Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng Pilihan

Tarian Kucing di Bulan Purnama

19 Juli 2016   08:45 Diperbarui: 19 Juli 2016   09:05 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tetangga-tetanggaku pasti telah tidur karena malam ini terasa begitu sepi. Aku terus mengikuti Nero, keluar dari halaman rumahku dan menuju bukit.

Lagi lagi aku bergumam. Ini gila. Apa yang kulakukan?!

***

Nero terus berlari. Aku menyesal tak mengenakan alas kaki. Aku berlari dengan hati-hati.

Baru kuperhatikan kanan kiriku, aku tidak sendiri. Ada kucing-kucing yang ikut berlari bersamaku. Bukan hanya satu dua ekor, ada belasan kucing. Di antaranya aku mengenalinya sebagai kucing-kucing yang suka singgah di halamanku. Nori, Momo, Upik, dan Chopin, dan Bonbon. Wah mungkin benar dugaanku, ini  bukan malam biasa. Pasti ada sesuatu istimewa.

Mungkin Kalian pikir aku gadis yang aneh karena malam-malam berlari bersama belasan, eh puluhan kucing karena kucing yang bergabung semakin banyak. Tapi sejak kecil aku berpikiran terbuka, sehingga aku tidak takut dengan kejutan-kejutan seperti ini, bahkan menganggapnya suatu kesempatan istimewa aku bisa mengalami hal-hal yang unik seperti ini.

Kami kini berada di sebuah tanah lapang. Ada puluhan kucing bersamaku. Nero ada di sampingku. Lalu ada seekor kucing besar berwarna hitam putih naik di atas mimbar berupa batu besar dan mengeong-ngeong dengan suara paraunya.

Mungkin itu pidato ala kucing. Dan kucing besar itu mungkin pemimpinnya. Kucing-kucing bersorak-sorak menimpali pidatonya. Aku terpukau melihat puuhan kucing mengeong-ngeong serempak.

***

Lalu kucing-kucing itu membentuk lingkaran besar. Nero mengajakku bergabung. Di samping kananku Nero dan di kiriku kucing tetangga yang kukenal bernama Den Bagus.

Kucing-kucing itu kemudian berdiri dengan dua kakinya. Mereka mengangkat kaki kanannya, lalu kaki kirinya. Setelah itu mereka bergandengan tangan dengan tetap menggerakkan kedua kakinya bergantian. Aku meniru gerakan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun