Ada cerita panjang sebelum bijih kopi siap diseduh menjadi aneka minuman kopi yang nikmat. Dalam proses perjalanan kopi tersebut ada cerita tentang perjuangan, pengorbanan, kerja keras, juga senyum para petani dan pelaku usaha di bidang kopi.
Kopi lekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat baik yang tinggal di pedesaan maupun yang hidup di perkotaan menjadikan minuman kopi sebagai bagian dari menu sehari-hari. Ada yang rutin meminum kopi saat pagi hari, ada pula yang lebih memilih saat petang untuk mengawal malam.
Meskipun tanaman kopi bukan tanaman asli nusantara, kopi ditanam di berbagai penjuru Indonesia. Dari Aceh hingga Papua Barat terdapat tanaman kopi yang memiliki kekhasan tersendiri karena pengaruh geografis dan kondisi tanah di daerah tersebut. Dan kualitas kopi Indonesia yang diwakili kopi robusta asal Lampung telah mendapat pengakuan internasional.
Â
Namun, ada banyak hal yang harus dilakukan untuk menjadikan kopi menjadi komoditas unggulan yang menguntungkan para petani. Dan kisah panjang tentang upaya yang dilakukan Nescafe di balik secangkir kopi ini bisa membuka mata bahwa peningkatan kualitas dan daya ekspor kopi ini memerlukan proses yang tidak instan. Perlu tekat untuk terus belajar dan terbuka untuk menerima pengetahuan dan metode yang baru untuk meningkatkan kualitas dan produksi kopi
Dari acara Nescafe yang diadakan 2-5 Juni 2015 saya menyimpulkan secara garis besar proses di balik secangkir kopi diawali dari pembibitan, pemeliharaan yang terdiri atas pemangkasan, pemupukan dan pembasmian hama, pemanenan, pengeringan bijih kopi, pengayakan, penggilingan, dan kemudian pengemasan. Dalam praktiknya, banyak petani yang menanam dan memelihara kopi dengan mengandalkan pengalaman dan metode tradisional sehingga hasil panennya tidak maksimal baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Untuk itulah Nescafe Indonesia yang menggunakan bahan baku kopi robusta asal Lampung menyelenggarakan sekolah kopi bagi para petani kopi untuk meminimalkan keterbatasan dan memaksimalkan potensi kopi Lampung.
Sekolah kopi bagi para petani kopi diadakan Nescafe sejak tahun 2010. Nescafe Indonesia bersama agronomis yang berasal dari alumni jurusan pertanian dan teknologi hasil pertanian dari berbagai universitas terkemuka mengajak para petani untuk berbagi pengalaman bertanam kopi dan berdiskusi tentang kesulitan dan keterbatasan yang mereka alami. Secara rutin para agronomis dan petani bertemu untuk saling berdiskusi dan belajar.
Â
Menurut Tika dan Lindah, agronomis belia alumni UGM yang terjun langsung dalam sekolah kopi, awal-awal menyelenggarakan sekolah kopi tidaklah mudah. Ada banyak penolakan dari para petani yang merasa pengalaman bertani kopi yang didapatkan secara turun-temurun adalah metode yang baku. Setelah melalui berbagai pendekatan dan diajak melihat langsung edufarm yang dikelola Nescafe, lama-kelamaan mereka tertarik, apalagi setelah melihat langsung hasil panennya yang jauh lebih berlimpah dibandingkan metode penanaman mereka saat itu. Dari hasil panen yang dulunya hanya berkisar700 kilogram per satu hektar, dengan sistem penanaman ala Nescafe maka panennya bisa bertambah menjadi 1,1 – 1,5 ton per hektar.
Â
Edufarm Kebun Percontohan
Kami diajak kali pertama menuju edufarm yaitu kebun percontohan seluas empat hektar yang biasa dikunjungi para petani dan wisatawan umum. Edufarm ini dimonitor oleh agronomis. Ada 1100 tanaman di sini dari lima jenis robusta, yaitu BO 409, BP936, BP939, BP42, dan SA237 dengan jarak tanam 3x2 meter. Di antara lima varian tersebut, BP939 yang pertumbuhannya tercepat.
Â
Selain jarak tanam, petani juga perlu rutin melakukan pemangkasan untuk mempermudah alur cabang. Penanaman yang rapi akan memudahkan untuk penyerapan cahaya Yang tak kalah penting adalah pemupukan.
Pemupukan untuk tanaman kopi dilakukan saat di awal dan akhir musim hujan untuk membantu penyerapan. Pupuk yang digunakan ada dua, kompos saat usianya di bawah lima tahun untuk membantu unsur N dan di atas usia lima tahun menggunakan pupuk kimia karena lebih cepat melarut. Adanya tanaman lamtoro sebagai peneduh di lahan ini juga berfungsi untuk membantu untuk unsur N tersebut.
Â
Â
Salah satu KUB yang telah bekerja sama dengan Nescafe dan mengikuti sekolah lapang kopi adalah KUB yang dipimpin Pak Konstiyanto. KUB-nya memiliki hektar kopi dimana secara berkala ia menerima bibit kopi dari Nescafe.
Â
Â
Â
Setelah jelajah kebun milik KUB yang dipimpin Pak Konstiyanto,kami istirahat sejenak sambil menyeduh kopi hasil kebun. Wow segar banget.
Pengayakan dan Pengeringan Tradisional Vs Mesin
Dari edufarm kami diajak untuk melihat proses pengeringan dengan menggunakan dua metode, yaitu metode pengeringan manual melalui sinar matahari dan menggunakan mesin.
Metode pengayakan dan pengeringan manual diadakan di KUB yang dipimpin Pak Konstiyanto. KUB yang dipimpinnya membawahi sekitar 2100 petani dari empat kecamatan. Ia mengaku telah bekerja sama dengan Nescafe sejak empat tahun yang lalu.
Â
Â
Â
Â
Â
Pada hari kedua kami berkunjung ke Pabrik Nescafe di Panjang, Lampung. Dari penginapan, perjalanan menempuh tak kurang dari satu jam. Setelah menyerahkan kartu identitas untuk ditukarkan dengan kartu tamu, kami pun bersiap berkeliling pabrik Nestle. Ada tulisan Nescafe berukuran besar dengan gajah sebagai satwa khas Lampung.
Â
Â
Â
Visi Nestle Indonesia selaras dengan misi Nestle Global, yaitu menjadi perusahaan terkemuka di dunia di bidang gizi, kesehatan, dan keafiatan dengan merek-merek terpercaya serta menjadi pilihan dan menyenangkan semua konsumen dari berbagai kelas sosial dan ekonomi mencapai pertumbuhan jangka panjang yang menguntungkan dan berkelanjutan. Sedangkan misi Nestle Indonesia yaitu menjadi panutan untuk creating shared value dan dipercaya para pemangku kepentingan. Selain itu juga turut mewujudkan masyarakat Indonesia yang lebih sehat. Oleh karena itu, jelas Ekfan, produk Nestle dapat dinikmati semua kalangan, tidak hanya ditujukan untuk kalangan menengah ke atas.
Empat pabrik Nestle Indonesia tersebar di pulau Jawa. Pabrik Nestle di Kejayan, Pasuruan (1988) yang memproduksi di antaranya Nescafe cair siap minum, susu Dancow, milo; ada juga di Cikupa, Tangerang (1984) yang menghasilkan produk antara lain permen Foxs, Nestea, dan permen Polo; pabrik Kerawang (2013) yang memproduksi susu Dancow dan Milo; dan pabrik Panjang, Lampung yang berdiri tahun dan memproduksi Nescafe.
Empat pabrik Nestle Indonesia tersebar di pulau Jawa. Pabrik Nestle di Kejayan, Pasuruan (1988) yang memproduksi di antaranya Nescafe cair siap minum, susu Dancow, milo; ada juga di Cikupa, Tangerang (1984) yang menghasilkan produk antara lain permen Foxs, Nestea, dan permen Polo; pabrik Kerawang (2013) yang memproduksi susu Dancow dan Milo; dan pabrik Panjang, Lampung yang berdiri tahun 1979 dan memproduksi Nescafe dalam bentuk bubuk kopi.
Nescafe baru lahir pada tahun 1937 yang merupakan gabungan dari kata Nestle dan Cafe. Di Indonesia, pabrik Nestle yang memproduksi Nescafe utamanya adalah di Panjang, Lampung untuk produk berupa jenis padat.
Pabrik Nestle di Panjang memiliki luasan sebesar 85 ribu meter persegi. Total karyawannya 250 orang dengan tiga kali shift kerja yaitu pukul 06.00-14.00, 14.00-22.00 dan 22.00-06.00.
Secara garis besar, proses pengolahan bijih kopi yang berupa green coffe menjadi produk siap edar terdiri atas roasting/sangrai – ekstrasi – evaporasi –spray drying & agglomeration – filling.
Bedanya kopi Nescafe dengan kopi tubruk, kopi tubruk berhenti setelah proses sangrai dan kemudian digiling sehingga berampas. Sedangkan ampas dari produksi Nescafe dijadikan bahan tambahan bahan bakar boiler, yang diambil hanya larutan kopinya setelah melalui proses ekstrasi. Larutan itu kemudian dipekatkan dengan mesin evaporator. Dan kemudian dengan bantuan spray drying hasil akhirnya berupa agglo untuk produk Nescafe Clasic dan bubuk untuk Nescafe mixes. Nescafe juga menggunakan teknologi ERA (enhanced recovery aroma) sejak tahun 2009 untuk me-recover aroma bijih kopi yang kemudian ditambahkan dengan produk dari evaporator.
