“Mulder, Kamu yakin akan kembali ke candi tersebut malam ini?!”
Scully berharap Mulder membatalkan niatnya. Ia tidak ingin berurusan lagi dengan alien. Siapa tahu bukan alien kali ini yang dihadapi mereka, mahkluk yang lebih purba, atau malah nenek moyang manusia yang memiliki intelegensi tinggi. Belum tentu juga mereka ramah.
Mulder kemarin mengungkapkan ketakjubannya saat berkunjung ke candi Borobudur. Ia tak puas-puasnya berkeliling, mengamati stupa demi stupa dan kemudian bersorak sambil mengangkat kedua lengannya. Ia lalu turun dari candi dan mengamatinya dari kejauhan. Scully hanya menggeleng-geleng melihat gerak-gerik temannya.
Mulder menduga pembuatan candi ini bukan bangsa manusia masa itu. Jika benar mereka yang melakukan, ada sesuatu yang menuntun mereka. Bentuk candi ini yang mencerminkan cetak biru manusia dan cetak biru jagat raya akan sulit dikarang oleh manusia biasa. Ada makhluk berintelegensia tinggi, entah alien atau nenek moyang manusia.
Setelah menekuni candi Borobudur, Mulder mengurung diri dalam kamar dengan tumpukan buku dan mencari-cari sesuatu di internet. Scully ingin segala sesuatu ini cepat berakhir. Akankah Mulder akan menemukan portal dimensi yang dicarinya? Setelah menemukan portal tersebut, apakah mereka akan bisa menikah dan hidup normal seperti pasangan lainnya.
***
Mereka bertiga telah berada di komplek candi Borobudur. Dayat mendapat izin berkunjung ke candi pada malam hari.
Malam ini langit begitu jernih. Bulan purnama menerangi tubuh candi sehingga nampak lebih anggun sekaligus sakral. Mulder membawa alat untuk mendeteksi gelombang. Raut wajahnya nampak begitu gembira seolah akan mendapatkan sesuatu yang telah begitu lama diimpikannya.
Mereka berjalan mengelilingi candi dengan Mulder memimpin. Scully merasa gelisah. Sedangkan Dayat menekuri jalan di depannya seolah larut dalam dunianya.