[caption caption="Narasumber Kafe BCA Perdana: Yasa Paramita, Elihu Nugroho, Yenny Wahid, Predir BCA Jahja Setiaatatmadja, dan Yudan Hermawan "][/caption]
Menjadi wirausahawan memang belum menjadi cita-cita yang umum di kalangan anak muda hingga saat ini. Padahal menjadi wirausaha atau enterpreneur tak kalah baiknya dengan profesi seperti dokter atau insinyur. Mumpung masih muda juga sebaiknya memberikan nilai tambah kepada lingkungan sosial (sociopreneur). Inspirasi bagi generasi muda untuk menciptakan nilai tambah baik dengan berwirausaha maupun berkontribusi bagi lingkungan sekeliling ini dibagikan pada Kafe BCA yang diadakan perdana pada Rabu (13/1) di Menara BCA Thamrin.
Ada empat narasumber yang memiliki ide-ide kreatif dan inspiratif untuk talkshow kali ini yang bertema Potensi dan Tantangan Generasi Muda. Mereka adalah Yenny Wahid dengan Koperasi Cinta Damai-nya, Yudan Hermawan dengan gerakan karang taruna untuk mengelola wanawisata Goa Pindul, Elihu Nugroho dengan usaha cuci mobilnya ‘Valo’ yang berkonsep ramah lingkungan, dan Yasa Paramita Singgih dengan usaha fashion-nya Men’s Republic. Pada edisi pertama Kafe BCA yang akan dihelat rutin tiap bulan ini, para peserta berasal dari mahasiswa Universitas Indonesia dan Institut Pertanian Bogor yang mendapatkan beasiswa BCA.
Kafe BCA ini diadakan untuk memberikan inspirasi terutama kepada generasi muda dengan berbagi pengalaman dan memberikan motivasi. Menurut Presiden Directur BCA Jahja Setiaatmadja generasi muda lah yang akan mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan bangsa sehingga mereka perlu diberi kesempatan berkembang dengan ide dan kreativitasnya seperti berkiprah di jalur wirausaha.
Lulusan FE UI tahun 1975 ini melanjutkan bahwa kelompok wirausaha di Indonesia tergolong sedikit dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura. Di Indonesia masih sedikit anak-anak yang bercita-cita menjadi pengusaha. Bahkan setelah menjadi wirausaha, gelar wirausahawan ini belum diakui oleh masyarakat, lain halnya dengan sebagai PNS, dokter, dan sebagainya. Saat ini masih kurang dorongan dan studi untuk menjadi wirausaha, lanjutnya.
[caption caption="Jahja Setiaatatmadja, Presdir PT BCA Tbk membuka Kafe BCA"]
Memang tidak semua yang berkiprah di jalur wirausaha sukses. Kegagalan ini salah satunya dikarenakan kurangnya pemahaman akan manajemen keuangan. “Kultur masih kurang bagus untuk wirausaha dan bisnis dimana uang pribadi bercampur dengan uang usaha,” jelasnya.
Namun, ia optimis ke depan akan banyak lahir enterpreneur muda dari bisnis fashion, wisata, dan sebagainya. Ia salut dengan para anak muda yang tidak hanya mencari keuntungan namun juga memberikan nilai tambah dan manfaat bagi masyarakat (sociopreneur).
Koperasi Cinta Damai Wahid untuk Pemberdayaan Kaum Miskin
Yenny Wahid, Direktur The Wahid Institute, menuturkan bahwa salah satu program The Wahid Institute saat ini adalah mengelola koperasi yang bernama Koperasi Cinta Damai Wahid. Pendirian koperasi ini dilatarbelakangi untuk lebih memberdayakan kaum perempuan dan menciptakan lingkungan masyarakat yang bertoleransi dan cinta damai.
