suatu saat tetangga Kalian sakit atau sanak saudara Kalian memerlukan perawatan kesehatan, tentu Kalian akan merasa lega karena turut membantunya secara tidak langsung. Jikapun sudah memiliki asuransi kesehatan lainnya, maka dapat menggunakan mekanisme koordinasi manfaat , jadi asuransi kesehatan swasta bisa digunakan untuk mendapatkan layanan tambahan seperti pindah kelas saat dirawat di rumah sakit dan sebagainya.
Oleh karena biaya pelayanan kesehatan yang mahal maka diperlukan gotong royong antar peserta agar semua dapat tertolong. Dengan demikian iuran peserta yang sehat digunakan untuk membiayai peserta yang menderita penyakit. Contohnya, satu pasien demam berdarah dibantu oleh 80 peserta sehat dan penyakit berat seperti kanker dibiayai 1.253 peserta sehat.
Konsep kegotong-royongan ini merupakan salah satu prinsip dari sistem jaminan sosial nasional. Selain berupa subsidi silang untuk pembiayaan, gotong royong juga berarti peran dan partisipasi aktif dari berbagai pihak dalam mendukung program JKN-KIS, dari masyarakat, rumah sakit, tenaga medis, pemerintah, pengelola klinik swasta, dan lain-lain.
Saya senang ketika membaca ulasan BPJS kesehatan menyerukan slogan gotong-royong iuran untuk Indonesia sehat, bukan gotong-royong untuk membantu yang sakit. Kata sehat memiliki unsur positif dibandingkan sakit. Sakit terkesan menderita dan membuat masyarakat simpati, tapi sehat memberikan nada semangat. Bukankah Indonesia akan lebih maju jika rakyatnya sehat-sehat daripada banyak yang sakit. Saya dan Kalian tentu juga lebih senang jika tetangga dan sanak saudaranya semuanya sehat dan produktif baik secara sosial maupun ekonomis.
Bagaimana jika BPJS Kesehatan memberikan dorongan agar pesertanya terus menjaga kesehatan dengan membudayakan hidup sehat dan tindakan preventif. Saat tinggal di Jepang, seorang teman bercerita jika ia mendapat gadget canggih sebagai bonus ia tidak pernah sakit selama setahun. Di kantor tempat saya bekerja dulu juga ada penghargaan karyawan tersehat dan mendapat hadiah untuk mendorong karyawan lainnya juga menjaga kesehatannya. Hadiahnya beragam dari voucher belanja, vitamin, hingga yang diundi berupa beragam gadget.Â
Jika dirasa membebankan, insentif bisa berupa kampung tersehat atau kampung terbersih sehingga mendidik warga untuk menjaga sanitasi lingkungan. Hal ini tentu juga akan menggembirakan mereka yang seolah ‘terpaksa’ ikut kepesertaan BPJS karena diwajibkan sehingga mereka terus terpacu menjaga kesehatan diri dan lingkungannya.  Dengan kebiasaan hidup sehat maka warga bisa terus produktif  secara sosial dan ekonomi.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H