Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Putri Hujan dan Petani

2 Oktober 2015   08:33 Diperbarui: 2 Oktober 2015   11:14 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kerja keras mereka berhasil. Sungai terisi penuh. Hawa menjadi sejuk oleh angin. Si pemuda pun tidur lelap. Dalam mimpinya, ia bertemu putri jelita yang menyebut dirinya Putri Hujan.

***

Ayahnya menugaskannya ke berbagai negeri. Baru beberapa bulan kemudian ia kembali ke negeri Khatulistiwa.

Pekerjaannya dulu seolah tak berbekas. Tanah kembali kering, tanaman layu dan air pun surut.

Putri Hujan bergegas ke tempat si pemuda bekerja. Pemuda tersebut seperti padi miliknya. Nampak layu.

Putri Hujan meminta bantuan awan hitam. Mereka takut dominasi awan putih dan matahari. Putri Hujan membujuk awan putih dan matahari. Mereka tak mau mengalah, menikmati kejayaannya.

Matahari kesal pada ulah warga negeri Khatulistiwa yang sewenang-wenang pada alam. Ia berniat menghukumnya. Putri Hujan menunjukkan si pemuda yang mencintai kerbau dan padinya. Ia tak peduli.

***

Putri Hujan meminta bantuan ayahnya. Ia tak bisa apa-apa karena daerah tersebut teritori matahari. Kedua sahabatnya juga tak berkutik.

Putri Hujan melihat pemuda yang dikasihinya nampak muram menghibur kerbaunya yang kekurangan rumput hijau. Mungkin karena panas dan lelah pemuda itu terlelap. Dalam mimpinya ia kembali bertemu dengan gadis cantik. Gadis itu bertanya apakah ia ingin padi dan kerbaunya selamat. Ia mengangguk. Gadis itu lalu lenyap. Padahal pemuda itu juga ingin berkata, ia juga ingin gadis tersebut bersamanya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun