[caption caption="Taman Kota Cijantung yang Ramai Saat Akhir Pekan Tapi Sepi di Hari Biasa"][/caption]
Setiap Sabtu petang dan Minggu pagi taman kota dan hutan kota Cijantung ramai dikunjungi oleh warga di sekelilingnya. Beragam aktivitas mereka lakukan di ruang publik tersebut. Ada yang berpiknik bersama keluarganya, ada yang memamerkan kepandaiannya bermain skate board, adapula yang berlatih lari.
Tak berbeda jauh dengan pemandangan di Taman Kota Cijantung, Taman Honda Tebet juga ramai dikunjungi warga saat akhir pekan. Saat itu, para pengunjung tidak hanya berolah raga, ada juga yang memamerkan karya fotonya bak galeri seni. Ada juga yang mengadakan workshop dan konser musik kecil-kecilan. Seru.
[caption caption="Taman Honda Tebet yang Asyik untuk Beragam Aktivitas"]
Tentang konser musik ini, saya beberapa kali melihatnya di Taman Untung Suropati. Ada beberapa anak-anak dan orang dewasa yang berlatih bermain biola. Asyik juga menikmati mini recital gratis. Sementara di Danau Kenanga Universitas Indonesia yang terletak bersampingan dengan Perpustakaan UI, saya bisa menonton latihan teater mahasiswa sambil jajan siomai.
Kini di berbagai ruang publik seperti taman, tanah lapang dan alun-alun, para warga tidak lagi malu-malu untuk beraktivitas dan memamerkan kreativitasnya. Ruang publik bisa disulap menjadi tempat memajang karya seni, panggung untuk unjuk gigi seperti teatrikal, ruang berlatih baik olah raga atau keahlian lainnya, ruang diskusi dan workshop, dan masih banyak lagi.
Sebenarnya apa sih yang dimaksud ruang publik? Menurut Jurgen Habermas ruang publik adalah ruang dimana warga dapat berunding dan berinteraksi. Di ruang publik, warga juga dapat berbagi informasi dan mengemukakan pandangan. Sedangkan berdasarkan Rustam Hakim (1987) ruang publik merupakan wadah yang dapat menampung berbagai aktivitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok. Ruang publik ini dapat terbuka atau ruang tertutup atau di dalam sebuah bangunan.
[caption caption="Taman Ayodya yang Cantik dan Asri"]
Berdasarkan definisi tersebut, karakteristik ruang publik adalah dapat diakses dan dimanfaatkan setiap orang, dapat digunakan untuk beragam kegiatan, dan dapat digunakan oleh warga untuk berinteraksi dan berdiskusi. Sedangkan bentuknya dapat berupa taman, hutan kota, alun-alun, ataupun balai pertemuan.
Tentu kita masih ingat dalam pelajaran sejarah disebutkan bangsa Athena unggul dalam filsafat dan pengetahuan karena masyarakatnya gemar berdiskusi dan mengemukakan idenya di ruang publik. Diskusi-diskusi yang membangkitkan kejayaan seni musik, sastra, dan seni rupa bangsa Eropa sejak abad ke-18 juga terjadi di ruang publik. Apakah hal tersebut mungkin dan bisa terjadi di Jakarta? Ya, saya optimis dari diskusi dan berbagi pandangan bisa terjadi suatu gerakan pembaruan ataupun ide-ide besar.
Di Jakarta ada berbagai jenis ruang publik yang telah tersedia dari taman, hutan kota, lapangan, danau hingga perpustakaan yang menyediakan ruangan gratis untuk berbagai acara. Taman dan hutan kota saat ini tersedia di seluruh penjuru Jakarta. Total ada 2.859 ruang terbuka hijau berupa taman kota, taman lingkungan, jalur hijau dan tepian air. Sedangkan RTH hutan kota saat ini ada di 59 lokasi, namun belum semuanya terbuka untuk umum. Hutan kota yang asyik dikunjungi di antaranya Hutan Kota Cijantung, Hutan Kota Bumi Perkemahan Cibubur, Hutan Kota Srengseng, dan Hutan Kota di kompleks Universitas Indonesia. Sedangkan landmark yang juga menjadi ruang publik favorit adalah Taman Monas.
[caption caption="Hutan Kota Cijantung yang Terbuka untuk Umum Saat Akhir Pekan"]
Selain itu, Jakarta mulai mengembangkan ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA). Saat ini di Jakarta sudah tersedia enam RPTRA, yaitu di Sungai Bambu-Jakarta Utara, Kembangan-Jakarta Barat, Gandaria Selatan-Jakarta Selatan, Cililitan-Jakarta Timur, Cideng-Jakarta Pusat, dan pulau Untung Jawa-Kepulauan Seribu. Tahun ini direncanakan dibangun 54 RPTRA lagi bekerja sama dengan perusahaan dan perguruan tinggi. Selanjutnya, pada tahun 2016 ditargetkan dibangun 150 RPTRA di setiap penjuru Jakarta.
RPTRA ini memiliki perbedaan konsep dengan taman kota. RPTRA memadukan fungsi taman dengan nilai edukasi dan nilai-nilai kebersamaan warga. RPTRA Sungai Bambu, misalnya. Di sini ada taman bermain, lahan untuk tanaman obat, lapangan futsal, jogging track, taman bacaan, PAUD, juga panggung mini. Sehingga diharapkan para warga di suatu daerah dapat berinteraksi, berdiskusi, beraktivitas, mengembangkan kreativitasnya atau hanya sekedar untuk duduk-duduk untuk menikmati panorama dan hawa segar.
[caption caption="Anak-anak Bermain di RPTRA (sumber: www.infonitas.com)"]
Idealnya RPTRA ini tersedia di tiap kelurahan di Jakarta. Para pegawai kelurahan juga dapat memanfaatkan RPTRA untuk pelayanan warga di luar jam kerja, atau menerima keluhan, saran atau membagikan informasi ke warga. Sehingga aparat kelurahan bisa lebih interaktif dan akomodatif terhadap warganya.
Alangkah lebih baik lagi jika RPTRA ini juga tersedia di lingkungan RT/RW dan perumahan sehingga cita-cita Jakarta sebagai kota layak anak tercapai. Selain ramah anak, ke depan diharapkan ruang publik ini juga ramah terhadap para warga difabel sehingga seluruh warga Jakarta dapat terakomodasi di ruang publik.
Namun, tantangan untuk untuk ruang publik bukan sekedar membangun atau memperbanyak. Tantangan yang biasa dihadapi di kota besar adalah memeliharanya supaya tetap bersih dan asri juga digunakan oleh warga sebagaimana mestinya. Tentu akan menyedihkan, jika ruang publik yang asri namun sepi dan jarang digunakan oleh masyarakat sekitarnya. Begitu juga apabila ruang publik tersebut kotor dan banyak sampah berserakan.
Untuk itu, pembangunan dan pemeliharaan ruang publik perlu melibatkan warga di sekitar tempat tersebut sehingga mendorong rasa memiliki ruang publik tersebut. Pembangunan ruang publik juga bisa disesuaikan dengan karakter atau budaya warga setempat sehingga unik dan juga merefleksikan kultur masyarakat setempat. Yang tak kalah penting adalah rasa aman dan nyaman warga selama memanfaatkan ruang publik. CCTV bisa diletakkan di tiap ruang publik untuk meminimalkan tindak kriminal.
[caption caption="Cerianya Anak-anak Bermain di RPTRA (sumber: wartakota.tribunnews.com)"]
Â
Hari Habitat Dunia dan Bali Sebagai Tuan Rumah
Meskipun peringatan hari habitat dunia (HHD) sudah diselenggarakan sejak tahun 1986, banyak warga Indonesia termasuk saya yang masih asing dengan hari habitat dunia. HHD ini diperingati setiap hari Senin pada minggu pertama bulan Oktober.
Di indonesia, tuan rumah peringatan HHD berganti-ganti. Tahun 2011 diadakan di Makassar, tahun berikutnya di Surabaya. Selanjutnya, pada tahun 2013 diselenggarakan di Jakarta dan tahun 2014 di Jakarta. Nah, tahun ini Denpasar didapuk sebagai tuan rumah dengan tema ruang publik. Denpasar memang layak sebagai tuan rumah dengan tema ruang publik. Oleh karena di Bali banyak tersedia ruang publik, termasuk pantai yang bisa diakses warga secara cuma-cuma.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H