Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pyscho Coffee: Sarapan Ilmu ala Maknyak

20 Mei 2015   15:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:47 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah berkeluarga, perempuan yang 30 Maret lalu genap berusia 33 tahun ini, berfokus pada bidang pengasuhan anak. Ia aktif sebagai konselor di Griya Parenting dan telah menerbitkan berbagai buku, seperti Sekolah Menjadi Orang Tua dan Parenting Guide, buku tentang prosedur standar pengasuhan anak.

[caption id="attachment_418807" align="aligncenter" width="124" caption="Buku Sekolah Menjadi Orang Tua (sumber: griyaparenting.com)"]

14320999021193459696
14320999021193459696
[/caption]

Ada berbagai alasan mengapa ia sekarang berfokus pada tata cara pengasuhan anak dan mengapa pasangan yang telah memiliki anak perlu belajar menjadi orang tua. Baginya ada beberapa pola asuh yang tanpa disadari orang tua memiliki efek kurang baik pada si anak ke depannya. Seperti tidak konsistensinya antara ibu dan ayah dalam menerapkan aturan di rumah. Ibu melarang ini itu, eh ayah malah memperbolehkan. Atau kurangnya latihan motorik pada anak dimana pada saat dewasa anak sering mengalami ‘kecelakaan’ seperti tersandung, jari teriris pisau, jatuh dari motor, dan sebagainya.

[caption id="attachment_418820" align="aligncenter" width="276" caption="Buku Parenting Guide (sumber: koleksi Ani)"]

14321019622119734640
14321019622119734640
[/caption]

Meski dari luar Ani nampak sebagai sosok wanita yang tegar dan tangguh, beberapa waktu lalu hatinya sempat terguncang. Ayahnya tiba-tiba harus dirawat di rumah sakit dan kemudian meninggalkan alam fana. Kepergian ayahnya ini membuatnya sedih meskipun ia tak mau berlama-lama larut dalam kesedihannya. Ia tuangkan kesedihannya tersebut lewat kisah inspiratif tentang sosok ayah dalam kehidupan berkeluarga dan bagi perkembangan anak.

Sebulan terakhir ini ia kembali diuji dengan kabar adik satu-satunya yang juga harus dirawat di rumah sakit. Ia dengan sabar merawat adiknya setiap hari di rumah sakit. Ia harus pandai-pandai membagi waktu dan perhatian untuk keluarganya sendiri, adik, dan pekerjaannya. Meski ada banyak yang menuntut perhatiannya, ia masih rajin membagikan pyscho coffee tiap pagi.

Kini pyscho coffee yang biasa dibagikannya di forum alumni telah memiliki rumah sendiri di www.psychocoffeemorning.com. Rencananya kumpulan tips dan kisah inspiratif ini juga akan dibukukan dan mungkin suatu saat akan dibuat versi komiknya.

Nah, jika esok Anda sedang sarapan pagi, sempatkan membaca psycho coffee untuk memperkaya khasanah Anda.

[caption id="attachment_418822" align="aligncenter" width="400" caption="Web pyschocofeemorning.com (sumber: capture web)"]

1432102069744165281
1432102069744165281
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun