Oke, mungkin sutradaranya agak tergesa-gesa sehingga kurang memikirkan hal tersebut secara detail. Yang membuat saya lagi-lagi berpikir keras adalah mitigasi bencananya.
Rupanya pemikiran saya ini serupa dengan seorang blogger pengamat film bernama Raja Lubis, ia juga mengaku heran dengan mitigasi bencana dalam film ini dan bertanya-tanya sebenarnya bagaimana realitanya selama ini.Â
Dalam film tidak jelas kemana jalur evakuasi warga dan apa yang seharusnya dilakukan warga ketika terjadi bencana banjir dan gempa, apakah hanya berdiam di rumah dan menunggu bantuan atau menuju lapangan dan daerah tertentu?
Paragraf berikutnya sudah bebas spoiler.Â
Â
Dulu saat banjir 2007 dan kemudian banjir-banjir berikutnya yang juga besar, kami mengobrol bagaimana jika Jakarta yang sedang darurat banjir kemudian lengah dan diserang teroris atau negara lainnya. Hingga saat ini yang saya rasakan, meskipun Pemda DKI terus berupaya meminimalkan risiko banjir dengan pengerukan sungai dll, namun masih dilakukan dengan setengah hati. Masih ada bangunan yang berdiri di daerah resapan air juga perusahaan-perusahaan yang menggunakan air tanah secara masif. Juga belum ada sosialisasi hingga tingkat kelurahan, RW dan RT tentang mitigasi bencana, apa yang dilakukan warga jika terjadi bencana, kemana jalur evakuasi dan sebagainya belum pernah saya dapatkan.Â
Film Bangkit ini bukan hanya menggambarkan situasi kacau saat terjadi bencana alam, melainkan juga membuat penonton berpikir untuk bersiap-siap jika terjadi kemungkinan bencana alam. Bagi pemerintah, film ini bisa jadi intropeksi tentang strategi mitigasi bencana, jangan sampai terjadi lagi pompa air ngadat saat banjir dan sebagainya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H