Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Brush With Danger: Benarkah Seapik Promonya?

24 November 2015   08:57 Diperbarui: 24 November 2015   11:09 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Kompasianer Indah Noing Berfoto Bersama Livi Zheng"]

[/caption]

Dari segi alur cerita, film Brush with Danger termasuk sederhana dan mudah ditebak. Film ini bakal lebih baik lagi jika latar belakang karakter tokoh utamanya lebih banyak digali. Siapa kakak beradik Qiang tersebut di Tiongkok dan ada permasalahan apa yang membuat mereka lebih memilih meninggalkan tanah kelahiran mereka tersebut?

Di sini setting ceritanya memang kurang jelas, apakah tahun 1989 terkait dengan tragedi Tiananmen ataukah kondisi riil karena sudah ada perangkat gadget yang canggih. Lantas mengapa si adik dilarang bertarung, ada alasan khususkah di masa lalu? Penggalian karakter dan kisah hidup tokoh utama bisa dilakukan dengan adegan flashback untuk menghemat durasi.

Selain itu dari segi alur, alur ceritanya sederhana. Tidak ada misteri. Semuanya sudah tersaji di awal siapa tokoh protogonisnya siapa tokoh penjahatnya.

Tentang lukisan, Vincent van Gogh menurut saya termasuk lukisan yang sulit untuk ditiru. Bukan hanya dari segi cat melainkan juga karakter lukisannya yang khas dan kecenderungannya bermain-main dengan warna-warna cerah. Tapi uniknya ada satu desa di Tiongkok yang terkenal sebagai penghasil karya tiruan Van Gogh yakni Sunflowers series. Akan lebih baik lagi jika karakter lukisan Van Gogh dan desa peniru tersebut lebih banyak digali, karena film ini terkait dengan seni lukis sehingga profesi tokoh utama bukan hanya sekedar tempelan.

Untuk akting, menurut saya masih jauh dan perlu banyak diasah. Mungkin Livi Zheng lebih pas berada di kursi sutradara dibandingkan sebagai aktris karena ada beberapa adegan yang blank. Ia terlihat masih mikir dan terkadang pandangannya kosong. Adiknya, Ken Zheng berakting lebih natural karena perannya mudah disukai sebagai remaja yang ceria dan penuh semangat.

Dari sinematografi masih perlu lagi ditingkatkan. Saat ini malah banyak film Indonesia yang kualitas sinematografinya malah patut diacungi jempol. Dan yang terakhir yakni koreografi pertarungan yang bagi saya masih kurang asyik dinikmati.

Kritikan di atas semata-mata demi peningkatan kualitas film Livi Zheng ke depannya. Meskipun ada beberapa keterbatasan, film Brush with Danger ini menghibur. Saya suka dialog humornya yang ringan namun bisa mengundang tawa. Bagi yang penasaran, sila tonton filmnya yang bakal tayang sejak tanggal 26 November di Indonesia.

Terus semangat berkarya Livi Zheng!

 

Detail Film:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun