[caption caption="Hutan Kota Cijantung yang Terbuka untuk Umum Saat Akhir Pekan"]
Selain itu, Jakarta mulai mengembangkan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Saat ini di Jakarta sudah tersedia enam RPTRA, yaitu di Sungai Bambu-Jakarta Utara, Kembangan-Jakarta Barat, Gandaria Selatan-Jakarta Selatan, Cililitan-Jakarta Timur, Cideng-Jakarta Pusat, dan pulau Untung Jawa-Kepulauan Seribu. Tahun ini direncanakan dibangun 54 RPTRA lagi bekerja sama dengan perusahaan dan perguruan tinggi. Selanjutnya, pada tahun 2016 ditargetkan dibangun 150 RPTRA di setiap penjuru Jakarta.
RPTRA ini memiliki perbedaan konsep dengan taman kota. RPTRA memadukan fungsi taman dengan nilai edukasi dan nilai-nilai kebersamaan warga. RPTRA Sungai Bambu, misalnya. Di sini ada taman bermain, lahan untuk tanaman obat, lapangan futsal, jogging track, taman bacaan, PAUD, juga panggung mini. Sehingga diharapkan para warga di suatu daerah dapat berinteraksi, berdiskusi, beraktivitas, mengembangkan kreativitasnya atau hanya sekedar untuk duduk-duduk untuk menikmati panorama dan hawa segar.
[caption caption="Anak-anak Bermain di RPTRA (sumber: www.infonitas.com)"]
Idealnya RPTRA ini tersedia di tiap kelurahan di Jakarta. Para pegawai kelurahan juga dapat memanfaatkan RPTRA untuk pelayanan warga di luar jam kerja, atau menerima keluhan, saran atau membagikan informasi ke warga. Sehingga aparat kelurahan bisa lebih interaktif dan akomodatif terhadap warganya.
Alangkah lebih baik lagi jika RPTRA ini juga tersedia di lingkungan RT/RW dan perumahan sehingga cita-cita Jakarta sebagai kota layak anak tercapai. Selain ramah anak, ke depan diharapkan ruang publik ini juga ramah terhadap para warga difabel sehingga seluruh warga Jakarta dapat terakomodasi di ruang publik.
Namun, tantangan untuk untuk ruang publik bukan sekedar membangun atau memperbanyak. Tantangan yang biasa dihadapi di kota besar adalah memeliharanya supaya tetap bersih dan asri juga digunakan oleh warga sebagaimana mestinya. Tentu akan menyedihkan, jika ruang publik yang asri namun sepi dan jarang digunakan oleh masyarakat sekitarnya. Begitu juga apabila ruang publik tersebut kotor dan banyak sampah berserakan.
Untuk itu, pembangunan dan pemeliharaan ruang publik perlu melibatkan warga di sekitar tempat tersebut sehingga mendorong rasa memiliki ruang publik tersebut. Pembangunan ruang publik juga bisa disesuaikan dengan karakter atau budaya warga setempat sehingga unik dan juga merefleksikan kultur masyarakat setempat. Yang tak kalah penting adalah rasa aman dan nyaman warga selama memanfaatkan ruang publik. CCTV bisa diletakkan di tiap ruang publik untuk meminimalkan tindak kriminal.
[caption caption="Cerianya Anak-anak Bermain di RPTRA (sumber: wartakota.tribunnews.com)"]
Â
Hari Habitat Dunia dan Bali Sebagai Tuan Rumah