Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[KC] Putri Hujan dan Petani

2 Oktober 2015   08:33 Diperbarui: 2 Oktober 2015   11:14 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Puteri Hujan (sumber gambar: journeyingtothegoddes.wordpress.com)"][/caption]

Dewi Puspa, No. 119

Putri Hujan gemar melihat ayahnya, Dewa Hujan, menciptakan hujan yang membasahi negeri di bawah mereka. Setelah beranjak dewasa, Dewa Hujan mengajarinya rahasia menciptakan hujan, dari hujan rintik-rintik, hujan deras yang meninabobokan, hingga hujan yang bak musibah.

Tak lama berselang, ia mendapat tugas ayahnya untuk menciptakan hujan di negeri hijau. Pepohonannya tinggi menjulang seperti karpet tebal hijau.

Ia memanggil kawanan awan hitam dengan suaranya yang merdu nan lembut. “Wahai awan hitam, Putri Hujan sahabat Awan Hitam Muda meminta bantuan...datanglah...”

Kawanan awan hitam bersorak. Awan putih pun bergegas menyingkir. “Putri Hujan.., Halilintar Terang dan Guntur Muda ingin ikut berperan. Sudah lama keduanya was-was kemampuannya hilang,” pinta Awan Gelap.

Putri Hujan mengangguk. Negeri ini jarang manusia. Hewan pun akan terlindung oleh tudung hijau pepohonan.

“Halilintar Terang dan Guntur Muda boleh ikut, asal ia tak menganggu pepohonan dan hewan...”

Mega hitam telah menggelayuti, angin mulai berhembus kencang. Putri Hujan berkonsentrasi dan mengumpulkan energinya. Hujan pun mengguyur deras. Halilintar Terang sesekali muncul di antara awan hitam, berkejaran oleh Guntur Muda.

***

Dewa Hujan kagum kemampuan putrinya. Ia mengirim putrinya ke berbagai negeri, termasuk ke negeri Khatulistiwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun