[caption caption="Puteri Hujan (sumber gambar: journeyingtothegoddes.wordpress.com)"][/caption]
Dewi Puspa, No. 119
Putri Hujan gemar melihat ayahnya, Dewa Hujan, menciptakan hujan yang membasahi negeri di bawah mereka. Setelah beranjak dewasa, Dewa Hujan mengajarinya rahasia menciptakan hujan, dari hujan rintik-rintik, hujan deras yang meninabobokan, hingga hujan yang bak musibah.
Tak lama berselang, ia mendapat tugas ayahnya untuk menciptakan hujan di negeri hijau. Pepohonannya tinggi menjulang seperti karpet tebal hijau.
Ia memanggil kawanan awan hitam dengan suaranya yang merdu nan lembut. “Wahai awan hitam, Putri Hujan sahabat Awan Hitam Muda meminta bantuan...datanglah...”
Kawanan awan hitam bersorak. Awan putih pun bergegas menyingkir. “Putri Hujan.., Halilintar Terang dan Guntur Muda ingin ikut berperan. Sudah lama keduanya was-was kemampuannya hilang,” pinta Awan Gelap.
Putri Hujan mengangguk. Negeri ini jarang manusia. Hewan pun akan terlindung oleh tudung hijau pepohonan.
“Halilintar Terang dan Guntur Muda boleh ikut, asal ia tak menganggu pepohonan dan hewan...”
Mega hitam telah menggelayuti, angin mulai berhembus kencang. Putri Hujan berkonsentrasi dan mengumpulkan energinya. Hujan pun mengguyur deras. Halilintar Terang sesekali muncul di antara awan hitam, berkejaran oleh Guntur Muda.
***
Dewa Hujan kagum kemampuan putrinya. Ia mengirim putrinya ke berbagai negeri, termasuk ke negeri Khatulistiwa.
Putri Hujan masih asing akan negeri yang akan menjadi medan pekerjaannya. Ia berkeliling untuk mengetahui jenis hujan yang cocok untuk negeri tersebut.
Di negeri Khatulistiwa, pepohonan jarang tampak. Tanah di berbagai tempat retak-retak mengering. Sungai pun dangkal.
Putri Hujan melihat para petani sibuk bekerja. Pandangannya tertumbuk pada petani muda yang membajak sawah.
Pekerjaan petani tersebut belum tuntas. Kerbaunya nampak kelelahan karena tanah kering dan keras. Petani tersebut mengucapkan kata-kata lembut menenangkan kerbau tersebut sambil mengusap-usap punggungnya. Putri Hujan tersentuh.
Tidak ada awan hitam di sekelilingnya. Putri Hujan tak putus asa. Ia bisa menciptakan hujan gerimis meski perlu energi lebih.
“Gerimis..” pemuda tersebut bersorak dan memeluk kerbaunya. Kerbaunya seolah ikut bergembira dan melenguh keras.
Cukup lama Putri Hujan berjuang. Hujan gerimis masih sulit menundukkan tanah yang keras dan mengairi sungai.
***
Putri Hujan membujuk Awan Gelap Muda dan Angin Cepat untuk membantu pekerjaannya. Sambil menunggu sahabatnya tiba, Putri Hujan kembali ke kebiasaannya, melihat keseharian petani muda.
Sawah tersebut telah berhasil dibajak dan ditanami. Si pemuda merawat padinya dan bercakap-cakap seperti kepada kerbaunya. Padi yang bergoyang seolah membalas kata-katanya.
Trio tersebut bekerja menciptakan hujan deras yang bersahabat. Awan Gelap Muda telah membujuk kawanan awan hitam untuk membantunya.
Kerja keras mereka berhasil. Sungai terisi penuh. Hawa menjadi sejuk oleh angin. Si pemuda pun tidur lelap. Dalam mimpinya, ia bertemu putri jelita yang menyebut dirinya Putri Hujan.
***
Ayahnya menugaskannya ke berbagai negeri. Baru beberapa bulan kemudian ia kembali ke negeri Khatulistiwa.
Pekerjaannya dulu seolah tak berbekas. Tanah kembali kering, tanaman layu dan air pun surut.
Putri Hujan bergegas ke tempat si pemuda bekerja. Pemuda tersebut seperti padi miliknya. Nampak layu.
Putri Hujan meminta bantuan awan hitam. Mereka takut dominasi awan putih dan matahari. Putri Hujan membujuk awan putih dan matahari. Mereka tak mau mengalah, menikmati kejayaannya.
Matahari kesal pada ulah warga negeri Khatulistiwa yang sewenang-wenang pada alam. Ia berniat menghukumnya. Putri Hujan menunjukkan si pemuda yang mencintai kerbau dan padinya. Ia tak peduli.
***
Putri Hujan meminta bantuan ayahnya. Ia tak bisa apa-apa karena daerah tersebut teritori matahari. Kedua sahabatnya juga tak berkutik.
Putri Hujan melihat pemuda yang dikasihinya nampak muram menghibur kerbaunya yang kekurangan rumput hijau. Mungkin karena panas dan lelah pemuda itu terlelap. Dalam mimpinya ia kembali bertemu dengan gadis cantik. Gadis itu bertanya apakah ia ingin padi dan kerbaunya selamat. Ia mengangguk. Gadis itu lalu lenyap. Padahal pemuda itu juga ingin berkata, ia juga ingin gadis tersebut bersamanya.
***
Puteri Hujan semakin sedih melihat hewan yang mati karena kelaparan dan kehausan. Tanaman layu dan sungai yang mengering. Jika dibiarkan, akan semakin banyak yang binasa.
Puteri Hujan menangis. Tangisannya berubah menjadi hujan gerimis. Melihat kekuatannya itu, ia semakin percaya diri untuk menciptakan hujan yang lebih deras. Hujan di siang bolong membuat warga melongo.
Puteri Hujan terus menciptakan hujan. Ia tak peduli protes matahari. Saat matahari terbenam, hujan semakin deras. Warga merasa terhibur meskipun hawa masih panas karena tiadanya angin.
***
Sudah berhari-hari Putri Hujan bekerja Tindakannya mulai menuai hasil. Namun, energinya semakin terkuras.
Saat hari ke-7, matahari berupaya mengambil lagi dominasinya dengan serangan hawa teriknya. Putri Hujan tak menyerah.
Ia hadir dalam mimpi si pemuda yang terkantuk-kantuk di dangau sawahnya. Pemuda itu tersenyum menyambutnya. Ia bertanya apakah ia senang padi dan kerbaunya selamat? Pemuda itu mengangguk dan berkata, ia akan lebih senang lagi jika Putri Hujan bersamanya.
Putri Hujan merasa lega. Energinya telah habis tercurah. Ia tak bisa mengucapkan selamat tinggal pada keluarga dan dua sahabatnya. Tapi ia bisa mengucapkannya pada pemuda yang dikasihinya.
Hujan itu perlahan-lahan reda. Pemuda yang menyadari perubahan tersebut membuka matanya dan melihat sebuah pelangi yang indah. Di pelangi tersebut ada wanita jelita yang mirip dengan wanita dalam mimpinya.
Putri Hujan tersenyum kepadanya. Lalu ia perlahan-lahan berjalan ke ujung pelangi dan menghilang.
*** tamat ***
- Untuk membaca karya peserta lain sila menuju akun Fiksiana Community atau ke link ini.
- Sila juga bergabung di grup FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H