Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Money

#Di Balik Secangkir Kopi Ada Senyum Petani Kopi

14 Juni 2015   23:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada cerita panjang sebelum bijih kopi siap diseduh menjadi aneka minuman kopi yang nikmat. Dalam proses perjalanan kopi tersebut ada cerita tentang perjuangan, pengorbanan, kerja keras, juga senyum para petani dan pelaku usaha di bidang kopi.

Kopi lekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat baik yang tinggal di pedesaan maupun yang hidup di perkotaan menjadikan minuman kopi sebagai bagian dari menu sehari-hari. Ada yang rutin meminum kopi saat pagi hari, ada pula yang lebih memilih saat petang untuk mengawal malam.

Meskipun tanaman kopi bukan tanaman asli nusantara, kopi ditanam di berbagai penjuru Indonesia. Dari Aceh hingga Papua Barat terdapat tanaman kopi yang memiliki kekhasan tersendiri karena pengaruh geografis dan kondisi tanah di daerah tersebut. Dan kualitas kopi Indonesia yang diwakili kopi robusta asal Lampung telah mendapat pengakuan internasional.

 

Ya kualitas kopi Lampung telah bertaraf internasional, namun kemampuan ekspor kopi tersebut masih belum memenuhi target. Ekspor kopi Indonesia masih kalah jauh dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam. Padahal jika potensi ekspor kopi ini diperhatikan secara serius maka pendapatan negara akan meningkat dan tentunya kesejahteraan petani kopi serta pelaku usaha di bidang kopi akan membaik. Para petani kopi akan semakin banyak yang tersenyum lebar menikmati jerih payahnya dan keluarganya akan merasa tentram dengan pilihan profesi bertani kopi.

Namun, ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menjadikan kopi menjadi komoditas unggulan yang menguntungkan para petani. Dan kisah panjang tentang upaya yang dilakukan Nescafe di balik secangkir kopi ini bisa membuka mata bahwa peningkatan kualitas dan daya ekspor kopi ini memerlukan proses yang tidak instan. Perlu tekat untuk terus belajar dan terbuka untuk menerima pengetahuan dan metode yang baru untuk meningkatkan kualitas dan produksi kopi

Dari acara Nescafe yang diadakan 2-5 Juni 2015 saya menyimpulkan secara garis besar proses di balik secangkir kopi diawali dari pembibitan, pemeliharaan yang terdiri atas pemangkasan, pemupukan dan pembasmian hama, pemanenan, pengeringan bijih kopi, pengayakan, penggilingan, dan kemudian pengemasan. Dalam praktiknya, banyak petani yang menanam dan memelihara kopi dengan mengandalkan pengalaman dan metode tradisional sehingga hasil panennya tidak maksimal baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Untuk itulah Nescafe Indonesia yang menggunakan bahan baku kopi robusta asal Lampung menyelenggarakan sekolah kopi bagi para petani kopi untuk meminimalkan keterbatasan dan memaksimalkan potensi kopi Lampung.

Sekolah kopi bagi para petani kopi diadakan Nescafe sejak tahun 2010. Nescafe Indonesia bersama agronomis yang berasal dari alumni jurusan pertanian dan teknologi hasil pertanian dari berbagai universitas terkemuka mengajak para petani untuk berbagi pengalaman bertanam kopi dan berdiskusi tentang kesulitan dan keterbatasan yang mereka alami. Secara rutin para agronomis dan petani bertemu untuk saling berdiskusi dan belajar.

 

Di dalam sekolah petani yang dirintis sejak tahun 1993 tidak hanya berbagi dan berdiskusi, mereka mengajarkan lima modul dalam kurikulum sekolah petani. Kelima modul tersebut adalah manajemen kebun, produktivitas, konservasi lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja, serta kualitas dan evaluasi. Tiap modul dijarkan satu bulan dan harus mampu dikuasai sebelum berpijak ke modul berikutnya.

Menurut Tika dan Lindah, agronomis belia alumni UGM yang terjun langsung dalam sekolah kopi, awal-awal menyelenggarakan sekolah kopi tidaklah mudah. Ada banyak penolakan dari para petani yang merasa pengalaman bertani kopi yang didapatkan secara turun-temurun adalah metode yang baku. Setelah melalui berbagai pendekatan dan diajak melihat langsung edufarm yang dikelola Nescafe, lama-kelamaan mereka tertarik, apalagi setelah melihat langsung hasil panennya yang jauh lebih berlimpah dibandingkan metode penanaman mereka saat itu. Dari hasil panen yang dulunya hanya berkisar700 kilogram per satu hektar, dengan sistem penanaman ala Nescafe maka panennya bisa bertambah menjadi 1,1 – 1,5 ton per hektar.

 

Edufarm Kebun Percontohan

Kami diajak kali pertama menuju edufarm yaitu kebun percontohan seluas empat hektar yang biasa dikunjungi para petani dan wisatawan umum. Edufarm ini dimonitor oleh agronomis. Ada 1100 tanaman di sini dari lima jenis robusta, yaitu BO 409, BP936, BP939, BP42, dan SA237 dengan jarak tanam 3x2 meter. Di antara lima varian tersebut, BP939 yang pertumbuhannya tercepat.

 

Dari edufarm ini pengunjung dapat melihat jarak tanam yang benar dan tanaman kopi yang tidak terlalu tinggi, berkisar 1,1-1,2 meter tapi bisa memiliki kuantitas hasil panen yang besar. Dengan usia tanam 1,5 tahun, tanaman ini sudah mulai berbuah. Dari tanaman satu hektar ini bisa menghasilkan 1,1 ton kopi. Panen ini dilakukan sekali setahun sekitar Mei-awal September

Selain jarak tanam, petani juga perlu rutin melakukan pemangkasan untuk mempermudah alur cabang. Penanaman yang rapi akan memudahkan untuk penyerapan cahaya Yang tak kalah penting adalah pemupukan.

Pemupukan untuk tanaman kopi dilakukan saat di awal dan akhir musim hujan untuk membantu penyerapan. Pupuk yang digunakan ada dua, kompos saat usianya di bawah lima tahun untuk membantu unsur N dan di atas usia lima tahun menggunakan pupuk kimia karena lebih cepat melarut. Adanya tanaman lamtoro sebagai peneduh di lahan ini juga berfungsi untuk membantu untuk unsur N tersebut.

 

Edufarm ini juga merupakan hasil kerja sama antara Nescafe bersama Pemda Tenggamus dan Syngenta untuk pembasmian hama. Ada empat agronomis yan bertanggung jawab di sini yaitu Lukman, Tika, Yudi, dan Linda. Dari kunjungan ini saya baru tahu jika bunga tanaman kopi harum seperti melati dan red cherry berasa manis.

 

Selain sebagai kebun percontohan, edufarm ini juga menjadi kebun riset misalnya untuk penelitian penggunaan pupuk kimia pada tanaman kopi saat usianya masih di bawah lima tahun.

Salah satu KUB yang telah bekerja sama dengan Nescafe dan mengikuti sekolah lapang kopi adalah KUB yang dipimpin Pak Konstiyanto. KUB-nya memiliki hektar kopi dimana secara berkala ia menerima bibit kopi dari Nescafe.

 

Menurut Pak Konstiyanto sejak bekerja sama dengan sekolah kopi Nescafe, hasil panennya meningkat dan harga jual kopinya juga tinggi. Bapak pensiunan PNS ini sejak 2010 fokus menjadi petani kopi dan ketua KUB.

 

Bertani kopi kisah Pak Konstiyanto, dulunya bukan hal yang bisa diandalkan. Karena setelah panen maka enam bulan kemudian petani tanpa aktivitas. Oleh karena itu mereka menyiasatinya dengan bertanam pisang karena bisa dipanen setiap bulan. Selain pisang, Pak Konstiyanto bertanam durian dan lada. Dengan demikian para petani bisa tetap mendapatkan uang per bulannya dan lebih sejahtera.

 

Hal demikian juga dirasakan Feri, petani kopi yang mengaku paceklik 6-8 bulan setelah panen jika hanya menggantungkan pada panen kopi. Meski hasil panennya saat ini cukup besar tapi ia was-was jika hasil panen jutaan rupiah itu cepat habis jika tak terkelola dengan baik. Ia melakukan tumpangsari dengan cengkeh, pisang, dan jengkol. Dan ia bisa memperkerjakan para ibu-ibu yang merupakan warga sekitar untuk membantunya memetik kopi. Dan kini ia mulai tersenyum ceria setelah hasil panennya jauh meningkat dan mendapatkan lebih dari tanaman hasil tumpang sarinya.

Setelah jelajah kebun milik KUB yang dipimpin Pak Konstiyanto,kami istirahat sejenak sambil menyeduh kopi hasil kebun. Wow segar banget.

 

Pengayakan dan Pengeringan Tradisional Vs Mesin

Dari edufarm kami diajak untuk melihat proses pengeringan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode pengeringan manual melalui sinar matahari dan menggunakan mesin.

Metode pengayakan dan pengeringan manual diadakan di KUB yang dipimpin Pak Konstiyanto. KUB yang dipimpinnya membawahi sekitar 2100 petani dari empat kecamatan. Ia mengaku telah bekerja sama dengan Nescafe sejak empat tahun yang lalu.

 

Pak Konstiyanto memperkerjakan ibu-ibu untuk mengayak kopi untuk memisahkannya dari gelondong dan dedak dengan honor perharinya berkisar 40-60 ribu. Sedangkan proses pengeringan sendiri menggunakan sinar matahari. Bijih kopi dialasi oleh terpal dan kemudian dikeringkan hingga kadar airnya sekitar 12 persen. Biasanya proses pengeringan memakan waktu sekitar satu hari.

 

Pada proses pengeringan dengan mesin kami diajak menuju ke KUB Bintang yang dipimpin Suhantono. KUB ini membawahi sekitar 3 ribu petani dari empat kecamatan. Pada KUB ini kami melihat gudang tempat kopi dikumpulkan dari para petani dan di sudut lainnya adalah tempat untuk melakukan proses pengayakan dan pengeringan biji kopi.

 

Proses pengayakan dan pengeringan kopi melalui mesin secara sederhana yaitu kopi masuk silo (tempat penampungan) untuk proses pengayakan pertama untuk memisahkan antara gelondong dan bijih kopi. Selanjutnya masuk ke silo berikutnya dioven dan kemudian dilakukan pengayakan berikutnya. Proses terakhir adalah pengecekan kadar air secara sampel yaitu maksimal 12% dan proses penimbangan.

 

Dari hasil pengayakan dan pengeringan tersebut akan tersotir bijih kopi yang cacat. Bijih yang cacat bisa dijual ke tempat lain. Sedangkan kulit dan ampas dari proses pengeringan ini bisa digunakan sebagai pupuk setelah mengalami proses fermentasi. Setiap harinya Pak Suhantono dapat mengirimkan sekitar 63 ton ke pabrik Nestle.

 

Dari Lampung, Nescafe mendapatkan 23 ribu ton untuk diekspor dan enam ribu ton untuk proses produksi sendiri. Hasil ini akan semakin berlimpah apabila semakin banyak petani kopi yang bersedia belajar bersama Nescafe. Nescafe senang mendapat kopi berkualitas dan petani bisa tersenyum bahagia dan lebih sejahtera.

Pabrik Nescafe Lebih Dekat

Pada hari kedua kami berkunjung ke Pabrik Nescafe di Panjang, Lampung. Dari penginapan, perjalanan menempuh tak kurang dari satu jam. Setelah menyerahkan kartu identitas untuk ditukarkan dengan kartu tamu, kami pun bersiap berkeliling pabrik Nestle. Ada tulisan Nescafe berukuran besar dengan gajah sebagai satwa khas Lampung.

 

Di dalam pabrik ini terdapat berbagai bangunan, ada bangunan untuk kantor, bangunan untuk pengolahan makanan yang merupakan bangunan utama, ada ruang laktasi untuk ibu menyusui, klinik karyawan, ruang pelatihan karyawan, dan juga kebun yang menggunakan pupuk organik hasil pengolahan limbah kopi.

 

Sejak di pintu gerbang, saya melihat tagline Safety start with me. Dan slogan ini terdapat dimana-mana, menunjukkan pentingnya menjaga keselamatan diri. Di berbagai sudut di luar bangunan, juga terdapat peringatan agar pejalan kaki tetap berada di yellow line. Hal ini disebabkan banyak kendaraan yang lalu lalang. Menurut Ekfan Susanto, kepala produksi, tagline safety ini merupakan komitmen Nescafe. Tagline ini penting bertujuan agar seluruh karyawan sehat sahat berangkat kerja, aman selama di tempat kerja hingga pulang ke rumah, namun untuk itu karyawan harus memulainya dari diri sendiri. Hingga saat ini Nescafe dan seluruh karyawan berupaya keras menjaga agar kecelakaan kerja tetap berada di angka nol. Untuk komitmen ini, Nestle Panjang meraih penghargaan dengan nol lost time injury lebih dari enam tahun dan melebihi 5 juta jam kerja

 

Nestle sebagai induk Nescafe sendiri telah beroperasi sejak tahun 1867. Nestle didirikan oleh Henri Nestle menindaklanjuti banyaknya kasus malnutrisi masa itu. Kemudian pada tahun 1873 produk ini masuk ke Indonesia dan baru pada tahun 1973 Nestle Indonesia resmi berdiri. Hingga saat ini Nestle Indonesia memiliki 3300 karyawan dan 4 pabrik serta 90% produk Nestle diproduksi secara lokal. Produk Nestle Indonesia mulai dari susu Dancow, Milo, Nescafe, Nestea, permen Foxs, susu Carnation, dan masih banyak lagi.

Visi Nestle Indonesia selaras dengan misi Nestle Global, yaitu menjadi perusahaan terkemuka di dunia di bidang gizi, kesehatan, dan keafiatan dengan merek-merek terpercaya serta menjadi pilihan dan menyenangkan semua konsumen dari berbagai kelas sosial dan ekonomi mencapai pertumbuhan jangka panjang yang menguntungkan dan berkelanjutan. Sedangkan misi Nestle Indonesia yaitu menjadi panutan untuk creating shared value dan dipercaya para pemangku kepentingan. Selain itu juga turut mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Oleh karena itu, jelas Ekfan, produk Nestle dapat dinikmati semua kalangan, tidak hanya ditujukan untuk kalangan menengah ke atas.

Empat pabrik Nestle Indonesia tersebar di pulau Jawa. Pabrik Nestle di Kejayan, Pasuruan (1988) yang memproduksi di antaranya Nescafe cair siap minum, susu Dancow, milo; ada juga di Cikupa, Tangerang (1984) yang menghasilkan produk antara lain permen Foxs, Nestea, dan permen Polo; pabrik Kerawang (2013) yang memproduksi susu Dancow dan Milo; dan pabrik Panjang, Lampung yang berdiri tahun dan memproduksi Nescafe.

Empat pabrik Nestle Indonesia tersebar di pulau Jawa. Pabrik Nestle di Kejayan, Pasuruan (1988) yang memproduksi di antaranya Nescafe cair siap minum, susu Dancow, milo; ada juga di Cikupa, Tangerang (1984) yang menghasilkan produk antara lain permen Foxs, Nestea, dan permen Polo; pabrik Kerawang (2013) yang memproduksi susu Dancow dan Milo; dan pabrik Panjang, Lampung yang berdiri tahun 1979 dan memproduksi Nescafe dalam bentuk bubuk kopi.

Nescafe baru lahir pada tahun 1937 yang merupakan gabungan dari kata Nestle dan Cafe. Di Indonesia, pabrik Nestle yang memproduksi Nescafe utamanya adalah di Panjang, Lampung untuk produk berupa jenis padat.

Pabrik Nestle di Panjang memiliki luasan sebesar 85 ribu meter persegi. Total karyawannya 250 orang dengan tiga kali shift kerja yaitu pukul 06.00-14.00, 14.00-22.00 dan 22.00-06.00.

Secara garis besar, proses pengolahan bijih kopi yang berupa green coffe menjadi produk siap edar terdiri atas roasting/sangrai – ekstrasi – evaporasi –spray drying & agglomeration – filling.

Bedanya kopi Nescafe dengan kopi tubruk, kopi tubruk berhenti setelah proses sangrai dan kemudian digiling sehingga berampas. Sedangkan ampas dari produksi Nescafe dijadikan bahan tambahan bahan bakar boiler, yang diambil hanya larutan kopinya setelah melalui proses ekstrasi. Larutan itu kemudian dipekatkan dengan mesin evaporator. Dan kemudian dengan bantuan spray drying hasil akhirnya berupa agglo untuk produk Nescafe Clasic dan bubuk untuk Nescafe mixes. Nescafe juga menggunakan teknologi ERA (enhanced recovery aroma) sejak tahun 2009 untuk me-recover aroma bijih kopi yang kemudian ditambahkan dengan produk dari evaporator.

Sebelum masuk ke pabrik kami diminta untuk mengenakan pakaian khusus dan menggunakan topi khusus untuk menjaga agar produk tetap higienis. Kami kemudian memasuki ruangan untuk cup tasting dan product tasting.

Cup tasting dan product tasting ini menarik karena kami diijinkan untuk praktik. Cup tasting sendiri digunakan untuk menilai kualitas kopi dari KUB dan para petani kopi apakah sesuai dengan standar Nescafe. Penilaian meliputi di antaranya tidak ada bau kimia, bau tanah, bau karung, tingkat keasaman, tingkat kepahitan, dan sebagainya. Setiap satu sesi biasanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit untuk menilai 10 sampel dan dilakukan oleh empat panelis. Dalam sehari para panelis bisa melakukan tujuh sesi. Saat pengujian ini kopi yang telah diseduh diseruput keras sehingga menyentuh langit-langit lidah. Setelah itu langsung berkumur dan tidak ditelan.

Di ruangan yang sama juga terdapat pengujian sampel bijih kopi, dimana jika defect-nya melebihi ambang batas akan dikembalikan ke KUB. Ada beberapa kriteria dari ukuran bijih, warna, keutuhan dan sebagainya.

Selain tes kopi juga dilakukan uji kualitas hasil produk. Ada enam panelis untuk menguji apakah hasil akhir produk sesuai reference sampel. Produk yang diuji di antaranya Nescafe 3 in 1 strong, original, dan creammy; Nescafe Moccacino dan Nescafe Cappuccino, Nescafe Classic, dan juga Nescafe Dolce Gold untuk segmen kelas atas. Nescafe Cappuccino dan Moccacino memiliki busa (foaming) tujuh milimeter yang membedakannya dengan produk 3 in 1.


 
Setelah itu kami mengintip pabrik dimana penjelasannya mirip dengan yang diceritakan sebelumnya oleh Pak Ekfan. Pabrik ini telah terotomatisasi dengan peralatan canggih yang di-maintenance setiap 21 hari sekali. Setiap kerja alat dan tahapan proses produksi dimonitor di dalam ruang kontrol.

Bagian yang seru adalah saat kami diajak ke bagian tertinggi gedung. Di situ kami bisa melihat pabrik dari atas hamparan pasir putih dan laut yang biru jernih. Di bagian lainnya adalah bukit yang hijau. Wah alam Lampung benar-benar lengkap, ada gunung, laut, dataran tinggi dan pantai.

 

Limbah Kopi pun Bisa Jadi Bahan Bakar dan Pupuk Organik

Ada banyak hal menarik yang bisa dilihat dari Pabrik Nescafe di Lampung. Yang paling mengesankan adalah proses pengolahan limbahnya. Lokasi pabrik Nescafe di bagian belakang berhadapan dengan laut. Dari gedung teratas saya melihat laut yang jernih dengan pantai yang putih, tidak nampak limbah cair kotor.

Limbah yang merupakan sisa produksi terdiri atas limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pada tahapan awal produksi digunakan sebagai tambahan bahan bakar boiler. Sedangkan limbah kopi yang cair setelah difermentasi menjadi pupuk organik. Limbah kopi cair ini dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Sedangkan limbah yang telah berubah menjadi air jernih dialirkan untuk menyirami tanaman, sehingga tidak ada limbah cair yang dibuang ke lautan.

 

Di bagian belakang pabrik Nestle terdapat kebun buah-buahan dan sayuran yang menggunakan pupuk organik berbahan kopi. Sudah banyak hasil panen dari kebun ini. Tanamannya beragam, dari aneka bunga, tanaman hias, pepaya, pare, sawi, dan pepaya.

 

Saat kami berkunjung,kami dipersilakan untuk memetik sayuran yang siap panen. Ada pare dan terung ungu yang berukuran besar. Wah saya seperti bukan di pabrik, melainkan seperti di agrowisata.

 

Bu Lucy berkisah kebun sayur dan buah-buahan ini juga banyak dikunjungi masyarakat sebagai bagian dari edukasi tentang pemanfaatan limbah sebagai pupuk organik juga bagaimana mengolah makanan sehat. Hasil kebun ini kemudian diolah menjadi menu makanan sehari-hari di kantin yang disantap seluruh karyawan. Sayuran dan buah segar yang dipetik dari kebun sendiri rasanya lebih nikmat.

 

Pengolahan limbah cair ini tidak masuk dalam biaya yang dibebankan ke konsumen sehingga konsumen hanya membayar dari produk yang mereka beli sedangkan pengolahan limbah adalah tanggung jawab dari Nescafe.

 

Antara Nescafe, Industri Hijau dan Creating Share Value

Nestle Indonesia merupakan industri yang telah masuk tahap sustain dan matang. Dalam piramida keeksisan sebuah industri, Nestle Indonesia telah berada dalam puncak piramida sehingga tidak lagi melakukan CSR (corporate social responsibilities), tapi naik kelas dengan melakukan creating share value (CSV).

Apa beda CSR dan CSV? CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekelilingnya. Perusahaan yang melakukan CSR umumnya masih berfokus pada kepatuhan (compliance). Jika sudah patuh pada aturan seperti kode etik, aturan dan standar, maka perusahaan akan sustain dan eksis. Saat perusahaan sudah berumur panjang, maka perusahaan naik ke standar yang lebih tinggi yaitu mengajak sekelilingnya untuk tumbuh bersama, sesuai dengan makna CSV yaitu menciptakan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan di sepanjang mata rantai Nestle.

Menurut Bu Lucy, manajer HRD, ada fokus CSV yaitu kesinambungan air bersih dan membangun daerah pedesaan. Air merupakan sumber penghidupan dan krisis air bersih diperkirakan terjadi tahun 2025. Oleh karena itu masyarakat sekitar diajak untuk menghemat air dan mempertahankan sumber air.


Fokus CSV berikutnya yaitu membangun daerah pedesaan, seperti sekolah petani kopi dan menularkan ilmu ke petani lain. Saat Nescafe mendekati petani dan memulai edukasi bertanam kopi pada tahun 1993, kondisi petani kopi masih miris. Satu hektar kebun hanya menghasilkan 700 kg asal-asalan dan mereka sering menjual hasil panen saat masih hijau. Kami menyarankan ke mereka untuk hanya memetik red cherry, jelas Bu Lucy.

Saat ini ada 12 ribu lebih petani yang memahami konsep berkebun yang benar dan sebagian besar telah meraih sertifikasi Forsi. Sertifikasi ini penting karena petani dapat memperoleh harga yang lebih baik saat menjual kopi karena telah memenuhi standar dan diperbolehkan untuk mengekspor kopi.

Biaya sertifikasinya cukup mahal sehingga Nestle membantu dan mendampingi petani hingga meraih sertifikasi tersebut. Selain membantu mendapatkan sertifikasi, Nescafe juga membagikan bibit kopi dan membantu riset tentang pengembangan bibit dari daun. Hasil riset ini kemudian diserahkan ke pemerintah dan bisa digunakan untuk pengembangan bibit cokelat

Para petani juga dibebaskan untuk menjual kopi tidak harus ke pabrik Nescafe dan mereka juga diundang ke pabrik untuk belajar cup taste atau mencicipi kopi sehingga tahu perbedaan kopi berkualitas dan yang asal-asalan. Semuanya dari sekolah tani, pendampingan itu tidak dipungut biaya, ujar bu Lucy. Nescafe hanya ingin memberikan pengetahuan dimana pengetahuan itu akan diserap petani dan dapat disebarluaskan. Ketika Nescafe pergi, maka pengetahuan itu akan tetap eksis.Dan syukurlah petani lebih sejahtera. Anak-anaknya banyak yang melanjutkan sekolah hingga ke strata dua, imbuhnya dengan bangga.

Saat ini pabrik Nestle Panjang juga menggunakan bahan bakar gas alam sehingga lebih bersih, tambah Budi Utomo, factory manager. Selain itu terkait dengan komitmen untuk green company, setiap tahunnya terjadi penurunan packaging dimana boks lebih ramping dan jumlah kertas yang digunakan makin berkurang. Sehingga konsumen mendapatkan nilai sesuai dengan harga yang dibeli, ujarnya. Tidak untuk kemasan dan sebagainya.  Untuk komitmen industri hijaunya ini, Nestle Indonesia telah meraih penghargaan level 5 atau level tertinggi untuk green industry award oleh Menteri Perindustrian tahun 2014.

 

Kesan Trip Nescafe Lampung

Trip menuju perkebunan kopi dan pabrik Nescafe di Lampung bagi saya merupakan pengalaman yang berkesan. Ada warna-warni perjalanan dari menambah kawan baru, mengenal lebih dekat Lampung yang bentangan alamnya unik, antara daerah pantai dan dataran tinggi, juga menikmati keseruan perjalanan via kapal ferry.

 

Sebelum kami memasuki bus yang dikemudikan Pak Andi dan Pak Faiz, Pak Rizkie dan Pak Dimas dari Nescafe memberikan pengarahan singkat di Ruang Angin-angin, Gedung Nestle di Perkantoran Hijau Arkadia, Jakarta Selatan. Mereka berpesan agar kami menjaga keselamatan diri selama perjalanan dan bersenang-senang. Keep safe and fun.

 

Perjalanan menuju Lampung memang bukan kali pertama saya alami. Namun, perjalanan pertama saya lakukan ke pulau Krakatau yang rutenya berbeda dan saat itu perjalanan menuju Krakatau dengan kapal ferry  kami lakukan saat malam hari. Dan kesan antara perjalanan malam hari dan siang hari bersama ferry jelas berbeda. Saya bisa puas menikmati panorama selama melaut. Pulau Jawa yang berdiri megah berangsur-angsur lepas dari pandangan tergantikan perairan kebiruan Selat Sunda.

 

Kapal ferry yang kami tumpangi Kapal Sagita saat itu tidak terlalu sarat penumpang. Ruang VIP-nya bersih dan nyaman. Saat saya dan Nisa berputar-putar kami bertemu dengan tiga ABK yang ramah dan punya segudang cerita tentang suka duka mereka sebagai ABK. Kami diajak melihat-lihat restorasi yang nyaman dan buritan belakang yang lapang.

 

Dan dua jam kemudian, mulai terlihat pulau-pulau kecil seolah prajurit yang menyambut tamu untuk bertemu dengan tuan mereka, pulau Sumatera yang luas dan nampak berwibawa.

 

Mulailah terlihat kesibukan di Lampung. Jalan lintas Sumatera menuju dan keluar dari Pelabuhan Bakauheni nampak padat oleh kendaraan. Setelah itu jalanan naik turun dengan panorama pantai dan lautan di satu sisi dan dataran tinggi di sisi sebaliknya.

 

Kota Bandar Lampung nampak cantik dan bersih dengan semboyannya Kota Tapis Berseri. Ada banyak rumah makan dan penginapan yang menunjukkan Lampung merupakan salah satu tujuan wisata andalan Sumatera.

 

Dalam acara trip ini kami diajak mencicip masakan khas Melayu yaitu aneka pindang. Masakan pindang memang bukan khas Lampung karena di beberapa tempat seperti di Palembang dan Bangka juga dihidangkan. Masakan berkuah segar ini asyik disantap malam hari karena menghangatkan tenggorokan. Pilihannya bervariasi dari pindang iga, pindang patin, dan pindang yang menggunakan bahan ikan air tawar lainnya.

 

Dan karena Lampung kondang akan pisang selain kopinya, maka rasanya kurang lengkap bila tak membawa buah tangan berupa aneka olahan pisang. Selain nikmat diolah menjadi keripik aneka rasa, pisang juga lezat diolah menjadi kue lapis legit dan sebagainya.

 

 

Dalam acara jalan-jalan bersama Nescafe ini, saya juga membawa oleh-oleh berupa kawan baru. Ada rekan-rekan Kompasiana, empat blogger, dan dua wartawan, juga panitia acara dan mas Ade dari Nescafe. Kawan-kawan dari Kompasiana memiliki karakter yang beragam, dari mas Didit, mas Kevin, dan Pak Fajr yang kalem, Pak Legowo yang penuh semangat, Dede yang ceria, Nisa yang asyik menjadi teman sekamar, serta Pak Mawan yang kocak yang membuat saya sering terpingkal-pingkal. Empat rekan blogger lainnya ada Detha dan Feri yang tak lepas dari rokok dan tongsis, Widha yang suka merenung, juga mbak Dessy yang cantik dan energik. Dua wartawan wanita asal Tempo yaitu mbak Dewi dan mbak Mila sangat pandai memeriahkan suasana, begitu juga mas Ade dari Nescafe yang pandai bermain organ dan menjadi bapak asuh rombongan.

 

Nikmatnya Resep Kopi

Dari acara perjalanan Nescafe saya mendapat sekantung goodie bag. Di dalamnya ada berbagai produk Nescafe, ada 3 in 1 strong, 3 in 1 original, dan Nescafe Classic, ada juga wadah gula dan buku resep minuman kopi.

 

Saya membolak-balik halaman resep kopi dan menemukan resep yang sederhana. Strong Cinnammon Coffee atau kopi beraroma kayu manis. Hemm dari gambarnya saja sudah ketahuan kalau nikmat. Bahannya mudah dan semua tersedia. Kayu manis termasuk rempah-rempah yang selalu ada di dapur. Tapi coffe-mate rupanya tidak ada, sehingga saya ganti dengan susu Dancow.

 

Cukup menambahkan Nescafe strong, susu Dancow ke dalam cangkir. Kemudian saya tambahkan batang kayu manis yang saya patahkan beberapa bagian. Lalu diseduh dengan air panas selama beberapa saat. Aroma kayu manis yang berpadu dengan kopi berbaur sempurna dan nikmat untuk menikmati suasana petang hari. Saya tersenyum simpul membayangkan keseruan trip bersama Nescafe di Lampung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun