Nenek moyangku seorang pelaut. Sebagai masyarakat yang tinggal di negeri kepulauan, rasanya kurang mantap jika jarang merasakan perjalanan via lautan. Saat ini perjalanan via lautan baru saya lakukan dengan feri. Paling banter tujuh jam perjalanan waktu ke Karimunjawa, itupun rute pendek. Saya jadi tergiur untuk berpetualang berkeliling negeri dengan lautan setelah berkeliling fasilitas Pelni yaitu Kapal Kelud bersama komunitas Click Kompasiana, Selasa (28/6 yang sedang berlabuh di Pelabuhan Tanjung Priok.
Wah cakep banget kapalnya, saya spontan memuji kapal Pelni yang mulai merapat dan kemudian menurunkan penumpang di dermaga Tanjung Priok. Perjalanan dengan kapal laut baru seputar Jawa dan Nusa Tenggara yang pernah saya lakukan itupun termasuk rute pendek dan kapalnya tidak begitu besar. Jadi ketika melihat kapal Pelni ini saya terkagum-kagum dan penasaran apa saja fasilitasnya, terutama fasilitas menginapnya. Â Kompasianer Emanuael Pratomo juga terkagum-kagum, ia berkata seolah-olah melihat Titanic hehehe.
Indonesia itu dianugerahi perairan yang begitu luas, sehingga rasanya saya ikut sedih apabila generasi mudanya kurang diperkenalkan dengan transportasi laut. Meskipun saya tidak pandai berenang, tapi saya suka menjelajah perairan. Oleh karenanya setelah berkeliling kapal Pelni ini saya langsung berencana tahun ini mengagendakan perjalanan via lautan. Mungkin rute yang tidak terlalu jauh dulu, seperti Batam atau ke Sulawesi. Hemmm perlu nabung dulu nih sekaligus mengecek jadwal perjalanan.
Pada acara kali ini Pelni punya hajat bersama Telkom mengadakan MoU tentang fasilitas Wifi di kapal Pelni. Dengan membeli paket yang terjangkau, maka tiap penumpang bisa mengakses fasilitas Wifi ini dimana saja, baik di dek, di restorasi, atau sambil menikmati home theatre. Saat ini baru ada empat kapal yang telah memiliki fasilitas Wifi.
Setelah seremonial tersebut, barulah kami puas menjelajah kapal. Dimulai dari mana ya? Yuk intip fasilitas beristirahat terlebih dahulu. Â Di Pelni yang kami singgahi, ada beberapa kelas. Yaitu, kelas 1A, 1 B, 2A, 2B, dan kelas ekonomi. Â
Tentang keamanan, di sini ada berbagai sekoci dari ukuran kecil untuk 25 penumpang, hingga yang besar yang mampu menampung sekitar 150 penumpang. Juga ada pelampung yang mudah diakses penumpang.
Menjadi nahkoda harus dimulai dari bawah dulu dan belajar macam-macam. Kalau melihat dari peralatan bekerjanya sih memang nampak rumit. Â Para kompasianer tak menyia-nyiakan kesempatan berfoto ala nahkoda hehehe.