Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 3] Ben, Mahaguru Jati dan Jempol

26 November 2015   11:52 Diperbarui: 26 November 2015   12:05 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Ihhh mas tadi ketus banget...sudah ga cakep lagaknya kayak yang punya warnet aje..,” Maya keki dan diiye-iyein sama Ika.

Ben kesal bukan maen. Ia bersungguh-sungguh untuk membasmi jempol setan. Ia lalu membuat petisi online agar vote dan jempol dihilangkan di seluruh lini. Ia juga berkirim surel ke pengelola pesbuk dan kempesianu untuk menghilangkan fitur jempol dan vote. Tak ada yang menanggapinya. Ia lalu berniat buruk, terburuk. Ia akan menjadi cracker jempol. Mereka yang berental ria di warnetnya akan merasakan jempol yang ia berikan ke temannya akan menghilang. Setelah sekian lama akhirnya ada yang menyadari.

“Yos, Lu kenapa jempol yang Lu kasih ke gue tiba-tiba Lu cabut lagi. Lu marahan sama gue, udah ga friend lagi?!” perempuan berkaca mata itu berkacak pinggang ke teman prianya.

“May Lu kan udah janji bakal slalu ngasih jempol ke foto-foto gue. Mentang-mentang sudah jadi selebgram eh Lu ga pernah ngasih jempol lagi ke gue...” gantian Ika yang marah-marah ke Maya.

Diam-diam Beni meringis kegirangan. Tapi ia tak menyangka jika urusan vote dan jempol itu merambah ke kondisi pertemanan. Gila....jempol setan itu bisa merusak pertemanan dan membikin frustasi.

 ---

Beni pulang dengan hati girang. Ia sudah membayangkan tidur di kasur empuk. Balas dendamnya sudah terlaksana sedikit demi sedikit.

Beni melihat Nero, kucing tetangganya, menghadang jalannya. Beni berniat menggendong Nero tapi kucing itu malah hendak mencakarnya. Beni terlonjak. Lalu ia memandang kanan kirinya, di sekelilingnya ada banyak kucing. Beni menggaruk-garuk kepalanya, sepertinya lagi musim kawin nih kapan hari.

Beni merasa tak nyaman, sepertinya ada yang aneh. Ya...tak ada manusia selain dirinya. Di sana-sini hanya ada kucing. Di ujung jalan itu yang seharusnya mengarah ke rumahnya malah sebuah aula. Di situ terdapat kursi dan bantalan. Ada kucing besar hitam yang duduk di bantalan tersebut. Nero kemudian meloncat di sisi kucing besar itu.

 

Beni mengingat-ingat ia sepertinya tak asing dengan kucing besar itu. Itu Mahaguru Jati. Gledekkk apa-apaan nih, apa ane sudah masuk alam mimpi nih. Beni menggosok-gosok matanya tak percaya.

 

Lantas di benaknya seolah-olah muncul sekelabat wajah seperti bang Ahmad Maulana, ada juga Desol, Irwan, Ando Ajo, dan wajah-wajah lainnya yang ia kenal di Kempesianu. Mereka seolah-olah meneriakinya untuk segera menuntaskan jempol setan. Apa kucing di depannya itu pemilik jempol setan sialan itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun