Pada lingkungan masyarakat yang miskin, warganya mudah terprovokasi oleh isu-isu. Untuk itu The Wahid Institute berupaya untuk melakukan mediasi dan memberikan program yang memberikan kontribusi ke masyarakat langsung dengan mendirikan koperasi, jelasnya. Pada koperasi ini para anggotanya mendapatkan modal untuk mengembangkan usaha, pelatihan kewirausahaan, dan perencanaan keuangan keluarga agar tidak terlibat hutang serta memberikan harapan dan target dalam hidup. Tak lupa ditanamkan sifat untuk toleransi, saling menghargai dan cinta damai dengan himbauan untuk membaur dan saling mengenal di tiap pertemuan.
[caption caption="Koperasi Cinta Damai Memberikan Pinjaman Modal dengan Bunga yang Sangat Rendah"]
Untuk menjelaskan berbagai pengetahuan seperti cash flow dan tips untuk meningkatkan nilai tambah dari produk, Yenny pun menggunakan bahasa yang sama seperti sistem amplop dan mengajak mereka untuk langsung melihat situasi di lapangan. “Saya ajarkan mereka menggunakan sistem amplop. Amplop berisi uang yang diputar untuk usaha tidak boleh diutak-atik,” terang Yenny.
Yenny juga mengajak para anggota untuk belajar berbisnis dengan cara sederhana, yakni dengan berkunjung ke pusat perbelanjaan dan supermarket. “ Saat makan pagi saya ajak mereka makan di kantin. Makan siangnya di food court dengan menu yang sama tapi harganya berbeda. Dari situ saya minta mereka menganalisa”. Yenny kagum para Ibu-ibu tersebut rupanya cepat menyerap ilmu dari studi lapangan. Ibu-ibu itu langsung mencatat hasil analisanya, seperti adanya AC, piring makan yang lebih baik, cara penyajian dan sebagainya.
Begitu pula ketika diajak berkunjung ke supermarket. Mereka melihat sendiri harga sayuran antara yang biasa mereka jual dan yang ada di supermarket berbeda jauh. Rupanya sayuran tersebut menggunakan sistem tanam organik sehingga dianggap lebih sehat.
Setelah 1,5 tahun Koperasi Cinta Damai telah beranggotakan seribu yang tersebar di Parung, Depok dan Jakarta. Yenny senang para buruh keset atau alas kaki yang sebelumnya hanya berupah Rp 16 ribu kini memiliki usaha keset sendiri dengan rata-rata pendapatan Rp 76 ribu.
Goa Pindul si Magnet Gunung Kidul
Goa Pindul dulunya goa terabaikan di desa Beringharjo yang hanya mengandalkan pada pertanian. Kini goa tersebut telah banyak dikunjungi wisatawan dan dikelola oleh 10 operator di bawah kelompok sadar wisata. Kelompok ini didampingi Pemerintah Daerah untuk menjamin kenyamanan pengunjung.
[caption caption="Usaha Wanawisata Goa Pindul Makin Berkembang"]
Adalah Yudan Hermawan yang tertarik untuk memberdayakan para karang taruna untuk mengembangkan obyek wisata di daerahnya. Dengan adanya pendampingan dari BCA, mereka diajarkan untuk mengelola suatu obyek alam berupa goa menjadi wisata yang unik dan berkesan. Mereka juga diajarkan untuk memberikan layanan prima, mengembangkan website, dan marketing online.