Pada lingkungan masyarakat yang miskin, warganya mudah terprovokasi oleh isu-isu. Untuk itu The Wahid Institute berupaya untuk melakukan mediasi dan memberikan program yang memberikan kontribusi ke masyarakat langsung dengan mendirikan koperasi, jelasnya. Pada koperasi ini para anggotanya mendapatkan modal untuk mengembangkan usaha, pelatihan kewirausahaan, dan perencanaan keuangan keluarga agar tidak terlibat hutang serta memberikan harapan dan target dalam hidup. Tak lupa ditanamkan sifat untuk toleransi, saling menghargai dan cinta damai dengan himbauan untuk membaur dan saling mengenal di tiap pertemuan.
[caption caption="Koperasi Cinta Damai Memberikan Pinjaman Modal dengan Bunga yang Sangat Rendah"]
Untuk menjelaskan berbagai pengetahuan seperti cash flow dan tips untuk meningkatkan nilai tambah dari produk, Yenny pun menggunakan bahasa yang sama seperti sistem amplop dan mengajak mereka untuk langsung melihat situasi di lapangan. “Saya ajarkan mereka menggunakan sistem amplop. Amplop berisi uang yang diputar untuk usaha tidak boleh diutak-atik,” terang Yenny.
Yenny juga mengajak para anggota untuk belajar berbisnis dengan cara sederhana, yakni dengan berkunjung ke pusat perbelanjaan dan supermarket. “ Saat makan pagi saya ajak mereka makan di kantin. Makan siangnya di food court dengan menu yang sama tapi harganya berbeda. Dari situ saya minta mereka menganalisa”. Yenny kagum para Ibu-ibu tersebut rupanya cepat menyerap ilmu dari studi lapangan. Ibu-ibu itu langsung mencatat hasil analisanya, seperti adanya AC, piring makan yang lebih baik, cara penyajian dan sebagainya.
Begitu pula ketika diajak berkunjung ke supermarket. Mereka melihat sendiri harga sayuran antara yang biasa mereka jual dan yang ada di supermarket berbeda jauh. Rupanya sayuran tersebut menggunakan sistem tanam organik sehingga dianggap lebih sehat.
Setelah 1,5 tahun Koperasi Cinta Damai telah beranggotakan seribu yang tersebar di Parung, Depok dan Jakarta. Yenny senang para buruh keset atau alas kaki yang sebelumnya hanya berupah Rp 16 ribu kini memiliki usaha keset sendiri dengan rata-rata pendapatan Rp 76 ribu.
Goa Pindul si Magnet Gunung Kidul
Goa Pindul dulunya goa terabaikan di desa Beringharjo yang hanya mengandalkan pada pertanian. Kini goa tersebut telah banyak dikunjungi wisatawan dan dikelola oleh 10 operator di bawah kelompok sadar wisata. Kelompok ini didampingi Pemerintah Daerah untuk menjamin kenyamanan pengunjung.
[caption caption="Usaha Wanawisata Goa Pindul Makin Berkembang"]
Adalah Yudan Hermawan yang tertarik untuk memberdayakan para karang taruna untuk mengembangkan obyek wisata di daerahnya. Dengan adanya pendampingan dari BCA, mereka diajarkan untuk mengelola suatu obyek alam berupa goa menjadi wisata yang unik dan berkesan. Mereka juga diajarkan untuk memberikan layanan prima, mengembangkan website, dan marketing online.
Setelah sukses dengan Goa Pindul, usaha wisata pun merambah ke obyek alam lainnya seperti Goa si Oyot, body rafting Kali Oya, Off Road dan Outbound Goa Pindul juga wisata budaya. Para warga juga diajarkan untuk belajar gamelan, juga membuka usaha seperti warung makan dan homestay untuk menambah penghasilan. Sekarang orang desa di sini memiliki rejeki kota, kelakarnya. Selain menjadi obyek wisata yang populer, dari pengelolaan Goa Pindul, Yudan dkk mendapatkan penghargaan sebagai karang taruna berprestasi nasional 2014.
Bisnis Fashion Milik Mahasiswa Beromzet Ratusan Juta
Yasa Paramita Singgih yang akrab disapa Yasa memulai usahanya sejak ia masih duduk di bangku SMA kelas dua. Ia mengaku terpaksa memulai mencari penghasilan sendiri karena ayahnya sedang dirawat di rumah sakit. Bisnis fashion kemudian dipilihnya karena ia menyasar ke teman-teman sekolahnya. Bermodal tekat dan keberanian memulai, ia mendapat kepercayaan dari sebuah toko sehingga ia tak mengeluarkan modal sama sekali.