Sebelum masuk ke pabrik kami diminta untuk mengenakan pakaian khusus dan menggunakan topi khusus untuk menjaga agar produk tetap higienis. Kami kemudian memasuki ruangan untuk cup tasting dan product tasting.
Cup tasting dan product tasting ini menarik karena kami diijinkan untuk praktik. Cup tasting sendiri digunakan untuk menilai kualitas kopi dari KUB dan para petani kopi apakah sesuai dengan standar Nescafe. Penilaian meliputi di antaranya tidak ada bau kimia, bau tanah, bau karung, tingkat keasaman, tingkat kepahitan, dan sebagainya. Setiap satu sesi biasanya menghabiskan waktu sekitar 15 menit untuk menilai 10 sampel dan dilakukan oleh empat panelis. Dalam sehari para panelis bisa melakukan tujuh sesi. Saat pengujian ini kopi yang telah diseduh diseruput keras sehingga menyentuh langit-langit lidah. Setelah itu langsung berkumur dan tidak ditelan.
Selain tes kopi juga dilakukan uji kualitas hasil produk. Ada enam panelis untuk menguji apakah hasil akhir produk sesuai reference sampel. Produk yang diuji di antaranya Nescafe 3 in 1 strong, original, dan creammy; Nescafe Moccacino dan Nescafe Cappuccino, Nescafe Classic, dan juga Nescafe Dolce Gold untuk segmen kelas atas. Nescafe Cappuccino dan Moccacino memiliki busa (foaming) tujuh milimeter yang membedakannya dengan produk 3 in 1.
Â
Setelah itu kami mengintip pabrik dimana penjelasannya mirip dengan yang diceritakan sebelumnya oleh Pak Ekfan. Pabrik ini telah terotomatisasi dengan peralatan canggih yang di-maintenance setiap 21 hari sekali. Setiap kerja alat dan tahapan proses produksi dimonitor di dalam ruang kontrol.
Bagian yang seru adalah saat kami diajak ke bagian tertinggi gedung. Di situ kami bisa melihat pabrik dari atas hamparan pasir putih dan laut yang biru jernih. Di bagian lainnya adalah bukit yang hijau. Wah alam Lampung benar-benar lengkap, ada gunung, laut, dataran tinggi dan pantai.
Limbah Kopi pun Bisa Jadi Bahan Bakar dan Pupuk Organik
Ada banyak hal menarik yang bisa dilihat dari Pabrik Nescafe di Lampung. Yang paling mengesankan adalah proses pengolahan limbahnya. Lokasi pabrik Nescafe di bagian belakang berhadapan dengan laut. Dari gedung teratas saya melihat laut yang jernih dengan pantai yang putih, tidak nampak limbah cair kotor.
Limbah yang merupakan sisa produksi terdiri atas limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pada tahapan awal produksi digunakan sebagai tambahan bahan bakar boiler. Sedangkan limbah kopi yang cair setelah difermentasi menjadi pupuk organik. Limbah kopi cair ini dicampur dengan tanah dengan perbandingan 1:1. Sedangkan limbah yang telah berubah menjadi air jernih dialirkan untuk menyirami tanaman, sehingga tidak ada limbah cair yang dibuang ke lautan.
Â
Â
Â
Â
Antara Nescafe, Industri Hijau dan Creating Share Value
Nestle Indonesia merupakan industri yang telah masuk tahap sustain dan matang. Dalam piramida keeksisan sebuah industri, Nestle Indonesia telah berada dalam puncak piramida sehingga tidak lagi melakukan CSR (corporate social responsibilities), tapi naik kelas dengan melakukan creating share value (CSV).
Apa beda CSR dan CSV? CSR merupakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekelilingnya. Perusahaan yang melakukan CSR umumnya masih berfokus pada kepatuhan (compliance). Jika sudah patuh pada aturan seperti kode etik, aturan dan standar, maka perusahaan akan sustain dan eksis. Saat perusahaan sudah berumur panjang, maka perusahaan naik ke standar yang lebih tinggi yaitu mengajak sekelilingnya untuk tumbuh bersama, sesuai dengan makna CSV yaitu menciptakan manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan di sepanjang mata rantai Nestle.
Menurut Bu Lucy, manajer HRD, ada fokus CSV yaitu kesinambungan air bersih dan membangun daerah pedesaan. Air merupakan sumber penghidupan dan krisis air bersih diperkirakan terjadi tahun 2025. Oleh karena itu masyarakat sekitar diajak untuk menghemat air dan mempertahankan sumber air.
