Ia bersama keluarganya, suami dan keponakannya berupaya mengenalkan batik Betawi ke warga Jakarta. Suaminya, Trisolo, yang piawai mendesain dan pernah belajar membuat batik Mojokerto, didapuk sebagai desainer berbagai motif khas batik Betawi Terogong. Keponakannya, Ima, yang masih belia, juga rajin mendampingi Siti Laela dalam menggelar pameran di berbagai tempat dan memberikan edukasi kepada pengunjung sanggar. Laela juga memberdayakan para perempuan dan ibu rumah tangga di kampungnya sebagai perajin batik Betawi. Saat ini ada 15 perajin batik di sanggar batik miliknya.
[caption caption="Ima, Keponakan Siti Laela, Memamerkan Batik Buatannya yang Memiliki Motif Bangunan Kota Tua"]
Batik Betawi menurut Laela memiliki motif khas yang terinspirasi dari kekhasan adat istiadat dan nilai-nilai budaya suku Betawi. Ada motif sungai Ciliwung, ondel-ondel, dan nusa kelapa yang merupakan nama Jakarta pada masa silam. Selain itu ada juga motif tentang ciri khas Jakarta, seperti tugu Monas, tanjidor, gedung DPR, dan tugu selamat datang.
Motif batik Betawi saat masih bernama batik Jakarta yang ia lestarikan hingga saat ini adalah motif buketan dan hong. Sedangkan motif andalan dari batik Betawi Terogong adalah tabur mengkudu. Ada dua makna dari tabur mengkudu, yang pertama merupakan singkatan dari “tekun dan sabar memang kudu (harus)”, makna kedua dari motif mengkudu adalah mengenang pohon mengkudu yang dulu banyak ditanam warga di kampung Terogong.
[caption caption="Batik Motif Mengkudu Andalan Siti Laela"]
Saat ini sudah 30 motif batik Betawi yang dihasilkan sanggar batik Betawi Terogong. Motif tersebut ada yang merupakan warisan budaya ada juga yang merupakan buah kreasi dari Laela bersama suami.
Oleh karena sanggar batik Betawi Terogong hanya memproduksi batik cap dan batik tulis, maka harganya tidak bisa dibandrol murah seperti halnya batik printing yang banyak beredar di pasaran. Selain memerlukan waktu dan kesabaran dalam proses pembuatannya, membatik melibatkan cinta kasih dari perajinnya.
Untuk membuat satu batik cap diperlukan waktu rata-rata 3-4 hari bergantung pada jumlah warna. Sedangkan batik tulis memakan waktu lebih lama, karena pola batik pada kain dibuat secara manual. “Bisa memakan waktu 3 minggu hingga satu bulan bergantung kerumitannya,” jelas Laela.
Oleh karena itu harga batik tulis cukup mahal karena usaha keras para perajin dalam menghasilkan karya seni yang indah. Harga satu lembar kain batik tulis berkisar Rp 400ribu hingga Rp 1 juta sedangkan kain batik cap Rp 125-500 ribu. Batik ini menggunakan bahan kain dari jenis katun hingga sutera.
Tertarik Belajar Membatik?
Meskipun batik Betawi relatif masih kurang dikenal, namun Siti Laela bercerita sanggar batik miliknya telah sering dikunjungi oleh kalangan pelajar maupun wisatawan dari berbagai negara. Para wisatawan asing tertarik akan keberadaan batik Betawi. Mereka berasal dari Jepang, Australia, Amerika Serikat, dan Brazil. Bahkan, Bu Laela sudah pernah mengajar membatik Miss Universe 2014 saat berkunjung di Jakarta. Ia bercerita baru-baru ini mendapat undangan untuk mengisi acara yang diadakan oleh Jepang untuk beberapa waktu ke depan.