Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Bersama Antisipasi Krisis Air

27 Maret 2016   21:29 Diperbarui: 27 Maret 2016   21:53 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Bu Meyrita dan perwakilan dari Palyja Memaparkan Tantangan Pengolahan Air di jakarta (sumber foto: dokpri)"]

[/caption]

Konsesi kerja sama antara PAM Jaya dan Payja dimulai 1 Februari 1998 selama 25 tahun. Nantinya pada tahun 2023 atau setelah kontrak berakhir, maka seluruh aset utilitas akan dikembalikan ke PAM Jaya.

Core business Palyja adalah penyediaan air bersih, meliputi produksi, distribusi, pelayanan, perawatan dan rehabilitasi, hingga investasi. Untuk investasi dari tahun 2009 hingga 2015 Palyja telah menggelontorkan Rp 2,089 Triliun untuk penambahan jaringan, otomatisasi dan sistem kontrol, pengembangan instalasi pengolahan air, dan teknologi.

Pengelolaan Air di Palyja

Palyja memiliki empat instalasi pengolahan air, yakni IPA Pejompongan 1 dan 2, IPA Cilandak, dan IPA Taman Kota. Proses pengolahan air bersih di Palyja diawali dengan pre klorinasi air baku menjadi pra sedimentasi. Selanjutnya dilakukan pencampuran bahan kimia sehingga terjadi proses koagulasi. Selanjutnya berlangsung proses flokulasi dan sedimentasi. Baru dilanjutkan dengan proses filtrasi dan kemudian post klorinasi atau desinfeksi dalam reservoir. Desinfeksi ini bertujuan untuk membunuh bakteri dan mirkoba yang bersifat patogen. Selanjutnya air Palyja yang kualitasnya telah memenuhi Permenkes RI No 416/Menkes/Per/IX tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air ini didistribusikan ke pelanggan.

 [caption caption="Proses Pengolahan Air di IPA 1 Pejompongan Palyja Dimulai Dari Air Baku Hingga Siap Didistribusikan (sumber foto: dokpri)"]

[/caption]

Air baku Palyja sebagian besar dari luar Jakarta. Mengapa? Karena 13 sungai di Jakarta telah tercemar terutama oleh limbah domestik. Hanya 5,7 persen pasokan air Palyja yang berasal dari Jakarta, yaitu Kali Krukut (4%) dan Cengkareng Drain (1,7%). Sebagian besar air baku berasal dari Waduk Jatiluhur (62,5%). Selebihnya Palyja membeli dari Water Treatment Plant (WTP) Serpong (31%) dan WTP Cikokol (0,8%).

Banyak pelanggan yang memprotes air PAM yang berbau kaporit. Rupanya adanya aroma kaporit malah menunjukkan adanya unsur yang dapat membunuh bakteri berbahaya. Jika enggan mengonsumsi air berbau kaporit, maka sebaiknya air yang berasal dari kran didiamkan terlebih dahulu sekitar 15 menit.  Aroma kimiawi tersebut kemudian akan menguap dengan sendirinya.

 

Permasalahan dan Tantangan Pengolahan Air di Jakarta

Kondisi air di Jakarta sungguh memprihatinkan. Ketigabelas sungainya telah tercemar dan airnya sulit diolah kecuali menggunakan teknologi yang mahal. Selain pencemaran yang terjadi di air permukaan, tantangan pengolahan air di Jakarta adalah ketersediaan air dan kasus kehilangan air, serta intrusi air laut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun