Puteri Hujan semakin sedih melihat hewan yang mati karena kelaparan dan kehausan. Tanaman layu dan sungai yang mengering. Jika dibiarkan, akan semakin banyak yang binasa.
Puteri Hujan menangis. Tangisannya berubah menjadi hujan gerimis. Melihat kekuatannya itu, ia semakin percaya diri untuk menciptakan hujan yang lebih deras. Hujan di siang bolong membuat warga melongo.
Puteri Hujan terus menciptakan hujan. Ia tak peduli protes matahari. Saat matahari terbenam, hujan semakin deras. Warga merasa terhibur meskipun hawa masih panas karena tiadanya angin.
***
Sudah berhari-hari Putri Hujan bekerja Tindakannya mulai menuai hasil. Namun, energinya semakin terkuras.
Saat hari ke-7, matahari berupaya mengambil lagi dominasinya dengan serangan hawa teriknya. Putri Hujan tak menyerah.
Ia hadir dalam mimpi si pemuda yang terkantuk-kantuk di dangau sawahnya. Pemuda itu tersenyum menyambutnya. Ia bertanya apakah ia senang padi dan kerbaunya selamat? Pemuda itu mengangguk dan berkata, ia akan lebih senang lagi jika Putri Hujan bersamanya.
Putri Hujan merasa lega. Energinya telah habis tercurah. Ia tak bisa mengucapkan selamat tinggal pada keluarga dan dua sahabatnya. Tapi ia bisa mengucapkannya pada pemuda yang dikasihinya.
Hujan itu perlahan-lahan reda. Pemuda yang menyadari perubahan tersebut membuka matanya dan melihat sebuah pelangi yang indah. Di pelangi tersebut ada wanita jelita yang mirip dengan wanita dalam mimpinya.
Putri Hujan tersenyum kepadanya. Lalu ia perlahan-lahan berjalan ke ujung pelangi dan menghilang.
 *** tamat ***
- Untuk membaca karya peserta lain sila menuju akun Fiksiana Community atau ke link ini.
- Sila juga bergabung di grup FB Fiksiana Community