Fokus CSV berikutnya yaitu membangun daerah pedesaan, seperti sekolah petani kopi dan menularkan ilmu ke petani lain. Saat Nescafe mendekati petani dan memulai edukasi bertanam kopi pada tahun 1993, kondisi petani kopi masih miris. Satu hektar kebun hanya menghasilkan 700 kg asal-asalan dan mereka sering menjual hasil panen saat masih hijau. Kami menyarankan ke mereka untuk hanya memetik red cherry, jelas Bu Lucy.
Saat ini ada 12 ribu lebih petani yang memahami konsep berkebun yang benar dan sebagian besar telah meraih sertifikasi Forsi. Sertifikasi ini penting karena petani dapat memperoleh harga yang lebih baik saat menjual kopi karena telah memenuhi standar dan diperbolehkan untuk mengekspor kopi.
Biaya sertifikasinya cukup mahal sehingga Nestle membantu dan mendampingi petani hingga meraih sertifikasi tersebut. Selain membantu mendapatkan sertifikasi, Nescafe juga membagikan bibit kopi dan membantu riset tentang pengembangan bibit dari daun. Hasil riset ini kemudian diserahkan ke pemerintah dan bisa digunakan untuk pengembangan bibit cokelat
Para petani juga dibebaskan untuk menjual kopi tidak harus ke pabrik Nescafe dan mereka juga diundang ke pabrik untuk belajar cup taste atau mencicipi kopi sehingga tahu perbedaan kopi berkualitas dan yang asal-asalan. Semuanya dari sekolah tani, pendampingan itu tidak dipungut biaya, ujar bu Lucy. Nescafe hanya ingin memberikan pengetahuan dimana pengetahuan itu akan diserap petani dan dapat disebarluaskan. Ketika Nescafe pergi, maka pengetahuan itu akan tetap eksis.Dan syukurlah petani lebih sejahtera. Anak-anaknya banyak yang melanjutkan sekolah hingga ke strata dua, imbuhnya dengan bangga.
Saat ini pabrik Nestle Panjang juga menggunakan bahan bakar gas alam sehingga lebih bersih, tambah Budi Utomo, factory manager. Selain itu terkait dengan komitmen untuk green company, setiap tahunnya terjadi penurunan packaging dimana boks lebih ramping dan jumlah kertas yang digunakan makin berkurang. Sehingga konsumen mendapatkan nilai sesuai dengan harga yang dibeli, ujarnya. Tidak untuk kemasan dan sebagainya. Untuk komitmen industri hijaunya ini, Nestle Indonesia telah meraih penghargaan level 5 atau level tertinggi untuk green industry award oleh Menteri Perindustrian tahun 2014.
Â
Kesan Trip Nescafe Lampung
Trip menuju perkebunan kopi dan pabrik Nescafe di Lampung bagi saya merupakan pengalaman yang berkesan. Ada warna-warni perjalanan dari menambah kawan baru, mengenal lebih dekat Lampung yang bentangan alamnya unik, antara daerah pantai dan dataran tinggi, juga menikmati keseruan perjalanan via kapal ferry.
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Dalam acara jalan-jalan bersama Nescafe ini, saya juga membawa oleh-oleh berupa kawan baru. Ada rekan-rekan Kompasiana, empat blogger, dan dua wartawan, juga panitia acara dan mas Ade dari Nescafe. Kawan-kawan dari Kompasiana memiliki karakter yang beragam, dari mas Didit, mas Kevin, dan Pak Fajr yang kalem, Pak Legowo yang penuh semangat, Dede yang ceria, Nisa yang asyik menjadi teman sekamar, serta Pak Mawan yang kocak yang membuat saya sering terpingkal-pingkal. Empat rekan blogger lainnya ada Detha dan Feri yang tak lepas dari rokok dan tongsis, Widha yang suka merenung, juga mbak Dessy yang cantik dan energik. Dua wartawan wanita asal Tempo yaitu mbak Dewi dan mbak Mila sangat pandai memeriahkan suasana, begitu juga mas Ade dari Nescafe yang pandai bermain organ dan menjadi bapak asuh rombongan.
Nikmatnya Resep Kopi
Dari acara perjalanan Nescafe saya mendapat sekantung goodie bag. Di dalamnya ada berbagai produk Nescafe, ada 3 in 1 strong, 3 in 1 original, dan Nescafe Classic, ada juga wadah gula dan buku resep minuman kopi.
Â
Saya membolak-balik halaman resep kopi dan menemukan resep yang sederhana. Strong Cinnammon Coffee atau kopi beraroma kayu manis. Hemm dari gambarnya saja sudah ketahuan kalau nikmat. Bahannya mudah dan semua tersedia. Kayu manis termasuk rempah-rempah yang selalu ada di dapur. Tapi coffe-mate rupanya tidak ada, sehingga saya ganti dengan susu Dancow.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H