Setelah lulus dan omzetnya semakin baik ia pun memikirkan untuk membuka usaha sendiri. Ia lalu serius berbisnis di bidang fashion dengan brand Men’s Republic. Pangsa pasarnya adalah mahasiswa dan para karyawan yang berusia muda.
Untuk menambah nilai tambah produknya, ia membuat konten-konten yang menarik di website dan media sosial usahanya. Sehingga ia banyak terbantu dari promosi secara viral dari konten-konten yang menarik perhatian pengunjung yang umumnya berasal dari remaja dan kaum muda.
[caption caption="Produk Men's Republic"]
Ada kalangan yang menganggap ia menyia-nyiakan kegembiraan usia muda. Yasa tak menyesal. “Lebih baik kehilangan masa muda daripada kehilangan masa depan”, tegasnya. Kini ia mengaku telah merasakan nikmat dari usahanya dengan omzet Men’s Republic yang mencapai Rp 400 juta/bulan. Yasa juga merilis buku bertajuk Never Too Young to Become a Billionaire.
Usaha Cuci Mobil Ramah Lingkungan
Elihu Nugroho memberikan nilai tambah bagi bisnis usaha pencucian mobil dengan produknya yang ramah lingkungan. Selain menggunakan formula khusus racikan sendiri yang berasal dari getah pohon palem, formula pencuci mobil ini juga sangat hemat air dimana hanya memerlukan satu gelas air atau sekitar 220 ml, dimana umumnya pencucian satu mobil memerlukan 300 liter air.
Untuk melahirkan formula tersebut, Elihu dengan tekun terus melakukan penelitian dan menambah wawasan. Akhirnya ia menemukan ramuan khusus dimana produknya tidak hanya mampu membersihkan mobil tetapi juga mampu memberikan perawatan.
Ia sengaja tak menjual produknya secara retail, namun membuka jasa pencucian mobil untuk lebih memberdayakan SDM. Dengan brand Valo yang berasal dari bahasa Finlandia, berarti terang, sejak didirikan 7 November 2014 usahanya telah memiliki 32 cabang. Selain cuci dan wax, usahanya juga melayani cuci mesin mobil. Para konsumen juga bisa menggunakan jasa cuci mobil dengan memanggil Valo ke rumah atau tempat mereka memarkirkan kendaraan, karena bisnis ini tidak perlu menyiapkan kran dan selang.
Dengan menggunakan produk Valo ini maka air bisa lebih dihemat. Dengan 31.440 mobil yang telah dilayani Valo Waterless Carcare telah menghemat 9,432 juta liter air. Prosesnya juga menghemat waktu dimana proses pencucian berkisar 15-20 menit. Atas prestasinya, Valo meraih Juara 1 UMKM Terbaik 2014-2015 di tingkat nasional untuk kategori servis.
[caption caption="Valo yang Hemat Air dan Menggunakan Produk Nabati"]
Pada Kafe BCA ini Yenny mengajak para mahasiswa untuk menambah nilai jual mereka dan berani untuk berwirausaha. Pasalnya pada MEA ini akan semakin banyak pesaing, termasuk para pekerja dari negara-negara lain. Kemampuan enterpreneur itu bisa diasah dengan pandai menang menangkap peluang; aktif mencari ide dan menambah wawasan; melakukan diferensiasi produk; menambah pertemanan, bersikap terbuka, memahami cash flow, serta jangan takut gagal dan keberanian memulai. “Saat gagal bangkitlah lagi. Life is go on. Kemampuan seseorang juga dinilai saat ia gagal, apakah ia bisa bangkit lagi,” tuturnya.
Acara talk show ini dimoderatori oleh Yuswohady, pakar marketing, yang kocak dalam membawakan acara. Sebelum acara dimulai, pengunjung juga dihibur dengan lagu-lagu dari Voice of Halo BCA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H