Saat tanganku mencoba menggandeng tangan Nero dan Den Bagus, terjadi sebuah keajaiban. Tubuhku menyusut menjadi seukuran Nero, sehingga kini aku dan para kucing tingginya tak berbeda jauh.
Para kucing masih terus berdansa di bawah terang bulan purnama. Aku ikut berdansa dan tertawa gembira.
Lalu kucing-kucing itu bernyanyi. Chant ala kucing itu aneh sekaligus syahdu. Sambil terus bernyanyi mereka juga menari.
Kami lalu menari berputar-putar, bertukar pasangan. Aku menari dengan Nero, Momo, Nori dan kucing-kucing lain yang tak kukenal.
Lalu aku baru menyadari ada manusia lain selain aku. Aku terkejut dan ia rupanya juga berespon sama.
Pria itu berambut ikal cokelat. Ia juga ikut menyusut sama sepertiku. Ia menari bersama Bonbon, lalu bergeser dan menari denganku.
Kami tak berbicara, mungkin karena kami sama-sama terkejut. Saat kami hendak bertukar pasangan, ia berkata riang "Malam yang indah, bukan?!"
Entah berapa lama kami menari. Aku tidak begitu ingat bagaimana kami kembali ke rumah masing-masing.
Ketika aku terbangun dari kasurku aku merasa kejadian semalam hanyalah mimpi. Nero ada di ujung kasurku dan masih asyik bergelung.
***
Aku tertawa, mungkin aku terlalu banyak membaca dongeng menonton film kartun sehingga menganggap kejadian semalam itu betulan terjadi.